Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Makam ini menjadi saksi bisu kehadiran tentara Nazi di Indonesia. Menimbulkan rasa penasaran mendalam. Siapa yang mendirikan makam Jerman di kaki Gunung Pangrango? Lantas, siapa saja yang dimakamkan di sana?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Makam yang terletak di Kampung Arca Domas, Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dari sisi jalan, keberadaan makam tidak terlihat begitu jelas karena lokasinya yang mungkin agak menjorok ke dalam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Luas areal pemakaman yang diteduhi pohon kamboja itu sekitar 300 meter persegi. Sekeliling makam ditumbuhi tanaman pagar setinggi satu meter. Dekat pintu masuk, berdiri tugu peringatan Deutscher Soldatenfriedhof yang dibangun Kedubes Republik Federal Jerman di Jakarta untuk menghormati prajurit Jerman yang gugur.
Sementara di dekat tugu, delapan batu nisan berbentuk “Eisernes Kreuz”atau salib baja simbol militer Jerman berjajar rapi. Dua makam lainnya berada di undakan paling bawah dan bertuliskan “Unbekannt” atau tidak dikenal.
Monumen setinggi 4 meter di undakan paling atas areal makam diapit oleh patung mungil berupa Ganesha dan Buddha. Di tubuh monumen terukir untaian kalimat berbahasa Jerman, yang artinya berbunyi “Untuk para awak Armada Jerman Asia Tenggara yang pemberani 1914. Dibangun oleh Emil dan Theodor Helfferich 1926”.
Dilansir dadi beberapa jurnal diceritakan bahwa pada zaman dulu kakak beradik yang bernama Emil dan Theodor Hellferich telah membeli tanah di Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Di tanah itu, mereka membangun perkebunan teh dengan luas sekitar diatas 800 hektare. Selama menciptakan perkebunan teh, mereka dibantu oleh orang-orang lainnya yang berprofesi sebagai dokter, seniman, insinyur, dan lain sebagainya.
Kemudian, pada 1928 Hellferich bersaudara dikabarkan kembali ke Jerman. Mereka berdua memberikan mandat kepada Albert Vehring selaku orang Belanda yang tinggal di Indonesia untuk mengurus perkebunan teh yang sudah dibuat. Lalu, pada 1943 ketika perang dunia II sedang berjalan. Pasukan tentara NaziJerman yang menjadi sekutu Jepang berhasil masuk ke Indonesia.
Tentara NAZI yang berhasil masuk adalah Angkatan Laut Jerman dari armada kapal selam yang berjenis U-195 dan U-196. Setelah itu, mereka mengambil alih kebun teh di Sukaresmi dengan alasan bahwa kebun teh tersebut adalah milik orang Jerman.
Singkat cerita, kemudian setelah Jerman dan Jepang kalah dari perang dunia II. Perkebunan teh yang dirampas oleh Jerman tadi dijadikan makam untuk para sepuluh tentara Jerman yang tewas. Namun hanya 8 makam yang bisa dikenali nisannya, adapun makam ke-9 dan ke-10, dinyatakan tak dikenal (unbekannt). Kemungkinan besar itu terjadi akibat saat proses pergantian nisan. Nama mereka yang tertera di nisan kayu yang lapuk sudah tak jelas terbaca lagi.
PRIMANDA ANDI AKBAR