Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Staycation di Inggris Jadi Mimpi Buruk: Sampah, Kerumunan, dan Kamar Mahal

Saat pemerintah Inggris menyerukan warganya untuk berlibur staycation, sampah dan kerumunan orang jadi masalah.

16 Agustus 2020 | 14.47 WIB

Ratusan pengunjung berjemur dan bermain saat menikmati cuaca panas di Pantai Margate, Inggris, 24 Juni 2020. REUTERS/Andrew Couldridge
Perbesar
Ratusan pengunjung berjemur dan bermain saat menikmati cuaca panas di Pantai Margate, Inggris, 24 Juni 2020. REUTERS/Andrew Couldridge

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Karantina wilayah yang diterapkan di Inggris dicabut Juli lalu. Perdana Menteri Boris Johnson pun meminta warganya pelesiran di dalam negeri ketimbang ke luar negeri, berbiaya mahal dan berisiko. Anjuran staycation itu disambut luar biasa oleh warga Inggris yang berbulan-bulan terkurung dalam rumah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Penelitian oleh grup hotel The Cairn Collection, terjadi peningkatan 532 persen dalam penelusuran melalui internet, mengenai perjalanan wisata ke Skotlandia. Sementara penelusuran destinasi Cornwall naik 325 persen dibanding tahun lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Seruan pelesiran di dalam negeri itu, sebagaimana dinukil dari CNN Travel, mengakibatkan jalanan macet, penipuan, insiden di pantai-pantai, dan melonjaknya harga sewa kamar hotel.

Kegembiraan warga Inggris yang melampaui batas itu, mengakibatkan kota resor Dorset di Bournemouth mengumumkan insiden besar. Dewan lokal mengeluarkan rekor denda akibat pelanggaran, sebanyak 558 kasus. Kota itu juga harus menangani 33 ton limbah di sepanjang garis pantai Dorset, termasuk kotoran manusia dan popok kotor.

Lebih jauh ke timur, di kota pesisir Brighton yang populer, tempat yang juga dirusak oleh kerumunan turis dalam jumlah besar. Mereka meninggalkan tumpukan sampah, yang mendorong warga kota itu mengambil tindakan, "Saya akhirnya membentak para turis, saat menyaksikan sampah dan tempat sampah meluap," kata Coral Evans warga Brighton kepada CNN Travel.

Dia mendirikan grup, Leave No Trace Brighton, yang melibatkan penduduk setempat di Instagram untuk mengoordinasikan operasi pembersihan pantai hampir setiap hari, "Brighton selalu bermasalah dengan pengunjung pantai yang meninggalkan sampah, tapi di akhir Juni, tepi laut menjadi tujuan orang-orang yang keluar dari kuncian," katanya. "Saat para turis ke pantai, sampah yang dibuang di pantai meningkat secara eksponensial."

Puluhan pengunjung memadati sebuah pantai di Bournemouth saat cuaca panas di Inggris, 24 Juni 2020. REUTERS/Toby Melville

Pada 27 Juni, petugas pembersih pantai Brighton mengumpulkan 11 ton limbah di antara dua dermaga tepi laut, yang membentang sekitar setengah mil, “Justru bila hari cerah, sampah terus-menerus datang,” kata Evans.

Karena kedekatannya dengan London, Brighton dikunjungi sekitar 12 juta orang turis. Tetapi pada akhir pekan sepanjang Juli dan Agustus, dewan kota terpaksa mengeluarkan peringatan agar warga tak ke pantai – yang jaraknya hanya sejam dari Brighton. Pasalnya, perjalanan dengan kereta ke pantai menjadi sangat padat, yang tak memungkinkan menjaga jarak.

Untuk menangani para pembuang sampah. Dewan Kota Brighton mendenda sebesar £ 150 (lebih dari Rp3 juta) bagi mereka yang membuang sampah sembarangan. Tapi menurut Evans, dewan kota sulit untuk menegakkan aturan tersebut. Pasalnya, jumlah petugas sangat sedikit dibanding turis yang berdatangan.

Sewa Kamar Mahal

Ketika permintaan staycation meningkat, banyak pemilik rumah memanfaatkan kelebihan ruang yang mereka miliki. UK Finance, badan industri perbankan negara itu, memperingatkan sejak Juni, terdapat penipuan berkedok penyewaan rumah mobil dan karavan. Akun PayPal palsu dilaporkan digunakan untuk menipu konsumen.

Selain penipuan, masalah lain adalah tingginya biaya akomodasi untuk warga yang ingin staycation. Konsultan bisnis Lizzie Benton mengatakan dia telah merencanakan untuk membawa keluarganya berlibur ke Norfolk, daerah pedesaan di Inggris timur yang biasanya menawarkan garis pantai yang tidak ramai.

"Saat kami mencoba mencari tempat menginap Airbnb, banyak di antaranya sudah dipesan penuh hingga Oktober," katanya. Bahkan harga-harga kamar itu, naik lebih dari £ 50 per orang dibanding tahun lalu. Warga lain, Jason Parker dan keluarganya, mendapati pondok yang mereka sewa tahun lalu, yang semula £ 480 menjadi £ 950, untuk minggu yang sama pada 2020.

Perkemahan Liar

Bila sewa kamar hotel atau penginapan melonjak naik, pilihan lainnya adalah tidur di tenda. Wisata di tempat terbuka yang diyakini lebih aman pada saat pandemi, mengalami lonjakan turis. Menurut situs Price Spy, penjualan tenda naik 126 persen. Bumi perkemahan yang resmi juga sudah penuh dipesan, akibatnya warga mencoba "perkemahan liar".

Di Lake District, sebuah taman nasional di barat laut Inggris, pihak berwenang berbicara kepada 200 orang yang berkemah liar pada suatu malam di akhir Juni. Termasuk 20 orang yang mengadakan pesta di puncak Catbells, salah satu gunung paling populer.

Seorang penjaga taman bahkan mengungkapkan bahwa dia harus mendatangi warga yang mendirikan kumpulan kemah di waduk kering pada malam hari, karena badai akan datang. Seperti di pantai, para pekemah meninggalkan sampah, bahkan ada yang menghancurkan pagar kayu taman nasional untuk kayu bakar.

"Perkemahan di alam liar legal di Skotlandia dan sebagian Taman Nasional Dartmoor, tetapi di tempat lain orang diharapkan meminta izin pemilik tanah," jelas Phoebe Smith, penulis buku "Extreme Sleeps: Adventures of a Wild Camper". Ia mengingatkan, berkemah di Skotlandia legal, asal turis memberi tahu pemilik tanah, dan menjaga etika dengan pergi lebih awal. Termasuk tidak membuang sampah sembarangan dan menghormati warga lokal.

Rumah pohon mewah ini adalah bagian dari hotel di pinggiran Taman Nasional of Snowdonia Inggris. Tiap rumah pohon yang dapat menampung 4 orang ini dilengkapi dengan perapian, pemanas air dan kompor serta furnitur yang nyaman. Lovedbyparents.com

Smith mengatakan berkemah di taman nasional di Lake District dan bagian dari Cornwall adalah kegiatan legal. Sebaliknya, orang-orang berkemah di pinggir jalan dengan tenda besar, kompor, dan barbekyu sekali pakai itulah yang merusak lingkungan, dengan beberapa meninggalkan sampah.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus