Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Klungkung - Sesosok unggas berleher panjang dengan paruh lancip menyeruak di balik rimbunan daun pohon bakau di Pulau Nusa Ceningan, Nusa Penida, Klungkung, Bali, pada Selasa, 27 Juni 2023. Unggas berukuran besar ini adalah burung cangak merah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keberadaan spesies burung kuntul ini terlihat dari menara pandang yang baru saja selesai dibangun Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada Februari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Executive Director ICCTF Tonny Wagey mengatakan menara pandang ini merupakan satu dari sejumlah sarana dan prasarana yang dibangun untuk pengelolaan kawasan konservasi laut atau Marine Protected Area (MPA) di Nusa Penida, Klungkung, Bali. "Menara pandang ini untuk kebutuhan kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) Gili Bhuana," kata Tonny di menara pantau.
Tonny menjelaskan Pokmaswas yang berbasis di Ceningan ini memiliki kewajiban memantau kegiatan perairan sekitar, seperti aktivitas nelayan dan turis yang lalu lalang serta sumber daya di ekosistem pesisir. Namun, karena posisi yang strategis tepat berada di tengah hutan mangrove, menara setinggi 12 meter ini bisa menjadi tempat pengamatan burung atau birdwatching.
Beberapa spesies yang bisa ditemukan di kawasan ini antara lain cangak merah, kareo padi hingga kingfisher
Pembangunan menara dengan material kayu bengkirai ini memakan waktu lebih kurang setahun. Setelah selesai, menara diserahterimakan pada Pemerintah Kabupaten Klungkung pada Maret lalu.
Menurut Tonny, pembangunan infrastruktur ini turut diawasi auditor lingkungan dari Asian Development Bank. Sehingga, pendirian menara ini tidak boleh melanggar hak adat masyarakat dan merusak lingkungan.
Untuk mengunjungi menara pandang ini perlu menyebrang pulau dengan perahu cepat dari Pulau Nusa Penida sekitar 10 menit. Tiba di Pelabuhan Bias Munjul, perjalanan dilanjutkan dengan taksi berupa mobil bak yang diberi atap. Setelah lima menit perjalanan, Tempo bersama rombongan wartawan dan ICCTF tiba di lokasi.
Selanjutnya, untuk menuju menara pandang, cukup berjalan kaki melewati jembatan kayu sekitar 100 meter. Adapun kapasitasnya hanya untuk 20 orang.