Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Sejarah Desa Umoja, Desa Khusus Perempuan Masyarakat Adat Samburu di Kenya

Para perempuan masyarakat adat Samburu membentuk desa khusus wanita. Berawal dari pengusiran korban perkosaan.

23 Februari 2025 | 08.00 WIB

Anggota komunitas adat Samburu tiba untuk menghadiri Pekan Budaya Maa yang pertama yang dijuluki Festival Maa yang bertujuan untuk mempromosikan perdamaian, pariwisata, dan pertukaran budaya ketika rusa kutub (Connochaetes taurinus) melakukan migrasi lintas batas tahunan mereka di desa Sekenani, di Maasai Mara Cagar Nasional, di Kabupaten Narok, Kenya 22 Agustus 2023. REUTERS/Thomas Mukoya
Perbesar
Anggota komunitas adat Samburu tiba untuk menghadiri Pekan Budaya Maa yang pertama yang dijuluki Festival Maa yang bertujuan untuk mempromosikan perdamaian, pariwisata, dan pertukaran budaya ketika rusa kutub (Connochaetes taurinus) melakukan migrasi lintas batas tahunan mereka di desa Sekenani, di Maasai Mara Cagar Nasional, di Kabupaten Narok, Kenya 22 Agustus 2023. REUTERS/Thomas Mukoya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat adat Samburu di Kenya membuat aturan unik. Mereka membuat desa yang hanya dihuni oleh perempuan. Didirikan pada tahun 1990, Umoja berkembang menjadi simbol perjuangan perempuan Samburu untuk mendapatkan kebebasan dan hak yang setara. Desa ini menjadi tempat perlindungan bagi perempuan yang mengalami kekerasan, pernikahan paksa, dan berbagai bentuk diskriminasi lainnya.

Awal Mula Berdirinya Desa Umoja

Dilansir dari CNN, Umoja lahir dari luka dan perlawanan. Pada tahun 1990, lima belas perempuan Samburu yang diperkosa tentara Inggris di dekat Archer's Post diusir oleh keluarga mereka. Mereka dianggap mencemarkan nama baik suami dan komunitas. Tak punya tempat kembali, mereka menemukan sebidang tanah, menetap, dan menamai desa itu Umoja.

Salah satu perempuan tersebut adalah Rebecca Lolosoli. Melalui desa ini, Lolosoli mulai mengorganisir perempuan-perempuan yang mengalami nasib serupa dan menciptakan tempat aman bagi mereka. Hal ini akhirnya menjadi salah satu visi Lolosi untuk dapat menjadikan Desa Umoja sebagai tempat yang menjawab ketidakadilan tersebut.

Selain itu, dalam budaya Samburu juga, perempuan memiliki sedikit hak atas tubuh dan kehidupannya sendiri. Mereka sering dipaksa menikah pada usia muda, mengalami mutilasi genital perempuan (FGM), dan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Dilansir dari laman CNN, perempuan yang berani menentang tradisi ini sering kali diusir dari komunitas mereka. 

Seiring waktu, Umoja menjadi lebih dari sekadar tempat tinggal. Desa ini berkembang menjadi tempat perlindungan bagi perempuan yang melarikan diri dari pernikahan penuh kekerasan, mutilasi alat kelamin, pemerkosaan, hingga berbagai bentuk penindasan lainnya. Bahkan, para janda pun menemukan harapan baru di sana. 

Dilansir dari laman The Gender Security Projcet, nama Umoja dalam bahasa Swahili berarti “persatuan”. Desa ini tidak hanya menjadi tempat perlindungan, tetapi juga komunitas berbasis kesetaraan, di mana perempuan memiliki kendali penuh atas hidup mereka.

Kehidupan Masyarakat Umoja

Untuk bertahan hidup, perempuan di Umoja mengelola ekonomi mereka sendiri dengan menjual kerajinan tangan seperti perhiasan khas Samburu, yakni manik-manik, kalung warna-warni, dan gelang. Desa ini juga terbuka bagi wisatawan yang ingin mengenal budaya mereka. 

Penghasilan yang diperoleh dikelola kepala desa dan dialokasikan untuk kebutuhan pangan serta pendidikan. 

Selain dari kerajinan tangan, mereka juga memperoleh pendapatan melalui pengelolaan perkemahan safari di dekat Cagar Alam Nasional Samburu serta menerima donasi dari berbagai pihak. Dana yang terkumpul digunakan untuk membangun sekolah yang juga terbuka bagi anak-anak desa tetangga, membayar gaji guru, serta membangun infrastruktur dasar seperti sumur. Dengan perekonomian mandiri yang dilakukan oleh masyarakat, Umoja turut menjadi pusat pemberdayaan perempuan yang mandiri dan berdaya.

Pilihan Editor: Tunggu Tubang, Peran Perempuan dan Adat Jaga Ketahanan Pangan di Semende

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus