Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Keberadaan Hotel Majapahit Surabaya selain sebagai salah satu simbol perlawanan arek-arek Suroboyo saat Pertempuran 10 November, juga menjadi saksi sejarah deklarasi Anies dan Muhaimin Iskandar pada Sabtu, 2 September 2023 lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hotel Majapahit dipilih sebagai lokasi deklarasi capres-cawapres Anies-Cak Imin karena dianggap tepat dan sarat akan sejarah panjang perjuangan bangsa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Apalagi Hotel Majapahit ini kan dulu tempat insiden perobekan bendera Belanda menjadi bendera Merah Putih Indonesia, berkat keberanian arek-arek Suroboyo,” kata Marco Kusumawijaya, juru bicara Anies Baswedan pada Sabtu, 2 September 2023.
Selain itu, Hotel Majapahit dipilih karena Anies Baswedan sering menyampaikan di berbagai pidatonya akan semangat terkait tujuan berdirinya Indonesia.
“Pak Anies sering mengatakan bahwa tujuan berdirinya republik ini bukan sekadar menggulung kolonialisme,tetapi juga menggelar keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Harapannya ini bisa kita pegang dan ikhtiarkan bersama-sama di bawah kepemimpinan Anies-Cak Imin ke depan”, kata Marco.
Perobekan bendera jadi peristiwa heroik di Hotel Majapahit
Perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato merupakan salah satu kisah heroik dalam revolusi Indonesia. Insiden perobekan bendera itu dilakukan oleh Arek-arek Suroboyo tepatnya pada 19 September 1945.
Peristiwa tersebut menimbulkan konflik yang lebih besar pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia. Peristiwa tersebut diketahui terjadi karena perundingan antara Jenderal Soedirman yang merupakan residen Surabaya dan WVC Ploegman untuk menurunkan bendera Belanda mengalami kegagalan.
Perundingan tersebut mengakibatkan Ploegman tewas dicekik dan Sudirman yang melarikan diri ke luar Hotel Yamato. Sementara itu, di luar hotel, para pemuda yang mendengar kabar bahwa perundingan tersebut gagal langsung mendobrak masuk dan perkelahian di lobi pun terjadi. Mengutip dari Tempo edisi 19 September 2021, sejumlah pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda.
Hariyono, yang sebelumnya bersama Sudirman pun masuk kembali ke dalam hotel dan ikut memanjat tiang bendera. Hariyono bersama Kusno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan menaikannya kembali ke puncak tiang Hotel Yamato. Arek-arek Suroboyo di bawah Hotel Yamato yang menyaksikan peristiwa tersebut pun menyambut dengan pekik 'Merdeka' berulang kali.
Perundingan antara Indonesia dan AFNEI (Sekutu Pasukan Hindia Belanda) tidak pernah menemukan kesepakatan hingga pada 10 November 1945, perang terbesar pasca perang hari kemerdekaan pun terjadi. Mengutip dari Akvo RSR, perang tersebut memakan waktu 3 minggu hingga akhirnya tentara Inggris, yang saat itu merupakan pasukan sekutu Belanda mengklaim bahwa Indonesia adalah bagian dari penjajahan mereka.
Dulu bernama Hotel Oranje
Pada masa penjajahan Belanda, hotel ini lebih dikenal dengan nama Hotel Oranje oleh Lucas Martin Sarkies dari keluarga Armenia terkenal yang koleksi hotel megahnya meliputi Raffles di Singapura, The Strand di Yangon dan Eastern and Oriental di George Town, Pulau Pinang. Charlie Chaplin dan Paulette Goddard menghadiri pembukaan penambahan gaya Art Deco baru di bagian depan hotel pada tahun 1936.
Pada 1942 Surabaya diduduki oleh pasukan Jepang dan hotel tersebut berganti nama menjadi 'Yamato Hoteru' atau 'Hotel Yamato'.
Berubah nama jadi Hotel Yamato
Nama Yamato baru digunakan sejak tentara Jepang mengusir tentara Belanda dan berhasil menguasai Indonesia pada masa penjajahan Jepang. Nama Yamato merupakan referensi dari nama pemimpin pasukan Jepang yang tinggal di Indonesia pada 1942-1945 dengan kurang lebih 200 orang yang menjaga keamanannya, salah satunya adalah polisi Kempetai Jepang. Selain itu, ketika masa perang dunia II, hotel ini digunakan pula sebagai markas pasukan komando Jepang di Jawa Timur.
Hotel Majapahit dikenal sebagai warisan budaya
Setelah peristiwa bersejarah yang terjadi di Hotel Yamato, nama hotel ini pun diubah menjadi Hotel Merdeka. Barulah, pada 1946, melansir dari World War II Database, keluarga Sarkies kembali mengelola bisnis hotel ini.
Mereka pun merubah namanya menjadi Lucas Martin Sarkies Hotel. Nama ini dedikasikan untuk saudaranya yang bernama Lucas Martin Sarkies karena telah meninggal pada 1912.
Namun pada 1969, kepemilikan Hotel Yamato memiliki kepemilikan yang berbeda sehingga diubah kembali namanya menjadi Hotel Majapahit. Nama ini pun bertahan sampai sekarang. Lalu, pada 2014, Hotel Majapahit diakui sebagai landmark warisan budaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia karena pernah terjadi perobekan bendera yang heroik.
MUTIARA ROUDHATUL JANNAH | RACHEL FARAHDIBA REGAR I EK AYUDHA SAPUTRA I KUKUH S. WIBOWO I VALMAI ALZENA KARLA