Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Waspadai Pembuluh Kaku

Pembuluh darah kaku membuat organ penting dalam tubuh terganggu. Penyebabnya adalah gaya hidup tak sehat. Ada juga faktor genetis.

21 Juni 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ganti miracle dua, ganti mi racle tiga, tak tembus juga, hentikan.” Kalimat itu masih terngiang dalam ingatan George Junus Aditjondro, 64 tahun, ketika ketua tim dokter Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta Pusat, Antono Sutandar, memerintahkan koleganya mencoba menembus pembuluh darah dia. Ketika itu, pada pekan pertama Mei, dosen Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, ini tengah menjalani pemasangan cincin (stent) agar aliran darah lewat pembuluh aorta ke jantung lancar.

Sudah 200 sentimeter kubik cairan berwarna kontras bersifat radioaktif dihabiskan untuk tindakan medis itu. ”Kata dokter, tindakan itu dihentikan agar cairan tersebut jangan sampai merusak ginjal saya,” kata George sambil memperlihatkan laporan kesehatannya.

Tapi apa daya, pembuluh yang diduga seempuk keju ternyata sekeras Tembok Berlin ini istilah George. Tiga kawat kateter, dari yang empuk sampai yang keras, tak mampu menembus 12 milimeter plak, yang 99-100 persen memblokade jalannya darah. Akibat penyumbatan (stenosis) itu, fungsi jantung terganggu, yang bisa berakibat kematian.

Pada gambar hasil magnetic resonance imaging (MRI) yang diperlihatkan kepada Tempo, Selasa pekan lalu, tampak warna merah pekat kehitaman pada pembuluh yang tersumbat yang artinya tak sehat. Sedangkan di bilik lain yang tak terganggu, warnanya masih tampak merah muda, yang artinya masih normal.

Terbentuknya plak penyebab penyakit gangguan pembuluh darah (aortic stenosis) yang diderita George diduga berasal dari orang tuanya. ”Ibu saya meninggal di usia sekitar 50 tahun, mungkin dari dia,” kata pria keturunan Jawa Belanda itu. Namun tentu saja pola makan, tingkat stres, dan riwayat penyakit lain turut aktif berperan. ”Saya paling suka makan daging merah, terutama kesukaan saya, B-1 dan B-2, di restoran Manado dan Batak,” ujarnya. B-1 dan B-2 itu istilah untuk daging anjing dan babi.

Riwayat penyakit yang memperparah kondisi pembuluh darahnya adalah 10 tahun hipertensi, 10 tahun diabetes, delapan tahun asam urat, dan koleste rol tinggi selama 20 tahun. Semuanya penyakit ”kelas berat” yang bermuara pada perusakan pembuluh jantung. Masih ”untung” George bukan peminum alkohol dan perokok.

Nah, karena tak mungkin ada tindakan langsung ke pembuluh jantungnya dengan pemasangan cincin, kini pria yang sedang mempersiapkan buku masyarakat Tana Toraja itu sedang menjalani terapi ozon. ”Manfaatnya, saya merasa segar, dan napas tak lagi ngos-ngosan saat naik tangga,” ujarnya. Sampai pekan lalu, George sudah menjalani 10 kali infus ozon, dan tiga kali cuci darah dengan ozon. ”Masih empat kali lagi, sekali seminggu,” katanya.

Terapi ini, menurut dokter Adelinda Raintung, membersihkan plak yang ada pada dinding pembuluh darah, melenturkan pembuluh darah, mengurangi penyempitan, dan mencegah penyumbatan pembuluh darah. Namun terapi ini belum masuk tindakan medis yang disarankan dokter konvensional.

Berkaca pada pola makan George, memang masuk akal bila pembuluh aortanya terganggu. Namun, justru yang mengherankan, gejala gangguan nya baru-baru ini saja dirasakan, bu kan nya bertahun-tahun lalu. Pe ngarang buku Membongkar Gurita Cikeas yang menghebohkan itu mulai merasakan ada yang tak beres dalam tubuhnya ketika berjalan dengan seorang pendeta di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. ”Jarak jalan saya dengan pendeta terlalu jauh, dan napas saya ngos-ngosan,” ujar George.

Kemudian, akhir Februari lalu, lehernya terasa kaku, dan tekanan darah saat diperiksa di rumah 200/120 mmHg. George lalu pergi ke Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia, Jakarta Timur. Dari sejumlah pemeriksaan, terdapat berbagai penyakit, antara lain vertigo, pelemakan hati (fatty liver), dan jantung koroner. Dokter pun memutuskan memasang cincin karena ada gangguan pembuluh darah pada bilik kiri jantungnya (left anterior descending artery), tapi gagal.

Menurut dokter ahli penyakit jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, Iwan Dakota, penyakit pembuluh darah seperti itu banyak menyerang orang berusia tua. Tapi banyak juga orang mati muda akibat gangguan pembuluh darah karena faktor genetis. ”Bagi orang dengan pola makan dan hidup tak terkontrol, dengan kolesterol tinggi dan hipertensi terus-menerus, penyakit ini niscaya terjadi,” ujarnya. Dan George memiliki kedua penyebabnya: faktor genetis dan pola makan tak sehat.

Semua risiko itu sebenarnya sangat bisa dikalkulasi oleh diri sendiri dengan memahami sirkulasi darah yang diangkut pembuluh. Secara umum, sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia dapat dibagi dua: sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kiri ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung kanan, serta yang mengalir dari jantung kanan ke paru, lalu kembali ke jantung kiri.

Darah mengalir ke seluruh tubuh secara terus-menerus untuk menjamin suplai oksigen dan zat-zat lain agar organ-organ tubuh tetap dapat berfungsi dengan baik. Aliran darah ke seluruh tubuh dapat berjalan berkat ada nya pemompa utama, jantung, dan sistem pembuluh darah sebagai alat pengalir.

Agar darah dapat mengalir dan mencapai seluruh tubuh, diperlukan tekanan darah minimum yang disebut critical clossing pressureyield pressure. Tekanan minimal ini dibutuhkan untuk membuka rongga pembuluh darah kecil (kapiler) sebesar 20 mmHg. Kece patan aliran darah yang tertinggi adalah pada aorta (pembuluh darah tempat keluarnya darah dari jantung). Makin jauh dari aorta, makin rendah kecepatannya. Jumlah total darah yang dipompa ke luar jantung kira-kira 5,5 liter darah per menit.

Menurut dokter Iwan, pembuluh darah dapat diibaratkan seperti selang yang bersifat elastis, yang diameternya bisa membesar atau mengecil. Sifat lentur ini sangat bermanfaat untuk mempertahankan tekanan darah agar stabil. Bila tekanan meningkat, diameter pembuluh darah akan melebar, beradap tasi, menurun kan tekanan yang berlebih menjadi normal. Bila pembuluh darah kaku, kurang fleksibel, daya antisipasinya pun kurang.

Pembuluh darah memang menjadi kaku seiring dengan bertambahnya usia. Kekakuan juga bisa terjadi akibat pengapuran pada dindingnya. Penyebab lain dari kekakuan pembuluh darah adalah tumpukan kolesterol pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Plak lemak menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah kaku akan menyebabkan hipertensi.

George kini memang mengandalkan perbaikan kesehatan jantungnya pada terapi ozon, karena dia menolak ope rasi bypass. Dia juga berusaha meng atur pola makannya, yaitu pagi hanya setangkup roti gandum, siang makan nasi dengan lauk ayam atau ikan, dan malam sepiring salad sayur. Namun George pun menyadari ada unsur genetis dalam kekakuan pembuluh darah yang dia derita. ”Umur saya ini sudah bonus,” katanya.

Ahmad Taufik


Pembuluh Darah Kita

Berdasarkan ukuran dan fungsinya, pembuluh darah digolongkan menjadi:

Pembuluh-pembuluh darah balik (capacity vessels), seperti vena dan venula, yang dapat menampung darah dalam jumlah banyak.

Pembuluh darah besar (windkessel vessels): aorta dan arteri besar lainnya. Pembuluh ini sangat elastis dan menyimpan energi potensial yang diubah menjadi energi kinetik.

Pembuluh darah kecil (resistance vessels). Diameternya agak kecil, memiliki sistem pengaturan yang sangat efisien, dan diatur pula oleh sistem saraf otonom.

Pembuluh darah kapiler (exchange vessels), pembuluh terkecil. Dindingnya terdiri atas satu lapisan sel. Di sini terjadi pertukaran air dan zat-zat di dalamnya, antara darah dan cairan tubuh lainnya.

Shunt vessels. Aliran darah yang tidak melalui pembuluh kapiler akan melewati shunt ini dan tidak turut dalam pertukaran cairan dan zat-zat lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus