PINTU gerbang rumah besar berarsitektur Spanyol di kawasan Sumber, Solo, dibuka seorang pembantu. Mobil Civic Wonder warna abu-abu pun meluncur. Di dalamnya duduk Teguh, 62 tahun, dan istrinya Jujuk, 45 tahun. Mereka menuju Alun-Alun Kidul Keraton Solo, meninjau persiapan pentas ketoprak Budoyo Jati. Ketoprak ini dibeli Teguh dari almarhum Gepeng. Wartawan TEMPO Kastoyo Ramelan, yang sejak pagi mengejar Teguh, akhirnya bisa menangkap bos Srimulat itu di kursi penonton pementasan ketoprak itu, Rabu malam pekan lalu. "Hampir setiap malam saya mengawasi pertunjukan ketoprak ini. Penonton lumayan," katanya. Teguh sebenarnya tak berminat membicarakan bangkrutnya Srimulat Jakarta. Katanya: Srimulat Jakarta itu tidak layak usaha. Dari hasil evaluasi saya pada awal 1987. Saya pernah minta pada Indro (manajer Srimulat Jakarta) agar memindahkan Srimulat itu ke Cilacap atau tempat lain. Tapi Indro bersikeras melanjutkan. Waktu itu sudah punya utang Rp 16 juta. Tapi kenapa Anda cuci tangan? Sikap saya sudah saya utarakan kepada Indro dua tahun lalu. Itu tandanya saya tidak cuci tangan. Masalah Srimulat Jakarta saya belum terima laporan. Saya tak tahu bagaimana Indro mengatasinya. Saya punya saran, agar utang itu dicicil sementara Indro mengajak pemainnya manggung di tempat lain. Apa bisa? Sebab, saya dengar peralatannya disandera pihak Taman Ria. Nasib Srimulat Jakarta itu sepenuhnya tanggung jawab Indro, bukan saya. Sebab, setelah Indro bersikeras melanjutkan pertunjukan di Taman Ria itu, kami membuat perjanjian walau tak tertulis. Isinya, Indro memberi uang pada saya Rp 50 ribu per bulan. Karena peralatan di situ milik saya, seperti kursi, lampu, dekorasi, layar, dan sound system. Wajar kalau saya memungut sewa, apalagi ia tetap memakai nama Srimulat. Tetapi uang sewa itu hanya berjalan beberapa bulan, pada awal tahun 1987. Jadi, Anda lepas tangan? Kami menunggu laporan Indro dulu. Kalau dia mau mencari bapak angkat, silakan. Kejadian seperti ini sudah saya ramalkan setelah perginya Basuki dan Tarsan. Indro tak akan mampu mengadakan kaderisasi dan melahirkan bintang baru. Dulu saya sudah bilang, kalau ingin tetap hidup, mereka harus bermain keliling. Tapi mereka tidak mau. Sekarang jadi begini, mau apa lagi? Kalau Srimulat Jakarta mesti bubar, ya, saya ikhlas, saya sudah siap. Kesannya, Anda kurang bergairah lagi mengurusi Srimulat. Kenapa? Alasan kesehatan. Saya sudah tua. (Teguh baru saja sembuh dari kencing manis dan tekanan darah tinggi). Juga saya ingin konsentrasi mendidik anak (ia punya anak) dan mengumsi ketoprak ini. Kami juga sedang membangun gedung baru bertingkat dua di Kampung Sumber, Solo. Di situ nanti Jujuk membuka fitness center, kursus senam seks, salon kecantikan, dan persewaan pakaian pengantin Jawa. Sekali tempo Jujuk boleh juga melayani tawaran manggung di mana saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini