Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Taman Keanekaragaman Hayati atau Kehati Eroniti hadir di Desa Karangasem, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Taman seluas 10 hektare ini merupakan ekosistem karst yang menjadi tangki penyimpan air tawar, serta berbagai biota gua yang terancam kelestariannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Stiper atau Instiper Yogyakarta, Sugeng Wahyudiono mengatakan nama Eroniti merupakan satu dari sepuluh nama gunung yang mengelilingi kawasan Gunungkidul. "Eroniti berarti melihat perjuangan," kata Sugeng saat peluncuran Taman Eroniti pada Senin, 31 Mei 2021. Dalam bahasa Jawa, 'iron' bermakna perjuangan dan 'niti' itu melihat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Taman Kehati Eroniti adalah bentuk kolaborasi pemerintah, kampus, dan dunia usaha untuk menyelamatkan berbagai spesies kawasan yang terancam kelestariannya. Dengan begitu, Eroniti dapat diartikan melihat perjuangan masyarakat desa untuk membangun kawasan wisata, hutan rakyat, serta berbagai goa yang berada di Karangasem.
Berdasarkan pendataan, Sugeng menjelaskan, di kawasan yang dirintis Instiper Yogyakarta bersama PT Sarihusada Generasi Mahardhika (Danone Indonesia) ini terdapat setidaknya 23 jenis flora. "Spesies yang ada memiliki fase lengkap, mulai dari semai, sapihan, tiang, dan pohon," kata dia.Gelatik Jawa adalah burung pemakan biji yang secara ekologis berperan dalam persebaran pohon berbiji lewat pergerakan jelajah burung tersebut. Dok. Instiper Jogja
Ada pula dua jenis burung langka, yaitu Walet Linchi dan Cekakak Jawa. Satwa-satwa ini dilindungi oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.
Tak hanya menjadi tempat penelitian dan edukasi keanekargaman hayati, masyarakat dapat turut mengembangkan Taman Kehati Eroniti di Kabupaten Gunungkidul ini. Misalkan dengan mengembangkan aktivitas wisata jelajah gua atau kegiatan ekowisata. "Taman Kehati Eroniti dibangun dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat, sehingga penduduk sekitar merasakan manfaatnya sekaligus menjaga alam,” kata Sugeng.
Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni mengatakan studi analisis dan penghitungan indeks keanekaragaman hayati di kwasan itu sudah berjalan sejak 2018. Studi bersama Instiper ini menunjukkan indeks keberagaman 1,15 atau termasuk kategori terendah di kawasan itu.Aktivitas monitoring dan penyulaman tanaman endemik oleh warga Desa Karangasem, Kabupaten Gunungkidul, untuk menjaga indeks keanekaragaman hayati di Taman Kehati Eroniti. Dok. Instiper Jogja
"Data ini menjadi acuan kami untuk melestarikan flora fauna endemik Gunungkidul," kata Ratih. Kemudian berlangsung studi lanjutan tiga tahun kemudian, dan indeks keanekaragaman hayati naik menjadi 1,5. Artinya, menurut Ratih, besar peluang pengembangan keanekaragaman hayati di ekosistem karst ini.
Direktur Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial, Kementerian Lingkungan Hidup, Asep Sugiharta mengatakan, Taman Eroniti ini menjadi salah satu alternatif yang efektif guna memulihkan ekosistem. Menurut dia, taman tersebut berfungsi meningkatkan keanekaragaman hayati lokal dan mendukung konservasi flora dan fauna di luar kawasan hutan. "Khusus di Gunung Sewu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, yang berkarakter Karst, Taman Kehati Eroniti ini yang paling unik," katanya.
Baca juga:
Mau Ke Candi Prambanan, Awas Banjir di Underpass Kentungan Yogyakarta