Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aroma teh terasa menenangkan saat meneguk teh oolong jenis saucha. "Kalau minum teh yang bagus tidak dicampur gula," kata Suwarni Widjaja, ahli teh atau tea master saat menampilkan cara menyeduh teh dalam Taiwan the Muslim Friendly Destination di UnionSPACE, Satrio Tower, Jakarta, Rabu, 16 Oktober 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak cuma jenis saucha, Suwarni juga menyeduh teh oolong, king hsuan dan osmanthus. Saat TEMPO mencicipi king hsuan, rasanya agak berbeda dengan saucha. Aroma teh oolong jenis king hsuan ini terasa tidak lebih pekat dibandingkan saucha.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Suwarni, perbedaan itu karena proses pemanggangan daun teh. "Saucha untuk roasting (pemanggangan) hampir 70 persen. Kalau (king hsuan) itu roasting hanya 30 persen, masih lebih lembut," tuturnya.
Teh oolong jenis saucha dan king hsuan cenderung berbeda hanya pada kepekatan aromanya. Tetapi jika dibandingkan dengan teh oolong jenis osmanthus, karakter aromanya paling berbeda. Seperti namanya, aroma bunga osmanthus berpadu dalam sajian teh oolong ini.
"Dari tiga jenis teh ini tergantung selera. Kalau yang orisinal itu yang pertama (saucha) dan kedua (king hsuan)," katanya.
Suwarni menjelaskan, tradisi minum teh di Taiwan kian diminati sebagai potensi pariwisata. Proses minum teh pun tak hanya soal meneguk, "Cara memegang gelas, kemudian menghirup aromanya sambil minum teh," tuturnya.
Teh milk oolong salah satu jenis teh oolong yang dikembangkan di Taiwan pada 1980. Foto: @tributary_teas
Dalam proses menyeduhnya pun tak sekadar menuangkan air panas, "Memastikan suhu air tidak terlalu panas. Maka perlu konsentrasi agar teliti, lupa sedikit saja teh tidak bisa enak diminum," katanya.