Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Sejarah Hotel Montagne, Saksi Perjuangan Pemuda yang Kini Jadi Markas Polresta Magelang

Bangunan yang kini digunakan sebagai Kantor Mako 2 Kepolisian Resor Magelang Kota itu dulunya merupakan salah satu hotel bergengsi bagi kaum Belanda.

19 Juni 2023 | 21.09 WIB

Foto Hotel Montagne. Dok. KITLV Leiden
Perbesar
Foto Hotel Montagne. Dok. KITLV Leiden

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Magelang - Bangunan-bangunan di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Kota Magelang masih berdiri kokoh meski beberapa usianya sudah lebih dari satu abad. Beberapa arsitektur bangunan bergaya Belanda bahkan tidak berubah, hanya warnanya saja yang diperbarui sehingga terlihat lebih cerah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, dari sisi fungsi, sebagian besar sudah mengalami perubahan, karena pemindahan kepemilikan maupun pemanfaatan lahan. Salah satu bangunan legendaris yang memiliki cerita sejarah dan saksi perjalanan panjang kehidupan masyarakat Magelang adalah Hotel Montagne.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Hotel bergengsi bagi kaum Belanda itu diresmikan Tuan Swanck pada 21 April 1921. Kini, bangunan hotel digunakan sebagai Kantor Mako 2 Kepolisian Resor Magelang Kota.

"Pelayanan yang ekslusif membuat Hotel Montagne dijuluki Reputatie dan sering digunakan untuk menginap para pejabat," kata pegiat sejarah, Gusta Wisnuwardhana pada Walking Tour bertajuk Groote Weg Noord Pontjol, Ahad, 18 Juni 2023.

Menurut Gusta, Hotel Montagne juga selalu menjamu tamu dengan makanan yang lezat serta menyediakan kamar khusus dan air hangat.

Hotel Montagne juga pernah dikunjungi Aloha Wonderwell Voor, seorang penjelajah perempuan sekaligus penerbang dari Kanada. "Montagne memiliki signature dish atau makanan ala Prancis yang memanjakan lidah para tamu," kata Gusta.

Pada saat perang Asia Timur Raya 1942, Jepang yang kala itu mulai masuk ke Magelang langsung mengambil alih pengelolaan Hotel Montagne. "Saat Jepang masuk ke Magelang, semua aset milik Belanda diakuisisi, termasuk Hotel Montagne, bahkan namanya menjadi Nitaka," ujar Gusta.

Para pemilik aset sebelumnya, (Belanda) kemudian ditahan atau diinternir di kamp-kamp konsentrasi oleh Jepang yang sedang menduduki Magelang.

Gusta menceritakan, situasi di Magelang justru memanas setelah bom atom di Hiroshima dan Nagasaki meletus pada Agustus 1945 yang diikuti proklamasi kemerdekaan di Jakarta oleh Soekarno – Hatta. Suasana memanas dipicu adanya penempelan Plakat Bendera Merah Putih di seluruh kota sebagai wujud dukungan terhadap pemerintah republik yang dilakukan para pemuda Magelang kala itu.

"23 September 1945 malam mereka menempel plakat merah putih, mulai Kelurahan Kramat hingga Kelurahan Tidar termasuk di depan Hotel Nitaka," kata Gusta.

Namun, sekitar jam 11.00, seorang pemuda Indonesia melihat seorang prajurit Jepang menyobeki plakat merah putih yang ditempel pada dinding depan Hotel Nitaka. Hal tersebut lantas menyulut amarah para pemuda yang lain lain karena mereka merasa terinjak-injak rasa kebangsaannya.

"Kejadian tersebut memicu perang mulut antara para pemuda dan prajurit Jepang. Para pemuda menuntut agar prajurit Jepang yang menyobek bendera dihukum dan bendera Jepang digantikan bendera Indonesia," kata Gusta.

Meski awalnya Jepang enggan, namun melalui perundingan yang alot, keadaan akhirnya kembali normal seperti semula walaupun situasi tak sepenuhnya membaik. Padahal sebenarnya, di saat yang bersamaan, Hotel Nitaka sedang digunakan anggota-anggota komite administrasi bantuan rehabilitasi tawanan perang dan interniran dari pihak sekutu atau Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) untuk menginap.

Saat masih difungsikan sebagai penginapan, Hotel Montagne pernah mengalami beberapa kali renovasi  sejak diresmikan hingga 1936. "Kemudian, seiring berjalannya waktu akhirnya diberikan pada pemerintah dan dijadikan MAKO 2," kata Gusta.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus