Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia alias Mapala UI yang tergabung dalam tim ekspedisi Bumi Cenderawasih berhasil menemukan 17 mulut gua di Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat. Dalam rilis yang dikirimkan kepada Tempo, Minggu, 26/8, disebutkan penemuan ini dihumpun pasca-tim ekspedisi mengelarkan survei permukaan gua di kawasan karst Distrik Testega.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Survei untuk menginventarisasi jalur masuk ke gua ini dilakukan Mapala UI selama hampir sepekan. Tim menyusuri mulut gua demi mulut gua pada 11-16 Agustus 2018. Peserta ekspedisi Bumi Cenderawasih yang bertugas melakukan survei mulut gua terdiri atas lima orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lima anggota tim itu adalah tiga mahasiswa berasal dari UI, satu orang mahasiswa Universitas Papua, dan seorang mahasiswa Institut Kesenian Jakarta sebagai pendokumentasi,.
Salah satu anggota Mapala UI yang tergabung dalam tim ini, Abdurrahman Aslam, mengatakan mulut-mulut gua di kawasan karst Testega sebagian besar tertutup tanah dan dedaunan. Sedangkan menurut pengamatan yang sempat dilakukan lewat citra satelit pun, kata Aslam, masih banyak ditemukan cekungan. Sejumlah cekungan ini tertutup. Ada pula sungai yang terputus bahkan black hole atau lubang hitam.
Penemuan 17 mulut gua akan direkomendasikan untuk kepentingan pariwisata minat khusus kepada pemerintah setempat dan menjadi bahan diskusi umum. Mapala UI mengumumkan akan menggelar diskusi bersama beberapa pihak, seperti Pemerintah Provinsi Papua Barat, Pemerintah Kabupaten Pegunungan Arfak, Pemerintah Kabupaten Manokwari.
Ada juga akademikus bidang pariwisata Universitas Indonesia Diaz Pranita dan para pelaku industri pariwisata petualangan lokal. Diskusi akan berlangsung pada 27 Agustus 2018 di Manokwari.
Mapala UI telah memberangkatkan 38 mahasiswa UI dan delapan mahasiswa Institut Kesenian Jakarta untuk menjalankan ekspedisi bertajuk “Bumi Cenderawasih”. Kegiatan tersebut dilakukan untuk membuka jalur wisata minat khusus. Area yang masuk zona ekspedisi mereka meliputi Kabupaten Teluk Bintuni dan Sungai Wariori. Selain itu juga landasan paralayang di Pegunungan Arfak.
Tim ekspedisi Bumi Cenderawasih Mapala UI mengklaim telah menjadi tim paralayang pertama yang terbang di langit Pegunungan Arfak. Mereka juga mengklaim merupakan tim perdana yang berhasil mengarungi Sungai Prafi menggunakan kayak sepanjang 16 kilometer.
“Kegiatan ini merupakan realisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, terutama butir kedua dan ketiga, yaitu penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat,” ujar Ketua Mapala UI , Muhammad Jazmi.
Di antaranya, tiga mahasiswa berasal dari UI. Kemudian mahasiswa UI juga menggandeng satu orang mahasiswa Universitas Papua. Adapun sebagai pendokumentasi, satu orang mahasiswa Institut Kesenian Jakarta bertugas menjadi penanggung jawabnya.