Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Mencari badut baru

Lomba lawak remaja di pasar seni jaya ancol, jakarta, diikuti 34 peserta terdiri dari grup dan perorangan yang dijuarai oleh qomar dan grup "pelita". (hb)

16 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

34 peserta Lomba Lawak Remaja berkumpul di Pasar Seni Jaya Ancol. Jakarta, 17 dan 18 Agustus yang lalu. Mereka terdiri dari grup dan perorangan, memperebutkan hadiah pertama yang berjumlah Rp 75 ribu. Sembilan di antaranya kemudian berhasil lolos saringan, untuk memasuki babak final. Mereka terdiri dari 6 grup serta 3 badut perorangan. Arwah Setiawan, bekas Pimpinan majalah lucu Astaga tampak hadir sebagai salah seorang juri. "Mereka terlalu miskin dan kurang persiapan," ujarnya menyerang finalis itu. Namun demikian kepada Gio alias Sugio yang bertampang kriminil dan mampu menempatkan dirinya sebagai salah seorang juara perorangan, juri tersebut menganggap ada potensi besar. Gio yang penganggur kendati memiliki ijazah STM (usianya 28 tahun) memang berhasil memaksa orang ngakak waktu berada di atas pentas. Prambors Pertarungan final yang berlangsung di Pondok Putri Duyung, berlangsung dengan tegang. Juara grup berhasil direbut oleh grup "Pelita" sebagai juara pertama. Selain uang ia juga mengantongi trophy dari dinas pariwisata yang diserahkan secara imajiner atawa simbolis. Entahlah apa trophy itu sudah ada atau masih akan dipesan. Dalam barisan perorangan, Gio hanya merebut tempat kedua. Tempat pertama diberikan kepada Qomar, sedangkan tempat ketiga Atet. Menurut Arwah Setiawan, Qomar yang berperawakan kecil benar-benar duplikat S. Bagyo. Tapi dia tidak tahu kalau ada juri yang memberikan angka tinggi kepada duplikat ini. Juri memilih pemenang berdasarkan materi, keaslian dan penampilan. Inilah salah satu contoh dagelan yang diumbar oleh si Gio. "Gigi putih adalah gigi yang sehat. Gigi kuning adalah gigi yang berbahaya. Jadi dilarang ketawa (penonton ketawa). Kalau gigi anda tetap putih, gosoklah gigi anda dengan obat gosok cap anjing gila, dijamin tetap tertawa (penonton tertawa)." Meskipun penonton masih suka ketawa, rasa-rasanya dagelan para pelawak remaja itu memang masih lemah. Bulan sebelumnya, Universitas Kristen Indonesia (UKI) sempat juga menyelenggarakan lomba lawak. Alamsyah, ketua penyelenggara lomba itu melaporkan juga bahwa para peserta kelihatan masih lemah. "Ada baiknya kita membuat bank naskah," sarannya kepada TEMPO. Arwah Setiawan yang merencanakan akan menghimpun pelawak tua dan muda dalam organisasi yang bernama "Hi Hi" (Himpunan Humoris Indonesia) suka sekali pada saran itu. Bahkan ia mimpi untuk membentuk akademi lawak. "Kalau ada akademi kerawitan, adalah tidak aneh kalau ada akademi lawak," ujarnya. Berdasarkan teori Arwah Setiawan, lawakan bisa dibedakan dalam dua bidang besar. Satu lawak tradisionil. Kedua lawak modern. Yang disebutnya lawak modern adalah lawakan yang merupakan penggalan cerita yang meloncatloncat. Sekali tempo seperti warta berita, beralih ke ramalan cuaca, beralih ke masalah guide dan kemudian beralih lagi ke mana saja maunya. Lawak modern seperti ini, kalau diulang-ulang akan basi dan menjemukan. Sementara lawakan tradisionil adalah dagelan para panakawan dalam pewayangan. Ia memiliki keutuhan sehingga kalau diulang-ulang untuk tidak akan jenuh. Sebagai grup muda yang berbakat dalam lawakan modern sekarang, Arwah menunjuk "Warung Kopi Prambors". Ia bahkan berani mengatakan bahwa grup yang sudah dikenal luas di kalangan remaja ini sampai saat ini belum ada tandingannya. Ia memujikan materi, penampilan dan kesegarannya. Warung Kopi Prambors sama sekali tidak pernah jual kopi. Mereka bekerja untuk radio Prambors. Tugasnya ngobrol dan bikin lelucon. Mereka dibentuk pada tahun 1973. Pendirinya: Badil, Casino dan Temy. Ketiga-tiganya mahasiswa UI yang tergabung dalam Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala). Mula-mula mereka hanya menjadi penyiar. Selang 2 tahun, mereka tampil di Hotel Indonesia dengan sukses. Anggautanya pun bertambah dengan Nanu, Indro dan Dono. Indro yang dipanggil llendro kelihatan punya bakat sebagai pemimpin. Lalu pimpinan grup dipercayakan kepadanya. Prambors tidak mau disebut pelawak profesional. Badil, dan Temy, sekarang tidak melawak lagi. Tim tetap untuk acara melawak telah dibentuk, mereka adalah Casino, Dono, Nanu dan Indro. Mereka inilah yang tampil dalam acara peringatan Ulang Tahun TVRI beberapa waktu yang lalu. Mungkin karena sasaran mereka lebih banyak mahasiswa dan pemuda, seringkali lawakannya agak "serem" bagi telinga yang tidak suka hal-hal cabul. Tapi sudah jelas pula bahwa lawakan mereka lebih cenderung kepada lawakan kata dengan orientasi pada kehidupan mahasiswa dan pemuda. Prambors mengaku memakai skrip kalau menghadapi acara-acara besar. Tetapi tanpa latihan. Dalam hal ini peranan Mus Mualim yang menjadi penasehat kelihatannya besar. Misalnya lawakan "warta berita" awalnya dari ide Mus Mualim yang meminta mereka untuk tampil dengan gaya siaran. "Lalu kita pun selipi dengan kejadian seharihari sehingga kocak," kata Indro kepada TEMPO.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus