Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lasse Maja. Begitu nama feri yang membawa kami dari Pulau Koon ke Marstrand. Namun, begitu kaki meng injak pulau ini, kembali terlihat papan nama Lasse Maja, sebuah hotel dan restoran. Harga makanannya lumayan mahal. ”Untuk makan dengan menu pembuka hingga penutup, namun tanpa anggur, minimal kita harus menge luarkan dana dari kocek 400-700 krona per orang,” kata Diat Inanta Mossmark, istri Fredrik Mossmark, yang juga bergabung dalam jalan-jalan.
Di dalam Benteng Carlsten, kembali nama itu bisa ditemukan di tempat yang dulu menjadi dapur. Siapa Lasse Maja? Pria yang pernah menghabiskan 26 tahun dari hidupnya di penjara Benteng Carlsten ini bernama asli Lars Larsson, atau dalam papan di Carlsten disebut Lars Molin. Dia legenda di Marstrand.
Lasse Maja adalah pencuri ulung dengan kekhasan triknya, menyaru sebagai perempuan. Dengan trik ini pula dia berhasil kabur dari Marstrand meski kemudian tertangkap lagi.
Saking miripnya dengan perempuan, beberapa pria tertipu dan hampir menikahinya. Seorang korbannya adalah pendeta. Malam sebelum pernikahan, Lasse Maja kabur membawa uang dan harta calon ”suami”-nya.
Dia menghambur-hamburkan uangnya dengan bergaya hidup mahal di Stockholm. Tempat-tempat pertunjukan opera menjadi ajang menghabiskan uangnya.
Suatu saat, dia mencoba mencuri di gereja, yang membuatnya tertangkap dan dijatuhi hukuman seumur hidup. ”Pencuri itu lebih buruk dari pembunuh. Kita bisa membunuh orang karena marah, tapi kita tidak akan pernah mempercayai seorang pencuri,” ujar komandan Benteng Carlsten, Eiwe Svanberg, di majalah khusus Kungalv dan Marstrand, Intro.
Namun rupanya keahlian memasak menyelamatkan Lasse Maja. Di benteng, dia diminta jadi juru masak. Rupanya putra mahkota yang kemudian menjadi Raja Carl XIV Johan dari Swedia, yang suka berkunjung ke Marstrand untuk pesiar, jatuh hati dengan masakan dan kebaikannya. Lars Larsson pun mendapat ampunan dan bebas pada 1939.
Setelah itu, Lasse Maja menghabiskan sisa hidupnya dia meninggal pada 1845 dengan berkeliling negeri, berkisah tentang hidupnya yang penuh warna. Lasse Maja menyatakan, ”Hidup itu berat, tapi yang paling penting adalah harus menyenangkan.”
Purwani Diyah Prabandari
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo