Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Festival Perahu Naga Peh Cun menjadi salah satu warisan budaya tak benda Kota Tangerang yang masih dilestarikan eksistensinya hingga hari ini. Digelar setiap tahun, acara ini diselenggarakan untuk memperingati kematian Qu Yuan, seorang penasihat yang dikenal dengan sifat patriotiknya pada masa Dinasti Couw.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan sejarahnya, Festival Peh Cun bermula dari tutur kata bahasa hokkian, yakni Peh Liong Cun yang memiliki arti perlombaan perahu naga atau Duan Wu Jie yang dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 dalam kalender lunar. Untuk tahun ini, puncak dari Festival Perahu Naga Peh Cun jatuh pada Senin, 10 Juni 2024, di Sungai Cisadane.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Bersyukur pada Festival Perahu Naga Peh Cun ini mendapatkan respons positif dari masyarakat Kota Tangerang. Terlihat dari tahun ke tahun animo masyarakat terus bertambah. Apalagi, perayaan ini sudah menjadi warisan budaya takbenda,” ujar Herlinawati selaku ketua pelaksana Festival Perahu Naga Peh Cun, seperti dilansir dari Antara.
Rangkaian acara pada puncak acara dibarengi dengan ritual tabur bunga dan lempar bakcang atau bacang, makanan yang terbuat dari beras dan daging, ke Sungai Cisadane. Ritual ini pertama kali dilakukan sebagai pengalihan agar predator sungai tidak memakan jasad Qu Yuan.
Bakti Sosial Donor Darah
Meskipun agenda puncaknya jatuh di tanggal 10 Juni, Festival Perahu Naga Peh Cun 2024 juga memiliki serangkaian acara yang sudah dimulai sejak satu pekan sebelumnya. Tahun ini, festival kebudayaan khas peranakan Tionghoa (Cina Benteng) tersebut dibuka dengan Bakti Sosial Donor Darah yang digelar pada Ahad, 2 Juni 2024.
Agenda yang digelar bersama Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Tangerang tersebut menjadi penanda bahwa festival tahunan yang kaya akan sejarah itu tidak hanya ramai dirayakan dengan berbagai hiburan, tetapi juga dengan kegiatan kemanusiaan.
“Nantinya, hasil dari donor darah tersebut akan disumbangkan ke pihak terkait untuk membantu berbagai kegiatan kemanusiaan, khususnya di Kota Tangerang dan sekitarnya,” ujar Ruby Santamoko, Ketua Badan Pengurus Perkumpulan Boen Tek Bio.
Lomba Tangkap dan Lepas Bebek
Salah satu agenda hiburan yang mengisi Festival Perahu Naga Peh Cun adalah lomba tangkap dan lepas bebek. Berdasarkan kepercayaan Tionghoa, bebek dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat negatif dari diri kita. Lomba yang diawali dengan menangkap bebek, sebelum kemudian dilepaskan lagi, ini merupakan simbol untuk melepaskan atau membuang hal-hal buruk tersebut. Peserta dengan jumlah bebek terbanyak, akan mendapatkan doorprize yang telah disiapkan.
Tradisi Mendirikan Telur
Salah satu kepercayaan Tiongkok lain pada perayaan Festival Peh Cun adalah bahwa hari ke-5 bulan 5 pada tanggalan lunar merupakan hari di mana posisi matahari dan gravitasi membuat kegiatan mendirikan telur menjadi mungkin. Hari itu disebut juga sebagai Hari Twan.
Siapa saja yang mampu melakukan hal tersebut ketika waktu menunjukkan pukul 11.00 hingga 13.00 dipercaya akan dilimpahi keberkahan dari langit. Oleh karena itu, kegiatan memposisikan telur menjadi berdiri ini merupakan tradisi yang tidak pernah absen dari Festival Perahu Naga Peh Cun.
Lomba Perahu Naga
Tidak berbeda dengan Festival Perahu Naga yang diadakan di Hong Kong di waktu yang bersamaan, salah satu agenda dari perayaan tersebut adalah lomba perahu naga. Selain itu, ada juga agenda memandikan perahu-perahu tersebut yang dipercaya mampu mendatangkan keberuntungan.
Untuk tahun ini, lomba perahu naga dan perahu papak di Tangerang akan diadakan pada Sabtu mendatang, 15 dan 16 Juni 2024. Agenda tersebut dilanjutkan dengan babak final yang akan diadakan satu hari setelahnya, bersamaan dengan pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah.
ANTARA | TEMPO | TANGERANGKOTA.GO.ID
Pilihan Editor: Mengenal Asal-Usul Lahirnya Festival Perahu Naga di Hong Kong