Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Menengok Tempat Tidur Soekarno Hingga Tas Kerja Muhammad Hatta di Museum Perjuangan Yogyakarta

Wisatawan yang berencana melancong ke Yogyakarta, bisa menyambangi pameran menarik yang digelar di Museum Perjuangan Yogyakarta

16 November 2024 | 09.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Akhir pekan telah tiba. Wisatawan yang berencana melancong ke Yogyakarta, bisa menyambangi pameran menarik yang digelar di Museum Perjuangan Yogyakarta. Lokasinya berada di Jalan Kolonel Sugiyono Brontokusuman, atau sekitar 10 menit saja dari kawasan Jalan Malioboro .

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mulai Jumat hingga Minggu, 15-17 November museum tersebut menggelar pameran bertajuk Perjuangan Expo 2024. Dalam pameran itu, sejumlah benda pribadi yang pernah bersinggungan dengan tokoh bangsa hingga pejuang kemerdekaan bisa dilihat dari dekat oleh pengunjung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Misalnya, tempat tidur yang pernah digunakan proklamator Soekarno. Terbuat dari bahan balok balok kayu kokoh, tempat tidur yang masih terawat itu pernah digunakan oleh Soekarno saat diasingkan di rumah seorang petani, Djiaw Kie Siong, sehari sebelum membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia yakni pada 16 Agustus 1945.

Rumah Djiaw Kie Siong dianggap aman karena saat itu Rengasdengklok merupakan wilayah kekuasaan tentara PETA dan dianggap jauh dari kekuasaan Jepang. Di rumah itulah, golongan muda mendesak Soekarno-Hatta untuk segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia.

Tak hanya tempat tidur. Dalam pameran ini dihadirkan pula peralatan minum seperti cangkir gelas dan teko keramik berornamen Cina yang pernah dipakai Soekarno selama diasingkan di rumah Djiaw Kie Siong. Pengunjung juga bisa melihat dari dekat tas kerja wakil presiden pertama Indonesia, Mohammad Hatta, saat menghadiri Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda tahun 1949 silam.

Tas kulit Hatta tersebut masih tampak utuh terawat dan warnanya tidak pudar dimakan waktu. Tas itu menjadi saksi bisu yang dibawa Hatta saat Indonesia
berupaya melakukan diplomasi yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik dengan Belanda terkait pengakuan kedaulatan republik. Berkat diplomasi cerdas dan tegas, Indonesia berhasil mendapat pengakuan kedaulatan secara penuh dari Belanda.

Tas kerja kulit Mohhamad Hatta yang dibawa saat menghadiri Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda tahun 1949 dipamerkan di Museum Perjuangan Yogyakarta Jumat-Minggu, 15-17 November 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono

Penyelenggara pameran yang juga Ketua Tim Museum dan Galeri Indonesian Heritage Agency, Zamrud Setya Negara menuturkan pameran itu sebagai ruang edukasi sejarah.

"Pengunjung diajak menyelami sejarah perjuangan bangsa dalam menghadapi penjajahan, baik melalui perjuangan fisik maupun pemikiran hingga bisa mencapai kemenangan sebagai  cita-cita bangsa," kata Zamrud, Jumat 15 November 2024.

Pemilihan tempat pameran di Museum Perjuangan bukan tanpa alasan. Zamrud mengungkap museum itu sama bersejarahnya karena menjadi pusat kajian sejarah di Yogyakarta.

"Museum ini diresmikan tahun 1961 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Museum Perjuangan menjadi simbol Kebangkitan Nasional," kata dia.

Museum Perjuangan juga menyimpan beragam koleksi yang mengisahkan perjuangan bangsa. Seperti meja, kursi, dan peralatan minum milik  Soekarno, tas kulit milik Mohammad Hatta, hingga koleksi mata uang kuno, lukisan, dan relief sejarah. 

Zamrud mengatakan, dalam event Perjuangan Expo 2024, selain pameran temporer, juga mengadakan Pameran Komunitas yang melibatkan berbagai komunitas dan masyarakat sekitar museum. 

Kegiatan ini memberi ruang bagi komunitas-komunitas seperti Forum Bank Sampah (FBS) Mergangsan, Gapoktan Mergangsan, Empu Rupa, Getalin Mi Craft dan SMAN 7 Yogyakarta untuk menampilkan karya mereka, memperkaya perspektif dan keterlibatan masyarakat dalam mengenang perjuangan nasional. 

Suasana pameran Perjuangan Expo di Museum Perjuangan Yogyakarta yang digelar Jumat-Minggu, 15-17 November 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono

Madrohi, Penanggung Jawab Unit Museum Perjuangan, mengatakan event ini menyasar kalangan wisatawan, termasuk para pelajar, mahasiswa, dan juga masyarakat umum luar Yogyakarta.

"Kami mengadakan kegiatan komunitas, dan memamerkan karya mereka, sehingga museum ke depannya tidak hanya menjadi ruang pamer sejarah, tetapi tempat berkumpul, berdiskusi, dan pusat kajian bersama yang tak pernah sepi," kata dia.

Event ini setiap harinya juga menghadirkan Panggung Seni Perjuangan yang akan menyajikan berbagai pertunjukan seni dari pelaku seni terkemuka. Termasuk penampilan dari Tari Gandara Nusantara Creative, D’Masta Band, Candlelight Band, Selera Rakyat Band dan Los Pakualamos. 

Selama event, ada diskon tiket untuk pengunjung Museum Perjuangan dengan harga khusus Rp 2.000 per orang.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus