Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mataram - Jika sedang traveling ke Gunung Rinjani di Lombok Utara, singgahlah ke Desa Gumantar. Desa yang berada di Kecamatan Kayangan ini sempat ramai dikunjungi wisatawan, tetapi sejak gempa 2018, kunjungan wisatawan menurun drastis. Padahal di sana banyak objek wisata yang bisa dikunjungi, mulai dari air terjun, rumah tradisional, hingga masjid tua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berada di kaki Gunung Rinjani, desa ini terletak sekitar 60 kilometer arah utara dari kota Mataram atau 1,5 jam perjalanan berkendaraan. Pusat desanya sekitar empat kilometer dari Kecamatan Kayangan, berada dua kilometer dari lintasan jalan raya yang mengelilingi pulau Lombok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Kepala Desa Gumantar Japarti, desa tersebut tergolong maju. Dengan penduduknya 2.432 kepala keluarga atau sekitar 7.000 jiwa, desa ini memiliki potensi pertanian dan perkebunan dengan hasil utama padi, jagung, kacang, mete, kopi, kakao, kelapa, pisang, dan tanaman hortikultura lainnya.
Bukan hanya itu, Gumantar disebut oleh Japarti sebagai desa di kaki Rinjani yang memiliki keindahan alam yang luar biasa. "Jika ke lokasi air terjun, rasa lelah berjalan kaki sekitar 500 meter terhapus," ujar Japarti kepada Tempo, Kamis, 10 Agustus 2023.
Salah satu air terjun yang terkenal adalah Tiu Ngumbak yang ada di dusun Dusun Dasan Beliq. Dalam bahasa lokal, tiu berarti kolam. Jarak air terjun itu delapan kilometer dari kantor Desa Gumantar yang terletak di di Dusun Boyotan Asli.
Di lokasi air terjun terbesar Tiu Ngumbak terdapat tiga kolam alam berbentuk bulat seluas 1,5 are (150 meter persegi). Tapi jumlah kolam itu berkurang setelah gempa besar di Lombok Utara pada 2018. "Setelah gempa, satu kolam tertimbun tanah," kata Japarti.
Pengendali Ekosistem Hutan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Budi Soesmardi ikut memperkenalkan keberadaan Tiu Ngumbak sebagai salah satu obyek wisata non-pendakian yang ada di kawasan TNGR. Untuk mencapai Tiu Ngumbak dari area parkir motor, wisatawan perlu menempuh jarak sekitar dua kilometer dengan berjalan kaki melewati hutan. ‘’Jalurnya cukup curam dan menantang, sangat cocok untuk yang menyukai aktivitas wisata trekking,’’ katanya.
Selain Tiu Ngabak, ada juga air terjun Tiu Gransing, Tiu Laweyan, Tiu Prabu, Tiu Purit, Tiu Bunter dan beberapa lainnnya yang belum memiliki akses jalan yang baik.
Desa yang terdiri dari 16 dusun ini memiliki 30 rumah tradisional ukuran tujuh kali tujuh meter berdinding bambu dan atap alang-alang yang berada di Dusun Dasan Beliq.
Hal lain yang menarik dari desa ini adalah keberadaan masjid kuno yang diperkirakan ada sejak abad ke-15 dan mata air Lokok (sungai) Biku di Dusun Gumantar. Berjarak dua kilometer dari kantor desa, Lokok Biku sering dijadikan lokasi tradisi cuci beras untuk keperluan acara adat Metu Telu.
Sebelum musibah gempa di Lombok Utara, Desa Gumantar banyak dikunjungi wisatawan. ‘’Boleh foto selfie, tapi ada zona tertentu yang tidak boleh foto sembarangan,’’ ucap Ketua Kelompok Sadar Wisa Jaga Raganta (artinya menjaga kepemilikan) Raden Astiadi.
SUPRIYANTHO KHAFID