Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Tersiram Teh Panas saat Turbulensi, Penumpang Pesawat Tuntut Ganti Rugi Rp24 Miliar

Diduga, awak kabin menyajikan minuman panas meski tanda sabuk pengaman terpasang saat turbulensi, teh itu tumpah ke salah satu penumpang pesawat.

10 Juli 2024 | 12.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang penumpang pesawat JetBlue yang mengaku tersiram teh panas saat turbulensi menggugat maskapai penerbangan Amerika Serikat tersebut sebesar $1,5 juta atau Rp24 miliat. Dia mengajukan tuntutan tersebut pada Jumat pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tahjana Lewis terbang dari Orlando ke Hartford, Connecticut, pada 15 Mei. Pesawat itu mengalami turbulensi dalam perjalanan. Diduga, awak kabin tetap menyajikan minuman meski tanda sabuk pengaman sudah terpasang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang penumpang di sebelah Lewis memesan teh yang kemudian tumpah ke tubuh penggugat. Tumpahan teh panas itu disebut menyebabkan luka bakar parah di dada, kaki, dan lengan kanannya.

Ia menambahkan bahwa luka bakar telah menyebabkan cacat dan jaringan parut. Dia menuduh JetBlue menyajikan minuman dengan suhu yang terlalu panas dan berbahaya.

Maskapai penerbangan belum memberikan tanggapan atas gugatan tersebut.

Prosedur Baru saat Turbulensi 

Gugatan tersebut muncul pada saat sejumlah maskapai penerbangan mengubah prosedur selama turbulensi. Turbulensi yang terjadi pada salah satu penerbangan Singapore Airlines Mei lalu menyebabkan kematian seorang penumpang.

Akibat insiden tersebut, Singapore Airlines, salah satu dari 10 maskapai penerbangan yang diberi peringkat bintang lima oleh Skytrax, mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi menyajikan makanan dan minuman panas ketika tanda sabuk pengaman menyala.

Korean Air juga melakukan perubahan protokol dengan mengakhiri layanan kabin 20 menit lebih awal dari sebelumnya. Artinya, maskapai penerbangan itu berhenti menyediakan layanan dalam penerbangan 40 menit sebelum mendarat mulai 1 Juli pada penerbangan jarak menengah dan jauh untuk memastikan keselamatan penumpang. 

Disebutkan bahwa jumlah insiden turbulensi meningkat dua kali lipat antara tahun 2019 dan 2024. Guy Gratton, profesor penerbangan dan lingkungan di Cranfield University, mengatakan kepada Business Insider bahwa turbulensi semakin sering terjadi dan semakin parah akibat krisis iklim.

INSIDER | VN EXPRESS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus