Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Peninggalan Mesir Kuno Ternyata Sangat Memuja Wanita

Sebelum dunia mengenal emansipasi wanita pada saat Revolusi Prancis, jauh sebelumya, bangsa Mesir Kuno telah memuliakan wanita.

11 Maret 2020 | 11.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bila sebagian besar negara di muka bumi masih berkutat dengan persoalan emansipasi dan gender, maka kebudayaan Mesir Kuno mendahului zamannya. Sebagaimana dinukil dari Afar, Mesir memiliki banyak piramida yang didedikasikan untuk ratu dan dewi Mesir yang kuat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bayangkan, ketika era modern sebagian negara berbudaya patriakal menempatkan pria pada otoritas yang kuat, sementara perempuan diasingkan ke tugas rumah tangga, peradaban Mesir Kuno malah sebaliknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perempuan Mesir Kuno memiliki properti, berpartisipasi dalam sistem hukum, dan bebas menikah dan bercerai sesuka hati. Beberapa wanita bahkan memerintah seluruh kerajaan, seperti Cleopatra VII, penguasa terakhir Ptolemeus Mesir (323–30 SM) sebelum dikalahkan dan dianeksasi oleh Roma. Demikian juga, dewa-dewa pria dan wanita sangat dihormati dalam agama Mesir Kuno, dan kedua jenis kelamin diyakini memainkan peran penting dalam mempertahankan "tatanan kosmik."

Warisan dari wanita-wanita terkemuka dari era Mesir Kuno beberapa di antaranya dilindungi sebagai situs Warisan Dunia UNESCO. Sebagaimana dinukil dari Afar, inilah situs bersejarah Mesir Kuno yang didedikasikan kepada para wanita hebat pada zamannya

Kuil Isis, Pulau Agilkia, Aswan

Di Mesir kuno, dewi kesuburan Isis mewakili istri dan ibu yang ideal — dia melindungi orang sakit dan mengajar wanita cara menenun, memasak, dan memfermentasi bir. Selama masa pemerintahan Ptolemeus II (285–246 SM), Kuil Isis dibangun di Philae, sebuah pulau Sungai Nil di hilir dari Aswan, sebuah kota di Mesir selatan.

Kuil Isis, Pulau Agilkia, Aswan. Foto: @virjofer

Situs itu menghormati sang dewi istri dari Osiris (dewa kematian); dan putra mereka yang berkepala elang, Horus the Young (dewa langit yang kuat). Bagian interior dan fasad Kuil Isis dipahat lakon mitos Mesir. Namun ukiran-ukiran itu dirusak oleh orang-orang Kristen selama era Bizantium (330-1453 C.E.). Mereka merusak banyak ukiran yang disebut sebagai gambar “kafir”, lalu menggantinya ukiran salib Koptik ke dinding.

Pada tahun 1960, setelah pembangunan Bendungan Tinggi Aswan mengancam merendam Kuil Isis, UNESCO meluncurkan kampanye untuk memindahkan situs tersebut ke tempat yang lebih tinggi. Antara tahun 1976 dan 1980, hampir 50.000 balok batu pasir dipindahkan dengan hati-hati dari situs aslinya dan disusun kembali di Pulau Agilkia, sebuah pulau kecil di utara Philae. Pada tahun 1979, Kuil Isis ditambahkan ke daftar Warisan Dunia UNESCO sebagai bagian dari koleksi yang harus dilindungi.

Kuil Isis disebut juga sebagai Monumen Nubian, lokasinya dekat Kota Aswan -- penerbangan 1,5 jam dari Kairo). Biaya masuk sebesar US$11 dan pengunjung hanya dapat mencapai kuil dengan perahu; melalui perjalanan 10 menit dari marina yang terletak sekitar 20 menit dari pusat kota Aswan. Biaya berperahu ke Kuil Isis sekitar US$10 sekali jalan.

Kuil Hathor, Kuil Dendera, Qena

Monumen ini didedikasikan untuk Hathor, dewi langit Mesir Kuno, terdaftar sebagai situs Warisan Dunia Astronomi UNESCO. Warisan Dunia Astronomi yang dibuat UNESCO merupakan sebuah gelar yang diberikan kepada lokasi, yang dikhususkan sebagai tempat mempelajari astronomi pada zaman lampau. Kuil Hathor dibangun sebagai bagian dari kompleks Kuil Dendera selama periode Ptolemeus (305–30 SM) dan diselesaikan pada masa pemerintahan kaisar Romawi Tiberius (14–37 M).

Kuil Hathor di Kompleks Kuil Dendera. Foto: @abmagfab

Kalender dan rasi bintang astronomi menghiasi atap aula hypostyle (ruang berlangit-langit tinggi yang didukung oleh beberapa baris pilar), dan setiap kolom yang berbeda ditutup dengan ukiran besar kepala Hathor.

Di sebuah kapel kecil di atas kuil utama, para arkeolog awal abad ke-19 menemukan Dendera Zodiac yang terkenal, relief berbentuk lingkaran yang menampilkan cincin luar dengan 36 divisi yang mewakili 360 hari tahun Mesir dan lingkaran dalam yang dipenuhi dengan rasi bintang dan tanda zodiak – bahkan para sejarawan percaya patung di langit-langit menggambarkan peta alam semesta.

Pada tahun 1820, kolektor barang antik Prancis, Sebastien Louis Saulnier menyewa seorang pencuri barang antik untuk menghilangkan ukiran astronomis dengan gergaji dan bubuk mesiu. Ukiran astronomis itu, kini dipajang di Museum Louvre Paris, sementara replika menutupi langit-langit di Kuil Hathor di Mesir.

Kompleks Kuil Dendera terletak sekitar 45 menit dari pusat wisata utama Luxor di kota Qena. Untuk menikmati kuil tersebut, ambillah tur sehari dengan pemandu dan transportasi pulang pergi antara Kuil Dendera dan Luxor. Pengunjung dapat memilih dari beberapa opsi grup dan pribadi, senilai mulai dari US$40 hingga US$140 per orang -- tergantung pada durasi tur.

Makam Nefertari, Lembah Ratu, Luxor

Sekitar tahun 1250 SM, Firaun Ramses II menguburkan istrinya tercintanya, Nefertari, di Lembah Ratu, sebuah nekropolis yang rumit di tepi barat Sungai Nil yang mencakup lebih dari 90 makam istri dan anak-anak kerajaan.

Sejumlah pengunjung berjalan di depan Kuil Ratu Nefertari, istri Firaun Ramses II, di malam perayaan penobatan Firaun Ramses II, di Aswan, Mesir, Jumat (21/2). REUTERS/Mohamed Abd El Ghany

Meskipun Nefertari bukan seorang ratu yang memerintah seperti Cleopatra atau Hatshepsut, ia memiliki pengaruh signifikan dalam urusan politik dan militer. Ia memainkan peran penting dalam mempertahankan perjanjian damai penting antara Het dan kekaisaran Mesir, yang didirikan pada masa pemerintahan Ramses II. Perjanjian tersebut dianggap sebagai perjanjian internasional pertama dalam sejarah manusia.

Saat ini, ruang bawah tanah Nefertari dikenal sebagai "Kapel Sistina Mesir" karena lukisan-lukisannya yang berusia 3.000 tahun yang sangat terawat, yang dihiasi dengan ayat-ayat dari Kitab Orang Mati dan mewakili perjalanan sang ratu ke akhirat.

Ruang-ruang di Makam Nefertari menampilkan potret Osiris sang dewa kematian, diikuti oleh dewi-dewi Mesir kuno Neith, Isis, dan Hathor. Mereka digambarkan memandu Nefertari bermahkota emas, dalam perjalanannya menuju dunia bawah. Lukisan itu melambangkan status tinggi Nefertari. Sarkofagus Nefertari, yang dijarah pada zaman purba, awalnya diletakkan di ruang terakhir kuil, di bawah langit-langit biru gelap yang ditutupi bintang-bintang emas.

Tiket masuk ke Lembah Ratu sebesar US$7, dan kunjungan 10 menit ke makam Nefertari berharga tambahan US$ 90. Patung dan monumen ke Nefertari juga dapat ditemukan di beberapa situs di seluruh Mesir, seperti Kuil Abu Simbel dan Karnak. 

Kapel Sekhmet, Kompleks Kuil Karnak, Luxor

Membentang di lebih dari 247 hektar di tepi timur Sungai Nil, Kompleks Kuil Karnak (biasa disebut Karnak) adalah pusat ibadah utama di Thebes, salah satu ibu kota kerajaan Mesir kuno. Firaun Sesostris I mulai membangun Karnak pada abad ke-20 SM, meskipun sebagian besar kuil, obelisk, dan tiang-tiang yang tersisa berasal dari Kerajaan Baru (1539 hingga 1075 SM).

Para wisatawan mengambil gambar salah satu patung di Kuil Karnak di Luxor, Mesir, Jumat, 23 November 2018. Kompleks Kuil Karnak merupakan komplek keagamaan kedua terbesar di dunia dengan luas hingga 1,2 kilometer persegi. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany

Dikenal sebagai Ipet-Isut, atau "Chosen of Places," situs kolosal ini dikemas dengan keajaiban arsitektur dan artistik, yang sebagian besar didedikasikan untuk Triad Theban ilahi Mesir Kuno: dewa matahari Amun, permaisuri Mut, dan putra mereka Khonsu. Kapel Sekhmet merupakan kuil tersembunyi untuk menghormati dewi perang leonine, Sekhmet.

Di dalam kuil terdapat patung granit Sekhmet, yang menggambarkan dewi berkepala singa tua yang memegang ankh (salib melingkar) dan bunga lotus -- untuk melambangkan kehidupan dan kelahiran kembali. Cara termudah untuk menemukannya adalah dengan meminta penjaga kuil untuk menunjukkan jalan. Tiket ke Karnak berharga sekitar US$13.

Kuil Hatshepsut, Necropolis Theban, Deir el-Bahri

Terletak di bawah tebing curam, Deir el-Bahri di Lembah Para Raja. Kuil itu didedikasikan untuk menghormati salah satu ratu paling luar biasa di Mesir. Ketika suami Hatshepsut, Thutmose II, meninggal pada tahun 1479 SM, ia bertindak sebagai wali bagi anak tirinya Thutmose III yang berusia tiga tahun, yang merupakan pewaris takhta tetapi belum dapat memerintah.

Sekitar tahun ketujuh masa pemerintahannya, Hatshepsut telah mengumpulkan cukup kekuatan untuk mengadopsi otoritas penuh dan gelar firaun laki-laki. Dia memerintah Mesir bersama Thutmose III sampai kematiannya pada tahun 1458 SM. Dia dimakamkan di dekat Lembah Para Raja di tepi barat Sungai Nil.

Kuil Hatshepsut, Necropolis Theban, Deir el-Bahri di Mesir. Foto: Jean C Bustamante/@bustamante.sa

Di seluruh Kuil Hatshepsut, relief dan lukisan terperinci menggambarkan kemakmuran Mesir di bawah pemerintahannya. Ukiran-ukiran didominasi era damai yang dengan perdagangan dan proyek pembangunan. Setelah kematian Hatshepsut, Thutmose III merusak banyak patung dan monumen Hatshepsut — untuk menghilangkan jasa seorang wanita dari barisan raja-raja. Tiket masuk ke Kuil Hatshepsut berharga sekitar US$9 per orang.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus