Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kampung Sawah Bekasi dijuluki sebagai segitiga emas. Sebutan itu karena ada tiga tempat ibadah yang bila diumpamakan garis membentuk segitiga. Adapun tempat ibadah tersebut, yaitu Gereja Katolik Santo Servatius, Gereja Kristen Pasundan, Masjid Agung Al Jauhar Yasfi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Segitiga emas itu juga jadi salah satu hal yang membuat Kampung Sawah Bekasi memiliki beragam tradisi. "Setiap September Gereja Katolik Santo Servatius ngadain (mengadakan) perarakan relikui Santo Servas (Servatius)," kata Anthonia Melania Kurniati saat percakapan daring video yang diadakan komunitas wisata budaya Koko Jali, Sabtu, 27 Juni 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anthonia Melania Kurniati adalah etnik Maluku. Tahun 1987, ketika masuk pendidikan sekolah dasar, ia menetap di Kampung Sawah, Bekasi. Empok Lani, ia akrab disapa. Lani lahir di Jakarta, umurnya kini 40 tahun. Sebelum menetap di Kampung Sawah, ia tinggal di kawasan Salemba Bluntas, Jakarta Pusat.
Sejak menetap di Kampung Sawah, kehidupannya pun melebur menjadi warga setempat. Lani telah berkeluarga, ia menikah dengan warga Kampung Sawah.
Lani menceritakan, tradisi yang dilakukan para jemaat Gereja Kristen Pasundan. Setiap Juni, jemaat Gereja Kristen Pasundan mengadakan perayaan ucap syukur tahunan. "Waktu saya kecil namanya pesta panen. Sekarang sudah enggak ada sawah, namanya diubah ucap syukur tahunan," tuturnya.
Adapun tradisi umat Islam di Kampung Sawah adalah Lebaran Betawi. "Saudara kami yang muslim mengadakan Lebaran Betawi, selain silaturahmi mereka biasa mengaduk dodol," katanya.
Lani menceritakan, sejak menetap di Kampung Sawah, warga setempat menerima dengan baik. "Orang Kampung Sawah bilang, kalau sudah minum air dari Kampung Sawah, itu sudah jadi orang Kampung Sawah," katanya.