Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Profil Hotel Majapahit Tempat Deklarasi Anies-Cak Imin, Pernah Bernama Hotel Oranye dan Hotel Yamato

Hotel Majapahit Surabaya pernah bernama Hotel Oranje dan Hotel Yamato, tempat deklarasi Anies-Cak Imin.

5 September 2023 | 09.17 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Balkon Hotel Majapahit di Surabaya, 19 Juni 2012. Hotel Majapahit didirikan tahun 1910 oleh keluarga asal Armenia, Lucas Martin Sarkies, dengan nama Oranje Hotel. Tahun 1942, Jepang mengambil alih hotel ini dan menamakannya Yamato Hoteru, di hotel inilah peristiwa perobekan Bendera Belanda (insiden Yamato) terjadi. Fully Syafi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hotel Majapahit Surabaya mendapat sorotan usai dijadikan tempat deklarasi Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Anies-Cak Imin pada Sabtu, 2 September 2023 sebagai pasangan bakal capres dan cawapres Pemilu 2024. Juru bicara Anies Baswedan, Marco Kusumawijaya, mengatakan hotel tersebut dipilih karena kaya akan sejarah dan perjuangan bangsa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Apalagi Hotel Majapahit ini kan dulu tempat insiden perobekan bendera Belanda menjadi bendera Merah Putih Indonesia, berkat keberanian arek-arek Suroboyo,” kata Marco dalam pernyataan tertulis, Sabtu lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Profil Hotel Majapahit Surabaya

Hotel Majapahit pertama kali didirikan sebagai “Hotel Oranje” pada 1910. Pendirinya adalah pengusaha hotel tersohor Lucas Martin Sarkies. Dia adalah anggota keluarga Sarkies Armenia. Mereka memang terkenal karena koleksi hotel-hotelnya. Termasuk di antaranya Hotel Raffles di Singapura, The Strand di Myanmar, dan Eastern & Oriental di Penang.

Tokoh-tokoh beken abad ke-20 macam Prince Leopold III, Putri Astrid dari Belgia, Charlie Chaplin, Paulette Goddard, dan penulis Joseph Conrad tercatat pernah menginap ke hotel ini pada 1936. Pada 19 September 1945, hotel yang diberi nama Hotel Yamato di masa pendudukan Jepang ini, menjadi saksi perjuangan rakyat Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Peristiwa itu dinamai Insiden Hotel Yamato.

Tragedi bermula saat pihak Belanda yakni W.V.Ch. Ploegman mengibarkan benderanya di tiang tertinggi Hotel Yamato tanpa persetujuan pemerintah Indonesia. Tindakan itu membuat rakyat Surabaya, terutama kaum pemuda naik pitam. Belanda dinilai telah melecehkan kedaulatan kemerdekaan Indonesia

Meski telah berunding, namun Ploegman bersikeras menyatakan bendera Belanda harus tetap berkibar dan tidak mengakui kemerdekaan Indonesia. Pernyataan Ploegman itu mengundang kericuhan yang berubah menjadi rusuh. Baku hantam pun tidak dapat terbendung di dalam Hotel Yamato. Pada akhirnya, nyawa Ploegman tak tertolong karena dicekik.

Setelah terjadi kerusuhan, seorang pemuda Surabaya bernama Koesno Wibowo kemudian menurunkan bendera Belanda. Dia merobek warna birunya sehingga hanya tinggal merah putih saja. Setelah itu bendera kembali dikibarkan. Pengibaran bendera ini pun disambut gemuruh pekik merdeka dari arek-arek Surabaya. Kejadian ini kemudian menjadi awal pemicu terjadinya pertempuran heroik di Kota Pahlawan itu.

Secara sekilas, tidak banyak yang berubah dari Hotel Majapahit Surabaya. Hotel ini bergabung dalam jaringan Accor Hotels, dengan 143 kamar dan ditunjang oleh fasilitas bintang lima dengan suasana klasik dan elegan. Salah satu hal yang paling mengesankan di hotel ini adalah presidential suite seluas 806 meter persegi, terbesar di Asia Tenggara dengan dua kamar tidur, ruang tamu pribadi, ruang makan dan peralatan kamar mandi yang berlapis emas.

Selain keaslian arsitektur hotel, pengunjung akan terpesona oleh pemandangan yang ditawarkan. Kamar hotel termasuk Presidential Suites yang dilengkapi dengan teras pribadi menghadap halaman hotel yang ikonik. Ini adalah satu-satunya hotel di Indonesia yang menawarkan bukan hanya kemewahan, tapi juga perpaduan klasik sejarah kemerdekaan Indonesia dengan keaslian arsitektur Art Novo dan Art Deco.

Hotel Majapahit telah banyak mengalami perubahan nama. Dari nama berdiri di era penjajahan Belanda yakni Hotel Oranje, kemudian menjadi Hotel Yamato era Jepang, Hotel Merdeka paska peristiwa perobekan bendera, jadi Lucas Martin Sarkies Hotel setelah kembali dikelola oleh keluarga Sarkies dan didedikasikan untuk salah seorang anggota keluarga, dan terakhir hingga sekarang diberi nama Hotel Majapahit sejak 1969.

Pada masa pendudukan Jepang, hotel itu bernama Hotel Yamato. Pernah menjadi markas RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees: Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran)

Diberitakan sebelumnya, Juru bicara Anies Baswedan, Marco Kusumawijaya, mengatakan Hotel Majapahit, Surabaya, yang dulunya bernama Hotel Yamato ini menjadi ikon sejarah penting di kota pahlawan. Sehingga, kata dia, Hotel Majapahit sebagai lokasi deklarasi Bacapres dan Bacawapres KPP sangat tepat karena sarat akan sejarah panjang perjuangan bangsa.

“Pak Anies sering mengatakan bahwa tujuan berdirinya republik ini bukan sekadar menggulung kolonialisme, tetapi juga menggelar keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Marco.

HENDRIK KHOIRUL MUHID  | RACHEL FARAHDIBA R | EKA YUDHA SAPUTRA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus