Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Ratusan Fotografer dari 22 Negara Diajak Abadikan Destinasi Hidden Gems di Empat Kota Pulau Jawa

Para fotografer itu akan berburu objek hidden gems di Yogyakarta, Magelang, Solo, dan Probolinggo, termasuk kawasan Gunung Bromo di Jawa Timur.

23 Juli 2024 | 09.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak 222 pecinta fotografi dari 22 negara, termasuk fotografer profesional, bakal diajak berkeliling dan berburu objek wisata menarik di empat kota Pulau Jawa. Perjalanan keliling Jawa ini akan berlangsung selama 8 hari 7 malam, 22 hingga 29 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para fotografer yang tergabung dalam Photographic Society of America Worldwide (PSA) itu, dengan biaya mandiri, diajak berburu objek hidden gems di Yogyakarta, Magelang, Solo, dan Probolinggo, termasuk kawasan Gunung Bromo di Jawa Timur.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain fotografer profesional, mereka yang terlibat dalam event ini juga merupakan para pemenang kompetisi fotografi dunia dan fotografer yang aktif di media sosial.

"Event ini kami harap bisa menjadi promosi wisata efektif dan efisien bagi Indonesia, baik dari segi biaya, waktu, maupun jangkauan promosinya," kata Agatha Anne Bunanta, Direktur Yayasan Art Photography of Indonesia (API) di sela pameran fotografi bertajuk My Homeland di Galeri Katamsi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Senin, 22 Juli 2024.

Agatha mengungkap, para fotografer yang terlibat mengeksplorasi destinasi di empat kota itu antara lain Amerika Serikat, Kanada, Tiongkok, Jerman, Australia, Mesir, Sri Lanka, India, Saudi Arabia, Oman, Vietnam, dan Taiwan.

Ada juga dari Singapura, Hongkong, Italia, Bangladesh, Filipina, Siprus, Malta, Spanyol, Indonesia, Inggris, dan Selandia Baru.

Objek wisata yang diburu

Di Yogyakarta misalnya, para fotografer itu diajak membidik keindahan para penari saat beraksi di bentang alam Gumuk Pasir, pesisir selatan Kabupaten Bantul. Lalu di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur, para fotografer diajak mengabadikan tradisi Karapan Sapi Brujul. 

Selain itu, mereka bakal diajak menyambangi peninggalan sejarah yang hanya ada dua di dunia yakni Gereja Merah. Gereja peninggalan Belanda itu hanya ada di Probolinggo dan Belanda. Para fotografer juga bakal diajak menyambangi Klenteng Sumber Naga di Kota Probolinggo yang sudah ada sejak 1865.

Agatha menuturkan, mereka tak memasukkan list berburu objek di Bali karena Bali sudah sangat populer di mata dunia.

"Targetnya kali ini mengangkat hidden gems yang dimulai dari Pulau Jawa, untuk Bali agenda tentatif mereka karena semua biaya swadaya," kata Agatha yang juga menjabat sebagai International Relationships Vice President PSA itu.

Pameran Fotografi 

Sebelum para fotografer itu berkeliling ke empat kota yang dituju, mereka diajak menggelar pameran bersama bertajuk My Homeland yang berkolaborasi dengan Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Dalam pameran fotografi yang dipusatkan di Galeri Katamsi ISI Yogyakarta mulai 23 Juli hingga 12 Agustus itu, para fotografer dari negara-negara anggota PSA diajak memperkenalkan tanah air mereka dengan tema pendidikan, budaya, pariwisata dan kesenian.

Pameran ini menampilkan 262 karya fotografi dari 203 fotografer PSA dan 46 fotografer dari dosen dan mahasiswa Program Studi Fotografi FSMR ISI Yogyakarta. 

Ajang Belajar Fotografi

Rektor ISI Yogyakarta Irwandi mengatakan pameran fotografi berskala internasional ini menjadi ajang belajar bersama yang menarik sekaligus menantang bagi para mahasiswa. Ajang ini juga menjadi pengenalan ISI dan Yogyakarta di mata dunia.

"Dari pameran bersama ini, peserta dari mahasiswa ISI Yogyakarta dan peserta dari mancanegara yang terlibat bisa sama sama memperluas wawasan dan imajinasi melalui karya fotografi dari berbagai belahan dunia," kata Irwandi.

Dalam pameran yang dikurasi bersama pihak PSA dan juga perwakilan FSMR ISI Yogyakarta Oscar Samaratungga itu, para peserta bisa belajar salah satunya trend budaya yang sedang berkembang di dunia.

Dekan FSMR ISI Yogyakarta Edial Rusli menjelaskan lewat pameran ini genre yang diangkat jenis salon foto, bukan fine art atau pun fotografi komersial.

“Jadi pameran ini ajang edukasi, untuk menaikkan dunia fotografi secara natural yang sekarang dikepung kemajuan teknologi AI (artificial intelligence), ” kata Edial

Para fotografer yang terlibat banyak mengeksplorasi keindahan dunia baik itu landscape, arsitektural hingga human interest.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus