Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Taman Safari Bogor Indonesia tak hanya tempat rekreasi tapi juga pusat konservasi alam, satwa dan edukasi. Beberapa upaya yang dilakukan di antaranya adalah pusat penangkaran gajah, pusat penangkaran harimau dan genome resource bank, pelepasan liar satwa ke habitat aslinya, dan masih banyak lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo mendapat kesempatan menjelajahi “Behind The Scene” Taman Safari Bogor Indonesia, Kamis 3 Agustus 2023. Tur ini mengenal satwa dari sudut pandang berbeda. Setelah melewati Safari Journey, tempat pertama yang dikungjungi Rumah Sakit Hewan yang berada di sekitar area itu.
Rumah sakit hewan
Rumah sakit ini termasuk yang terbesar dan memiliki fasilitas terlengkap di Asia Tenggara. Di dalamnya termasuk ruang nursery untuk bayi satwa, ruang patologi, laboratorium dan area pameran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut VP Media, Digital, Event, TSI Group, Alexander Zulkarnain, rumah sakit hewan ini adalah komitmen Taman Safari sebagai lembaga konservasi. "Wajib mempunyai fasilitas pendukung untuk satwa endemik atau satwa lainnya memerlukan perwatan baik yang sakit dirawat atau juga diberikan vaksin dan diteltii kesehatannya sehingga hewan-hewan sehat sejahtera dan bahagia di taman safari ini," katanya.
Petugas menunjukkan sisa sampah plastik yang ditemukan di dalam perut jerawan (Istimewa)
Satu kandang di luar area rumah sakit dihuni oleh Migu, anak macan tutul jawa. Migu yang berusia 10 bulan mendapat perawatan khusus karena memiliki kelainan di bagian leher. Selain Migu ada bayi siamang dan binturong yang baru lahir, juga mendapat perawatan di nursery room.
Masih di area itu, laboratorium khusus menyimpan dan memajang koleksi khusus untuk edukasi, di antaranya embrio satwa yang tidak terselamatkan, telur satwa yang gagal dibuahi, dan beberapa kerangka hewan yang sudah mati. Salah satu koleksi yang unik adalah sampah plastik yang ditemukan dalam perut jerapah yang mati pada tahun 1995.
Menurut Ami, petugas curator, sampah itu akibat pengunjung yang memberikan makanan sekedarnya, termasuk plastik. "Tim edukasi sering sampaikan kepada anak-anak sekolah memberi edukasi kalau memberi makan hewan itu jangan pernah ada plastiknya," katanya. "Sejak itu juga kerja sama penjual makanan tidak boleh pakai plastik, sekarang mereka pakai bambu."
Petugas menjelaskan tentang genome resources bank di Taman Safari Indonesia. (dok. Istimewa)
Pusat penangkaran harimau dan genome resource bank
Setelah mengunjungi rumah sakit hewan, lokasi berikutnya adalah pusat penangkaran harimau dan genome resource bank. Di sini terdapat 11 ekor harimau yang diselamatkan setelah mengalami konflik dengan manusia. Salah satunya, Salama, harimau betina dari Aceh. Salama diselamatkan seletah terluka karena terjerat jebakan babi. Meski berhasil diselamatkan, kaki kanan depannya harus diamputasi karena luka yang infeksi.
Sebagai upaya konservasi, Taman Safari Bogor Indonesia juga memiliki genome resource bank. Tempat penyimpanan sperma harimau Sumatera dan banteng Jawa ini berjalan sejak tahun 2015. Menurut Alex, bank sperma untuk harimau Sumatera dan banteng Jawa, merupakan langkah pereventif dan senantiasa berpikir ke depan bagaimana kita bisa melestarikan merekaa disamping proses perkawinan alami.
"Kita tidak ernah tahu tindakan ke depannya, kita sangat berharap tidak punah atau mendekat ancaman bisa tetap hidup berdampingan dengan harmonisasi, alam satwa dan manusia. Selain itu juga mengikuti teknologi terkni suppaya bisa melestaikan satwa yang ternacam punah," katanya.