Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Festival Danau Maninjau ke-3 yang dilaksanakan 29-31 Juli 2024 sukses digelar. Kegiatan itu dubuka Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah dan Bupati Agam Andri Warman ini menyajikan beragam kegiatan budaya Minangkabau, seperti Bahondoh, pameran baju kuruang, dan pertunjukan seni. Fesdama tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga wadah edukasi dan pelestarian budaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Festival Danau Maninjau ke-3 tidak hanya merayakan budaya, tetapi juga mempromosikan potensi wisata Kabupaten Agam. Dengan beragam atraksi budaya dan keindahan alam Danau Maninjau, acara ini diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Fesdama memiliki peranan penting dalam pelestarian nilai-nilai luhur kebudayaan bagi generasi muda, sebagai sarana peningkatan kreativitas anak nagari, serta sebagai platform untuk mengembangkan dan mempromosikan UMKM kuliner yang menjadi daya tarik wisatawan," Andri Warman, dikutip dari laman agamkab.go.id.
Bupati Andri Warman juga mengajak seluruh masyarakat, terutama para niniak mamak, untuk berperan aktif dalam menjaga dan memelihara adat istiadat serta menjalankan adat budaya salingka Nagari di Kabupaten Agam.
"Saya mengajak niniak mamak untuk berperan aktif melestarikan kegiatan budaya dan pendidikan anak kemenakan kita dengan menggalakkan terselenggaranya rumah tahfiz Al-Quran," tuturnya.
Dilansir dari agamkab.go.id, Bupati Agam, Sumatera Barat Andri Warman mengatakan Festival Danau Maninjau (Fesdama) yang digelar setiap tahunnya memiliki peranan penting dalam pelestarian nilai-nilai luhur kebudayaan bagi generasi muda dan sebagai sarana peningkatan kreatifitas anak nagari.
"Fesdama juga sebagai platform untuk mengembangkan dan mempromosikan UMKM kuliner yang menjadi daya tarik wisatawan," kata Andri Warman di Lubuk Basung, Selasa lalu.
Ia menyatakan bahwa Fesdama sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Agam untuk memajukan kehidupan masyarakat yang madani, berdasarkan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.
Oleh karena itu, ia mengajak seluruh masyarakat, terutama para niniak mamak, untuk berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan adat istiadat serta menjalankan adat budaya di nagari atau desa di Kabupaten Agam.
"Saya mengajak niniak mamak untuk berperan aktif melestarikan kegiatan budaya dan pendidikan anak kemenakan kita dengan menggalakkan terselenggaranya rumah tahfiz Al Quran," katanya.
Ia berharap bahwa festival ini dapat menjadi momentum untuk memperkuat identitas budaya dan tradisi di Kabupaten Agam.
Peningkatan kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, diharapkan membawa dampak positif pada perekonomian lokal, terutama bagi pelaku UMKM dan industri pariwisata.
"Fesdama tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga sebagai media promosi kekayaan budaya Minangkabau kepada dunia," katanya.
Ia mengakui bahwa acara ini menyediakan ruang bagi masyarakat lokal untuk berpartisipasi aktif dan menampilkan kreativitas serta potensi mereka.
Fesdama ke-3 ini, dengan segala keunikan dan kekayaannya yang terus berkembang setiap tahun, telah menjadi ikon budaya dan pariwisata di Sumatera Barat, khususnya di Agam dan Maninjau.
"Festival ini dapat meningkatkan kesadaran dan rasa bangga masyarakat akan budaya mereka sendiri, serta memperkuat ikatan sosial di antara warga Nagari Paninjauan dan sekitarnya," katanya.
Rangkaian kegiatan itu berupa tradisi "Bahondoh", eksibisi baju kuruang basiba, permainan tradisional, penampilan kesenian, simuntu dan seminar yang semuanya menggambarkan kekayaan budaya Minangkabau.