Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Bandung tidak hanya menawarkan wisata alam, banyak cara bisa dilakukan untuk menikmati daerah ini. Salah satunya ialah wisata sejarah. Kota ini menjadi saksi bagaimana Indonesia mendapatkan kemerdekaan dari Jepang dan Belanda sehingga banyak menyimpan sisa-sisa sejarah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari banyaknya gedung dan tempat bersejarah di Bandung, terdapat satu bangunan menarik yang akan membawa pengunjung melihat masa-masa perjuangan Sukarno bersama istrinya, Inggit Garnasih. Bangunan itu dinamakan Rumah Bersejarah Inggit Garnasih yang berada di Jalan Ibu Inggit Garnasih No. 8, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rumah yang dibangun di atas tanah seluas 270 meter persegi ini terdiri dari satu kamar tidur, satu ruang baca, satu ruang keluarga, ruang serbaguna, ruang tamu, kamar mandi, dan dapur. Dari pintu masuk, pengunjung akan melihat ruang tamu dengan beberapa foto presiden pertama Indonesia itu bersama Inggit. Setiap ruangan diberi foto dan informasi yang bisa dibaca langsung oleh wisatawan.
Ruang keluarga di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih di Bandung. Ruangan ini diisi dengan foto dan piagam penghargaan milik Inggit Garnasih, Kamis 23 Januari 2024. Tempo/Nia Nur Fadillah.
Di kamar tidur, terlihat kumpulan foto Inggit dan Sukarno dalam berbagai peristiwa yang dialami suaminya tersebut, termasuk saat diasingkan dan dipenjara. Ada satu kamar yang menyimpan replika batu pipisan yang digunakan Inggit untuk membuat bedak dan jamu. Hasil dari produksinya itu dijual untuk menghidupi keluarga.
Di rumah ini juga terdapat ruang baca yang dipakai Sukarno untuk berdiskusi bersama kawan-kawan, seperti Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, Otto Iskandardinata, Agus Salim, dan lainnya. Di ruangan inilah tercetus pergerakan nasional Indonesia, seperti pembentukan Persatuan Nasional Indonesia (PNI) 4 Juli 1927 dan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Dibeli pada 1926
Sukarno dan Inggit membeli rumah itu dalam bentuk panggung pada 1926. Bangunan tersebut menjadi saksi Sukarno lulus dari Technische Hoogeschool (saat ini ITB) dan perjuangannya untuk kemerdekaan.
Saat menikahi Inggit, Sukarno masih berstatus mahasiswa dan belum memiliki penghasilan. Selain itu, ia saat itu sibuk sebagai aktivis. Walhasil, Inggit harus menjadi tulang punggung keluarga dan membiaya pergerakan yang dimotori suaminya.
Rumah Sempat Dijual
Beban yang ditanggung Inggit semakin besar ketika Sukarno dipenjara di Banceuy dan Sukamiskin. Ia harus mencari nafkah dan menggerakan roda organisasi yang dibentuk suaminya. Pada 1934, Soekarno diasingkan ke Ende, Flores. Inggit bersama keluarga, termasuk ibu kandungnya (Amsi), ikut pergi menemani Sukarno di rumah tahanan.
“Akhirnya Inggit pun berinisiatif menjual semua kekayaan yang ada di Bandung, dijadikan uang, berikut rumah ini pun pernah dijual untuk bekal di pengasingan,” kata pemandu sekaligus juru pelihara Rumah Bersejarah Inggit Garnasih, Jajang Ruhyat, kepada Tempo, Kamis 23 Januari 2025.
Sukarno sempat dipindahkan ke Bengkulu dan Padang. Pada 1943 Sukarno beserta keluarga kembali ke Jawa. Di tahun yang sama, Inggit dan Sukarno bercerai. Lalu, pada 1949, Inggit dibuatkan rumah yang dibangun di atas tanah bekas rumahnya dengan Sukarno. Pembangunan itu dibiayai oleh rekan-rekan Sukarno yang bersimpati terhadap Inggit. Di rumah ini Inggit menghabiskan masa tuanya hingga wafat pada 1984.
Pada 1997, rumah ini diserahkan kepada pemerintah Provinsi Jawa Barat dan dijadikan cagar budaya di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. Museum tersebut beroperasi dari Senin sampai Jumat mulai pukul 08.00-16.00 WIB.
NIA NUR FADILLAH