Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Menjajal Kuliner Tradisional nan Ekstrim di Kepulauan Mentawai

Di perkampungan tradisional Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat masih banyak kuliner tradisional yang hanya bisa dinikmati di sana.

19 Juli 2018 | 15.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Toek adalah ulat kayu yang mirip cacing, panjang dan badannya transparan serta berwarna putih. Tempo/Febrianti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Di perkampungan tradisional Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat masih banyak kuliner tradisional yang hanya bisa dinikmati di sana. Jajanan ini belum dijual di pasar, tapi pelancong bisa minta penduduk setempat untuk membuatkannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut ini beberapa jenis makanan tradisional Mentawai tersebut.

  1. Kapurut dan Obuk 

Kapurut dan Obuk terbuat dari tepung sagu. Obuk adalah sagu yang dimasak di dalam bambu, sedangkan kapurut adalah sagu yang dimasak di dalam daun sagu lalu dipanggang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk membuat obuk, gumpalan tepung sagu yang basah diparut sampai halus. Kemudian tepung tersebut dimasukkan ke dalam bumbung dan disusun di atas tungku sekitar 10 menit. Setelah matang, bambu dibelah dan sagu di dalamnya siap dihidangkan bersama lauk.

Sagu biasanya dihidangkan dengan makanan berkuah, seperti sup ayam atau sup ikan. Jenis makanan ini hanya ada di PulauSiberut dan PulauSipora.

  1. SubbetSubbet terbuat dari keladi yang direbus atau dipanggang dalam bambu, lalu dihancurkan. Bahan itu kemudian dicampur dengan kelapa parut. Tempo/Febrianti

Subbet terbuat dari keladi yang direbus atau dipanggang dalam bambu, lalu dihancurkan. Bahan itu kemudian dicampur dengan kelapa parut. Adonan ini dibulatkan lalu digulingkan lagi di dalam kelapa parut.  Ada juga subbet yang dicampur dengan pisang rebus sehingga rasanya lebih manis.

Subbet biasanya dibuat secara besar-besaran saat pesta perkawinan. Panganan ini bukan untuk hidangan pesta, melainkan diperunrtukkan bagi sanak saudara yang bekerja menjelang pesta.

  1. Batra, Ulat Sagu

Siapkan diri anda untuk mencicipi makanan ekstrim di Siberuit ini. Ulat sagu ini diolah, digoreng, rebus, dan dibakar dalam bambu atau dikeringkan. Rasanya berlemak.

Batra dihasilkan dengan cara khusus. Sebatang sagu ditebang dan dipotong-potong, lalu potongan paling muda digunakan untuk memunculkan batra atau ulat sagu.

Batang pohon sagu ini dibelah, satu sisi batangnya dibiarkan terbuka dengan memberi ganjalan sebilah kayu agar tawon besar (Rynchoporus ferrungineus) bertelur di celah tersebut. Batang yang mengandung sagu perlahan-lahan meragi. Selama 7-12 minggu di dalam batang sagu itu sudah berkembang ulat-ulat sagu berwarna putih sebesar jari sepanjang 3-4 cm.

  1. Toek , Ulat Kayu Tumung

Ini makanan yang ekstrim di Tuapeijat, Pulau Sipora. Jika ingin merasakannya, kita bisa mendapatkannya di Saurenuk, sekitar 18 kilometer darI Tuapeijat. Banyak warga yang membuat toek di sungai.

Toek adalah ulat kayu yang mirip cacing, panjang dan badannya transparan serta berwarna putih. Ulat ini berasal dari kayu tumung. Hanya jenis kayu ini yang bisa menghasilkan toek.

Caranya, pohon tumung ditebang, dipotong-potong 50 cm, diikat, dan direndam dalam sungai selama tiga bulan. Setelah waktu itu terpenuhi, kayu dibelah dan di dalamnya sudah bersarang toek yang siap dipanen. Toek bisa dimakan mentah dengan perasan jeruk nipis dan garam, atau bisa juga ditumis.

  1. Anggau, KepitingMentawai

Anggau adalah kepiting Mentawai yang penangkapan serta pengolahannya berkaitan erat dengan tradisi masyarakat pesisir. Pada musim anggau, yakni sekitar Juli hingga September, hampir tiap malam bulan purnama ada tradisi Muanggau. Ini adalah tradisi menangkap anggau (kepiting) beramai-ramai di pantai. Anggau ini kemudian diolah menjadi makanan, dengan cara direbus atau disup.

Muanggau bagian dari budaya Mentawai untuk memupuk kebersamaan. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai pada 2017 juga pernah menyelenggarakan Festival Muanggau untuk melestarikan tradisi ini.

  1. Sikoira

Sikoira adalah kerang di Mentawai dengan cangkang putih. Kerang ini bisa diperoleh di hutan bakau di pantai atau di muara sungai. Para perempuanlah yang bisa mencari dengan membawa sampannya. Mereka biasa mencari pagi hingga sore hari, kadang bermalam bersama-sama di hutan bakau, membuat api unggun dan menikmati sikoira.

  1. Sibeu Sikunene’

Minuman ini sangat istimewa karena aroma dan rasanya mirip mint dan menyegarkan. Terbuat dari rebusan akar kayu pohon Sibeu Sikunene’. Akar kayu yang besar dipotong dan potongan-potongan kecilnya direbus bersama air. Ini minuman sehari-hari di pedalaman Siberut.

FEBRIANTI (Mentawai)

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus