Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Segitiga Emas dan Beragam Tradisi Warga Kampung Sawah Bekasi

Kampung Sawah Bekasi dijuluki sebagai segitiga emas. Segitiga itu menyimbolkan tiga agama yang mempengaruhi tradisi Kampung Sawah Bekasi.

30 Juni 2020 | 15.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Komunitas Palang Pintu Sedulur Napiun Kampung Sawah, foto pada 2013. Dokumentasi: Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kampung Sawah Bekasi dijuluki sebagai segitiga emas. Sebutan itu karena ada tiga tempat ibadah yang bila diumpamakan garis membentuk segitiga. Adapun tempat ibadah tersebut, yaitu Gereja Katolik Santo Servatius, Gereja Kristen Pasundan, Masjid Agung Al Jauhar Yasfi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Segitiga emas itu juga jadi salah satu hal yang membuat Kampung Sawah Bekasi memiliki beragam tradisi. "Setiap September Gereja Katolik Santo Servatius ngadain (mengadakan) perarakan relikui Santo Servas (Servatius)," kata Anthonia Melania Kurniati saat percakapan daring video yang diadakan komunitas wisata budaya Koko Jali, Sabtu, 27 Juni 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anthonia Melania Kurniati adalah etnik Maluku. Tahun 1987, ketika masuk pendidikan sekolah dasar, ia menetap di Kampung Sawah, Bekasi. Empok Lani, ia akrab disapa. Lani lahir di Jakarta, umurnya kini 40 tahun. Sebelum menetap di Kampung Sawah, ia tinggal di kawasan Salemba Bluntas, Jakarta Pusat.

Sejak menetap di Kampung Sawah, kehidupannya pun melebur menjadi warga setempat. Lani telah berkeluarga, ia menikah dengan warga Kampung Sawah.

Lani menceritakan, tradisi yang dilakukan para jemaat Gereja Kristen Pasundan. Setiap Juni, jemaat Gereja Kristen Pasundan mengadakan perayaan ucap syukur tahunan. "Waktu saya kecil namanya pesta panen. Sekarang sudah enggak ada sawah, namanya diubah ucap syukur tahunan," tuturnya.

Adapun tradisi umat Islam di Kampung Sawah adalah Lebaran Betawi. "Saudara kami yang muslim mengadakan Lebaran Betawi, selain silaturahmi mereka biasa mengaduk dodol," katanya.

Lani menceritakan, sejak menetap di Kampung Sawah, warga setempat menerima dengan baik. "Orang Kampung Sawah bilang, kalau sudah minum air dari Kampung Sawah, itu sudah jadi orang Kampung Sawah," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus