Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Pasar Wisatawan Melimpah, Yogyakarta Mulai Perkuat Sektor Amenitas

Pergerakan wisatawan di Yogyakarta pada 2022 dan 2023 ini sudah melampaui mobilitas sebelum pandemi Covid-19 terjadi.

27 Oktober 2023 | 20.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Penjabat Walikota Yogyakarta Singgih Rahardjo menuturkan pergerakan wisatawan di Yogyakarta pada 2022 dan 2023 ini sudah tercatat melampaui mobilitas pada 2019 atau sebelum pandemi Covid-19 terjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Besarnya pangsa pasar wisatawan di Yogyakarta saat ini, menurut Singgih, perlu diikuti dengan faktor amenitas pariwisata yang memadai.

Amenitas pariwisata

Amenitas merujuk berbagai fasilitas di luar akomodasi, seperti rumah makan, restoran, toko cinderamata dan oleh-oleh, hingga fasilitas umum seperti sarana ibadah, kesehatan, dan lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Satu contoh amenitas yang penting seperti keberadaan pusat oleh-oleh, karena saat peak season (kunjungan wisata tinggi) ternyata banyak toko kita yang kehabisan stok, ini jangan sampai terjadi," kata Singgih di sela menghadiri peresmian gerai oleh oleh bakpia Tugu Jogja di Kota Yogyakarta, Jumat 27 Oktober 2023.

Singgih menuturkan, kultur belanja wisatawan domestik perlu dipahami pula oleh para pemilik gerai oleh-oleh. "Kita diuntungkan dengan kebiasaan kirco, kirnggo, kirmah wisatawan," kata Singgih.

Kirco merupakan kependekan dari mikir konco atau memikirkan teman, kirnggo kependekan mikir tonggo atau memikirkan tetangga, dan kirmah kependekan mikir omah alias memikirkan keluarga besar di rumah.

"Kebiasaan itu membuat wisatawan saat belanja oleh-oleh jumlahnya seringkali tidak hanya untuk dirinya, tapi juga orang dekatnya," kata Singgih.

"Padahal wisatawan yang datang langsung sendiri sudah cukup banyak, sehingga stok oleh-oleh mestinya selalu ditambah saat peak season di Yogya," imbuh Singgih.

Singgih yang juga Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta itu menambahkan, selain kebiasaan dan kebutuhan wisatawan, pelaku usaha oleh-oleh juga harus mempertimbangkan masalah pengiriman barang.

"Kadang wisatawan jadi malas bawa belanjaannya jika pengiriman sulit, padahal mereka mau belanja banyak, jadi perlu ada kerjasama dengan jasa kurir untuk memudahkan itu," kata dia.

Pengakuan GI

Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi dan Keanggotaan Kadin DIY Robby Kusumaharta menuturkan sejumlah produk lokal Yogyakarta diuntungkan karena telah mendapatkan pengakuan indikasi geografis (GI atau Geographical Indications) dalam peta digital. Salah satunya makanan khas bakpia, selain batik nithik dan salak pondoh.

"Adanya pengakuan GI oleh-oleh khas Yogyakarta ini bisa diikuti dengan pemanfaatan layanan unaccompanied baggage yang kini disediakan maskapai, agar bisa terkirim dengan penerbangan yang sama. Terlebih Yogya punya airport international," imbuh Robby.

Hanya saja, Kadin DIY meminta pusat oleh-oleh yang berskala besar di Yogya juga bersedia melakukan proses hilirisasi produk. Terutama dengan industri industri kecil di sekitarnya, agar tak saling mematikan.

Pendiri Bakpia Kukus Tugu Jogja Rizka Wahyu Romadhona menuturkan, kuliner khas seperti bakpia masih menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang selama ini berkunjung di Yogya.

"Dari kuliner khas itu yang dikembangkan inovasi produknya agar semakin beragam dan banyak pilihan," kata dia.

Rizka mencontohkan Satu dalam satu gerai, wisatawan tak hanya bisa menjumpai bakpia. Namun juga bisa menemukan oleh-oleh khas Yogyakarta seperti cinderamata dari Dagadu, Jogja Pasaraya dan My Gelato.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus