Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wisatawan menyerbu Jepang tahun ini. Jumlah wisatawan di negara tersebut hampir mencapai tingkat sebelum pandemi menurut data resmi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam empat bulan berturut-turut sampai September, negara ini menyambut lebih dari 2 juta pengunjung internasional, demikian temuan Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO). Angka tersebut setara dengan lebih dari 96 persen angka wisatawan 2019 sebelum wabah COVID-19 yang menyebabkan pembatasan perjalanan di seluruh dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jatuhnya mata uang Jepang yen juga membuat destinasi yang terkenal mahal ini menjadi lebih terjangkau.
Pembatasan Covid-19 paling ketat
Jepang merupakan salah satu negara yang menerapkan pembatasan COVID-19 paling ketat di dunia dan merupakan salah satu negara terakhir yang mencabut pembatasan tersebut. Negara ini baru melanjutkan perjalanan bebas visa ke banyak negara pada tahun lalu dan semua kontrol yang tersisa dihapuskan pada Mei.
Meskipun pembatasan telah dicabut, negara ini juga tampaknya tidak siap menghadapi gelombang pertama wisatawan. Banyak toko tutup dan pekerja perhotelan sangat minim. Pengunjung juga awalnya hanya diizinkan bepergian dengan grup tur pribadi yang disetujui pemerintah.
Lebih terjangkau
Kini pengunjung kembali berdatangan, terutama karena anjloknya yen ke level terendah dalam 33 tahun. Jepang pun sebagai tempat liburan yang murah.
“Dengan inflasi di Amerika Serikat, segala sesuatu menjadi sangat mahal, dan jika datang ke sini, harganya jauh lebih murah,” kata John Hardisty, seorang turis dari Hawaii, saat berbelanja di Tokyo baru-baru ini, seperti dikutip Euronews. “Ini seperti perbedaan siang dan malam.”
Jumlah pengunjung yang datang dari Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Singapura mencapai rekor tertinggi pada September, kata JNTO. Wisatawan dari Meksiko merupakan rekor baru.
Overtourism di situs-situs terkenal
Masuknya kembali wisatawan memberikan tekanan pada situs-situs paling populer di Jepang. Gunung Fuji mengalami peningkatan dramatis dalam jumlah pengunjung yang menyebabkan polusi, masalah keamanan, dan isu tentang pembatasan akses. Banyaknya pendaki menimbulkan kekhawatiran akan kemacetan lalu lintas manusia di jalur pendakian lereng gunung.
“Wisata yang berlebihan (overtourism) juga menimbulkan banyak risiko, termasuk keselamatan para pendaki,” jelas Masatake Izumi, pejabat prefektur Yamanashi. “Misalnya, jika banyak orang terjebak dalam kemacetan lalu lintas manusia di bawah puncak, maka dapat terjadi benturan, jatuh, atau batu yang berjatuhan, yang dapat mengakibatkan kecelakaan serius. Ini adalah kemungkinan yang sangat mengkhawatirkan bagi kami."
Destinasi bebas keramaian
Daripada ramai-ramai mengunjungi tempat-tempat wisata di Jepang, cobalah memilih destinasi alternatif. Pada 2021, pulau terpencil Iriomote ditambahkan ke daftar situs Warisan Dunia UNESCO. Iriomote adalah bagian dari kepulauan 160 pulau subtropis di prefektur Okinawa di Laut Cina Timur.
Pulau ini adalah surga bagi pecinta alam, dengan lebih dari 90 persennya tertutup hutan tropis, dan merupakan rumah bagi hutan bakau terbesar di Jepang. Bukan hanya pantai-pantai yang indah, ada juga Air Terjun Mariudo yang menakjubkan, dan jalur pendakian yang rindang, semuanya jauh dari pariwisata massal.
Pilihan Editor: Tips Mengatasi Kendala Bahasa saat Traveling ke Jepang