Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Abdul Haris Nasution atau AH Nasution adalah salah satu Jenderal Angkatan Darat (AD) TNI . Kisah ikonik dari AH Nasution adalah dirinya adalah sosok Jenderal Besar AD yang selamat dari penculikkan peristiwa kelam G30S. Selain itu, namanya berperan penting bagi permiliteran Indonesia, salah satunya sebagai penggagas taktik perang geriliya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip digilib.uinsgd.ac.id, saat peristiwa G30S pecah, AH Nasution menjadi salah satu target yang akan diculik dan dilenyapkan pada peristiwa 1965 itu. Namun, AH Nasution berhasil melarikan diri dengan melompati dinding belakang rumahnya. Namun, AH Nasution harus kehilangan putrinya yaitu Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya yaitu Pierre Tendean.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jenderal Besar AH Nasution meninggal di RS Gatot Subroto pada 6 September 2000. Jasadnya dimakamkan di Taman Makam Palawan Kalibata, Jakarta. Atas jasa dan peran besarnya bagi militer Indonesia, Pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya.
Dilansir pada asosiasimuseumindonesia.org, Museum ini semula adalah kediaman pribadi dari Nasution yang ditempati bersama dengan keluarganya sejak menjabat sebagai KSAD tahun 1949 hingga wafatnya pada tanggal 6 September 2000. Selanjutnya keluarga Nasution pindah rumah pada tanggal 29 Juli 2008, sejak dimulainya renovasi rumah pribadi tersebut menjadi museum.
Di kediaman ini Jenderal Besar DR. Abdul Haris Nasution telah menghasilkan banyak karya juang yang dipersembahkan bagi kemajuan bangsa dan negaranya. Di tempat ini pulalah pada tanggal 1 Oktober 1965 telah terjadi peristiwa dramatis yang hampir merenggut nyawa AH Nasution. Pasukan Cakrabirawa berupaya menculik dan membunuhnya, namun hal ini gagal dilakukan. Dalam peristiwa tersebut, putri kedua , Ade Irma Suryani Nation dan ajudannya, Kapten Anumerta Pierre Tendean gugur.
Museum AH Nasution diresmikan pada hari Rabu, 3 Desember 2008 (bertepatan dengan hari kelahiran Abdul Haris Nasution) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dilansir dari encyclopedia.jakarta-tourism.go.id dengan luas 2.000 meter persegi, di Museum Sasmitaloka Jenderal Besar Dr. AH Nasution ini, pengunjung diajak untuk kembali mengingat tragedi di masa lalu. Di dalam museum, pengunjung disuguhi patung-patung yang menjadi replika kronologi penyerangan oleh pasukan Cakrabirawa, di antaranya:
1. Patung Ade Irma Suryani yang mengendap-ngendap di luar kamar AH Nasution.
2. Patung saat AH Nasution kabur melompati tembok.
3. Lubang bekas tembakan di tembok dan meja yang dilingkari merah.
4. Patung parsukan Tjakrabirawa yang mengarahkan senjata ke arah Ibu Nas ketika beliau mengggendong Ade Irma yang sudah berlumuran darah di ruang makan.
5. Ada juga foto-foto, lukisan, boneka, tas kulit kecil dan tempat minum plastik milik Ade Irma.
6. Terdapat ruang Relik berisi pakaian yang dikenakan para korban saat diculik, serta hasil visum dari dokter.
7. Ada juga alat bantu pernapasan yang dikenakan tim evaluasi jenazah dari dalam sumur.
8. Ruang teater yang memutar rekaman bersejarah pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi hingga pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.
DIMAS KUSWANTORO I PUSPITA AMANDA SARI I NAOMY AYU NUGRAHENI