Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 5 September 1995, Indonesia kehilangan salah satu tokoh legendaris dalam dunia hiburan Tanah Air, Benyamin S atau Benyamin Sueb meninggal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Benyamin S meninggal ketika namanya sedang berada di puncak. Ia meninggal dunia ketika sinetron Si Doel Anak Sekolahan merajai sinetron di tanah air. Ia menutup mata untuk terakhir kalinya seusai bermain sepak bola. Benyamin dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Sebab, ini merupakan wasiat yang dituliskannya agar dapat dimakamkan bersebelahan dengan makam Bing Slamet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain sebagai sosok yang menginspirasi banyak orang melalui karya-karyanya, Benyamin S juga diabadikan sebagai nama jalan di Kemayoran, Jakarta. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memberikannya penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma di Istana Negara, Jakarta, Selasa, 8 November 2011. Selain itu, jalan Landas Pacu Kemayoran diubah menjadi namanya.
Profil Benyamin Sueb
Benyamin S atau yang lebih dikenal dengan nama Babe Benyamin lahir pada 5 Maret 1939 di Kemayoran, Jakarta. Ia adalah anak bungsu dari delapan bersaudara pasangan Suaeb-Aisyah.
Ayahnya memiliki nama asli Sukirman, tetapi mengganti namanya menjadi Suaeb setelah tinggal di Jakarta. Namun, pada usia yang sangat muda, ayahnya sudah harus pulang ke pangkuan Sang Kuasa.
Kehilangan seorang ayah di usia dua tahun mungkin menjadi awal yang sulit dalam hidupnya, tetapi Benyamin S tumbuh menjadi sosok yang gigih dan berbakat dalam dunia seni.
Ia mulai pendidikannya di Sekolah Rakyat Bendungan Jago pada 1946-1951 dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Santo Yosef Bandung pada 1951-1952.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ia melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Taman Madya Cikini pada 1955, dan kemudian ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Taman Siswa pada 1958.
Pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, Benyamin S mengikuti berbagai lembaga akademik dan pelatihan. Ia memulai di Akademi Bank Jakarta, tetapi tidak menyelesaikannya, kemudian ia melanjutkan ke Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan dan Ketatalaksanaan pada 1960. Selain itu, ia juga mengikuti Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya dan Kursus Lembaga Administrasi Negara pada 1964.
Perjalanan Karier
Sebelum mencapai puncak karier seninya, Benyamin S menjalani berbagai profesi yang beragam. Ia pernah menjadi kondektur Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD) pada 1959 dan bahkan terlibat dalam militer sebagai bagian dari amunisi peralatan angkatan darat pada 1959-1960. Namun, panggilan hatinya adalah dunia seni.
Benyamin S mulai melangkah ke dunia seni dengan menjadi bagian dari musik Kodam V Jaya dari 1957 hingga 1968. Selama periode ini, ia juga menjadi kepala bagian perusahaan daerah Kriya Jaya dari 1960 hingga 1969. Namun, panggilan musiknya tidak bisa dibendung.
Pada 1969, Benyamin S bergabung dengan grup musik Naga Mustika, yang berbasis di sekitar Cengkareng, Jakarta. Ini adalah langkah yang mengubah hidupnya secara dramatis dan membawanya menuju kesuksesan besar dalam dunia musik.
Bersama Naga Mustika, Benyamin S merilis berbagai lagu yang menjadi hits besar dan memperkenalkan keunikan musik Betawi kepada masyarakat Indonesia. Ia adalah salah satu penyanyi legendaris Indonesia yang karyanya masih dikenang dan didengarkan hingga saat ini.
Tidak hanya meraih sukses di dunia musik, Benyamin S juga mencapai prestasi besar dalam dunia perfilman. Ia membintangi sejumlah film terkenal, termasuk "Banteng Betawi" (1971), "Biang Kerok" (1972), "Si Doel Anak Betawi" (1972), dan "Intan Berduri" (1972).
Perannya dalam film "Intan Berduri" membuatnya meraih Piala Citra sebagai Pemeran Utama Terbaik. Ia juga menjalani peran sebagai produser dan sutradara dalam PT Jiung-Film dari 1974 hingga 1979.
Penghargaan dan Penghormatan
Benyamin S tidak hanya diakui oleh penggemar dan kritikus seni di Indonesia, tetapi juga mendapatkan penghargaan dari pemerintah. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY memberikan penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma kepada Benyamin S di Istana Negara pada 8 November 2011. Penghargaan ini adalah pengakuan atas kontribusi besar Benyamin S dalam mempromosikan budaya Betawi melalui seni.
Selain penghargaan, Benyamin S juga mendapatkan penghormatan dengan mengubah nama jalan di Kemayoran, Jakarta, menjadi "Landas Pacu Benyamin S." Ini adalah bentuk penghormatan yang diberikan oleh pemerintah Jakarta kepada seniman besar ini.
Wasiat Pemakaman
Pada 5 September 1995, Benyamin S meninggal dunia ketika namanya sedang berada di puncak popularitasnya. Saat itu, sinetron "Si Doel Anak Sekolahan" yang dibintanginya merajai layar televisi di seluruh Indonesia. Kepergiannya yang mendadak terjadi setelah ia bermain sepak bola, sebuah olahraga yang sangat ia cintai.
Sesuai dengan wasiatnya, Benyamin S dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Keinginannya adalah agar ia dapat dimakamkan bersebelahan dengan makam Bing Slamet, seorang pelawak legendaris yang menjadi sahabatnya.
Benyamin S tetap hidup dalam karya-karya seninya yang abadi. Lagu-lagu, film-film, dan radio Bens Radio yang ia ciptakan terus menginspirasi dan menghibur generasi muda serta mengenang jasa-jasanya dalam melestarikan budaya Betawi.
Dalam sebuah artikel dari Majalah Rolling Stone Indonesia, Benyamin S diakui sebagai salah satu dari "The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa." Penghargaan ini menunjukkan warisan seninya yang tetap hidup dan dihargai hingga saat ini.
M RAFI AZHARI | TIM TEMPO.CO
Pilihan Editor: Asal Usul Nama Taman, Museum dan Jalan Benyamin Sueb