Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sumatera Barat memiliki banyak hewan endemik yang memiliki keunikan. Salah satunya ayam kokok Balenggek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hewan berjenis unggas itu berasal dari Kecamatan Payung Sekaki dan Tigo Lurah Kabupaten Solok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika dilihat dari segi tampilan, hewan tersebut memiliki kesamaan dengan ayam pada umumnya. Hal yang membuatnya berbeda adalah kokok atau nyanyiannya yang bertingkat dan bervariasi.
Selain itu, ayam kokok Balenggek memiliki penampilan tegap dan gagah. Bulunya memiliki variasi warna merah, kuning, putih serta kombinasi antara warna tersebut. Bulu pada ayam tersebut juga terlihat mengkilat sehingga memberikan kesan yang menarik.
Ayam ini memiliki jengger tunggal yang merupakan jenis jengger yang umum ditemui pada ayam-ayam domestik. Jengger tunggal adalah jenis jengger yang terletak di bagian atas kepala ayam dan biasanya berbentuk datar atau melengkung. Jengger ini berfungsi untuk membantu dalam pengaturan suhu tubuh ayam, mengatur aliran darah dan memiliki peran dalam proses reproduksi ayam.
Menurut Rusfidra, Dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas (Unand) dalam jurnalnya berjudul "Identifikasi Marka Bioakustik Suara Kokok Ayam Kokok Balenggek di Kandang", pola kokok ayam kokok Balenggek memang berbeda dengan pola kokok ayam pelung, ayam bekisar dan ayam kampung. Suara kokok ayam tersebut memiliki tiga bagian yang dapat diidentifikasi, yaitu kokok bagian depan, kokok tengah dan kokok bagian belakang yang juga disebut sebagai lenggek kokok.
Nyanyian ayam kokok Balenggek ini membuat banyak peminatnya sehingga beberapa tahun ke belakang, ayam itu dilombakan secara khusus di Sumatera Barat. Salah satunya di Pekan Nasional (Penas) Kontak Tani dan Nelayan (KTNA) ke XVI di Kota Padang, Sumatera Barat pada 11 Juni 2023.
Ketua Asosiasi Pecinta Ayam Kokok Balenggek Indonesia (APAKBI) Sumatera Barat Sastra Munaftri mengatakan ayam kokok Balenggek ini adalah perkawinan ayam hutan merah dengan ayam kampung. Ciri khas dari ayam kokok Balenggek ini memiliki jengger satu lembar.
"Ayam ini tidak ada terdapat di tempat lain, hanya ada di Sumatera Barat," kata Sastra.
Terkait perlombaan ayam kokok Balenggek, terdiri dari tiga kategori. Tetapi yang berkembang selama ini hanya dua kelas, yaitu landik dan boko.
"Pada ajang Penas Tani dan Nelayan ke XVII di Padang, kami mencoba melombakan satu kelas lagi yaitu istimewa," kata Sastra. "Cara penilaiannya adalah ayam yang paling banyak berkokok, istilah Minang-nya siapa yang paling gacor ayamnya."
Sastra juga menjelaskan terkait harga ayam kokok Balenggek sangat fantastis. Nilai harga tersebut berdasarkan kokoknya, selama ini kisarannya berada pada angka Rp 500 ribu sampai 4 juta.
"Ayam saya saja pernah tawar 2 juta rupiah, tetapi tidak saya jual," kata Sastra.
Untuk peminat ayam kokok Balenggek saat ini sudah menyebar ke seluruh Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya anggota APAKBI yang berasal dari luar Sumatera Barat.
"Sampai saat ini sudah ada yang dari Pekanbaru, Depok, Bandung dan Jakarta," kata Sastra.
Sementara itu, salah satu petani Erson Malin Batuah asal Kota Solok mengatakan sudah dua tahun menjadi peminat ayam kokok Balenggek. Alasannya karena tertarik dengan suaranya.
"Ayam ini kalau pagi itu suaranya enak didengar, apalagi sambil minum kopi," kata Erson.
Selain itu, ayam ini tidak terlalu susah dirawat alias hampir sama dengan ayam kampung lainnya. "Tidak ada perlakuan khusus, hampir sama dengan ayam-ayam kampung. Makannya juga bisa dengan nasi," kata Erson.
Hal lain yang membuat Erson tertarik adalah dari segi harga yang cukup stabil dan bagus sehingga tidak membuat petani jadi rugi. "Ayam saya pernah ditawari orang sebesar 2 juta rupiah," ujarnya.