Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Suku Abui, Daya Pikat Kabupaten Alor

Kabupaten Alor di Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki wisata bahari yang memukau. Di Alor menetap pula Suku Abui yang menjaga tradisinya..

16 Desember 2019 | 11.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suku Abui dengan pakaian adatnya yang terbuat dari kain tenun, yang diproduksi secara sederhana. Dok. Kemenparekraf

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Alor - Suku Abui (Gunung), anggota suku itu lebih menyukai disebut Abui Laku, yang berarti orang pegunungan. Mereka tinggal di sudut Kabupaten Alor.  

Keberadaan Suku Abui dengan budayanya dijaga kelestariannya oleh Pemerintah Kabupaten Alor. Mereka menjadi pesona wisata budaya di Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang populer dengan wisata bahari dan mamalia dugong.
 
Desa Takpala merupakan sebuah kampung tradisional di Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Lokasi kampung yang berada di atas bukit ini dihuni sekitar 13 kepala keluarga Suku Abui. 
 
Desa Takpala menjadi aset wisata, sebagai cagar budaya serta dilindungi dengan peraturan daerah Kabupaten Alor. Popularitasnya sebagai desa yang mampu menjaga adat dan tradisi, membuatnya menjadi salah satu destinasi wajib, saat berkunjung ke Alor.
 
Salah satu keunikan Suku Abui berupa pakaian tradisional yang ditenun dengan alat tradisional menggunakan tangan. Pakaian itu mereka gunakan untuk menyambut wisatawan yang datang ke kampung mereka, sambil menari lego-lego.
 
Wisatawan bisa menyewa baju adat untuk berfoto, bergaya seperti Suku Abui. Dok. Kemenparekraf
 
Untuk busana biasanya penari menggunakan kain sarung dan kain tenun khas Alor. Untuk para penari pria, mereka menggunakan penutup kepala yang dibentuk dari kain, dan rambut penari wanita dibiarkan terurai. Selain itu, para penari dilengkapi dengan gelang kaki yang menghasilkan bunyi mengikuti langkah kaki para penarinya.
 
Bila tertarik mengenakannya, wisatawan juga bisa menggunakan atau menyewa pakaian adat lengkap dengan aksesoris kepala dan gelang kaki. Hal itu menjadi daya tarik tersendiri, yang memikat wisatawan untuk berfoto dengan latar yang sangat natural termasuk rumah-rumah Lopo -- yang terbuat dari bambu dan alang-alang berbentuk piramida.
 
Untuk sewa pakaian, masyarakat di sana belum memberlakukan tarif yang baku. “Seikhlasnya saja. Tapi biasanya ada yang ngasih sebesar Rp50.000 bahkan lebih,” kata Sonny yang bekerja di Dinas Pariwisata Kabupaten Alor.
 
Masyarakat Suku Abui sangat ramah dan dermawan terhadap wisatawan, tak heran jika banyak wisatawan yang selalu ingin kembali ke kampung tradisional tertua ini. Wisatawan juga bisa melihat aktivitas sehari-hari dari Suku Abui. 
 
Mama-mama Suku Abui sangat ramah kepada para tamu dan wisatawan. Dok. Kemenparekraf
 
Untuk menuju Desa Takpala, wisatawan bisa menggunakan kendaraan bermotor dengan jarak 11 kilometer dari Kalabahi ibu kota Kabupaten Alor atau kurang lebih 30 menit untuk sampai di sana. Jadi kalo ke Alor jangan lupa sempatkan ke Desa Takpala.
 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus