Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Ramai Diserbu Warga, Begini Perbedaan Bus Wisata Bandros yang Dikelola Pemerintah dengan Swasta

Moda wisata Bandung Tour on Bus alias Bandros jadi pilihan favorit warga dan pelancong untuk mengisi waktu libur panjang pada akhir Januari 2025

28 Januari 2025 | 11.30 WIB

Calon penumpang Bandros berdesakan di titik Alun-alun Bandung, Ahad 26 Januari 2025. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Perbesar
Calon penumpang Bandros berdesakan di titik Alun-alun Bandung, Ahad 26 Januari 2025. (TEMPO/ANWAR SISWADI)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Moda wisata Bandung Tour on Bus alias Bandros jadi pilihan favorit warga dan pelancong untuk mengisi waktu libur panjang pada akhir Januari 2025. Meskipun sepintas bentuknya mirip, namun bus kecil beraneka warna itu memiliki sejumlah perbedaan karena masing-masing dikelola oleh dua pihak yaitu Dinas Perhubungan Kota Bandung, dan swasta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kalau jumlah penumpang dalam bus maksimal 20 orang dan harga tiketnya sama,” kata petugas pengawas Bandros dari Dinas Perhubungan Kota Bandung Roni Rohendi saat ditemui di titik Alun-alun Bandung, Ahad 26 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Cara naik Bandros yaitu calon penumpang bisa memilih titik pemberangkatan dan kepulangan yang tersebar di tiga lokasi dengan rute perjalanan berbeda. Tempatnya di sisi selatan Alun-alun Bandung, atau seberang pendopo alias rumah Dinas Walikota Bandung. Titik Bandros lainnya di seberang Museum Geologi Jalan Diponegoro, serta di ujung Jalan Braga yang tak jauh dari rel kereta api.

Jam operasionalnya dari pukul 08.00-16.00 WIB, khusus di Braga sampai pukul 21.30 WIB saat akhir pekan. Harga tiketnya dipatok Rp 20 ribu per orang dan dibayar di dalam bus.

Calon penumpang Bandros berdesakan di titik Alun-alun Bandung, Ahad 26 Januari 2025. (TEMPO/ANWAR SISWADI)

Calon penumpang hanya bisa mendaftar langsung di titik Bandros lalu akan dipanggil namanya oleh petugas untuk naik bus. Di Alun-alun Bandung misalnya, dari sepuluh Bandros, sebanyak enam unit milik Dinas Perhubungan Kota Bandung, dan empat unit lainnya dikelola oleh swasta. Begitu pun di titik lainnya menurut Roni, Bandros dikelola oleh dua pihak tersebut yang bergabung di satu tempat dan rute perjalanannya sama dengan waktu tempuh normal 45 menit.

Perbedaan Bandros yang dikelola pemerintah dan swasta

Perbedaannya bisa dimulai dari pelat nomor kendaraan, yaitu berwarna kuning yang milik dinas sedangkan Bandros swasta berpelat putih. Penumpang Bandros pemerintah akan diberi tiket yang harganya mencakup asuransi Jasa Raharja. Sementara Bandros milik swasta tidak memberi tiket ke penumpangnya melainkan cinderamata seperti buku catatan atau kalender kecil.

Soal tiket itu menurut Roni pernah dipersoalkan penumpang. Lewat akun media sosial Dinas Perhubungan, penumpang itu mempertanyakan kenapa tidak diberi tiket saat naik Bandros. Setelah ditelusuri, kata Roni, ternyata penumpang itu naik Bandros swasta.

Tiket bus bagi penumpang Bandros yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Kota Bandung. (TEMPO/ANWAR SISWADI)

Perbedaan lain bisa dilihat dari seragam pengemudi seperti kemeja merah pada Bandros swasta, dan kemeja biru tua berlogo Dinas Perhubungan pada bus pemerintah. Ciri lain yaitu tulisan Mang Dudung, singkatan dari Masyarakat Peduli Bandung dengan gambar wajah lelaki berkumis dan ikat kepala pada Bandros swasta. Bandros yang diluncurkan perdana pada 2014, hingga 2024 tercatat berjumlah 12 unit dengan tujuh warna.

Anwar Siswadi (Kontributor)

Anwar Siswadi (Kontributor)

Kontributor Tempo di Bandung

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus