Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jalan Malioboro telah menjadi salah satu destinasi wisata ikonik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu hal yang membuat Jalan Malioboro ikonik adalah pemandangannya yang dipenuhi oleh Pedagang Kaki Lima atau PKL Malioboro.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PKL di Malioboro kini akan berpindah tempat dari Jalan Malioboro di dua titik relokasi. Para PKL rencananya akan menempati kios baru mereka di bekas bangunan Bioskop Indra yang disebut Teras Malioboro 1, dan di sebelah Hotel Garuda sebagai Teras Malioboro 2.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jalan Malioboro merupakan jalan yang telah didirikan sejak zaman kerajaan, kolonial, dan bertahan hingga saat ini. Dilansir dari arsipperpustakaan.jogjakota.go.id, Malioboro dibangun bertepatan dengan pembangunan Keraton Yogyakarta. Kala itu, Jalan Malioboro dibangun sebagai manifestasi dari sumbu imajiner yang menghubungkan tiga titik sakral di Jogja, yakni Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, dan Pantai Selatan.
Selain sebagai manifestasi sumbu imajiner, Jalan Malioboro pada waktu itu juga berfungsi sebagai jalan kerajaan atau rajamarga. Dikutip dari Jurnal Lembaran Sejarah, Jalan Malioboro kerap kali difungsikan untuk menggelar seremoni, perayaan, dan pertemuan dengan tamu-tamu kerajaan. Kondisi ini bertahan hingga Pemerintah Kolonial Belanda datang pada 1790-an.
Kedatangan Pemerintah Kolonial Belanda ternyata tidak menghilangkan fungsi Jalan Malioboro. Jalan yang berada di pusat Kota Yogyakarta tersebut justru semakin populer. Banyak bangunan-bangunan strategis yang dibangun di sekitar Malioboro, seperti The Dutch Club, Benteng Vredeburg, dan kantor-kantor pemerintahan lainnya. Dilansir dari berbagai sumber, bangunan-bangunan tersebut didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk menandingi legitimasi Keraton Yogyakarta pada waktu itu.
Dilansir dari pariwisata.jogjakota.go.id, banyaknya bangunan-bangunan yang berdiri di Jalan Malioboro ketika masa Pemerintahan Kolonial Belanda membuat Jalan Malioboro tidak lagi menjadi jalan kerajaan. Selama masa Pemerintahan Kolonial Belanda, Jalan Malioboro mulai populer di kalangan umum. Karena itu, banyak masyarakat umum yang kemudian menjadikan Jalan Malioboro sebagai destinasi wisata.
BANGKIT ADHI WIGUNA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.