Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap tahun, masyarakat Indonesia merayakan berbagai perayaan tradisional yang kaya akan sejarah dan budaya. Salah satu perayaan yang paling dikenal adalah Grebeg Suro, sebuah peristiwa yang menggabungkan elemen keagamaan, kebudayaan, dan sosial masyarakat Jawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tradisi ini merupakan salah satu warisan leluhur yang diwariskan dari generasi ke generasi, menggambarkan pentingnya nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan penghormatan terhadap budaya. Perayaan ini menjadi bukti nyata bagaimana bangsa Indonesia tetap memelihara akar budayanya sambil merangkul modernitas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Grebeg Suro, yang juga dikenal sebagai Suroan, adalah perayaan tahunan yang diperingati oleh masyarakat Jawa, terutama di daerah Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Tradisi ini bertepatan dengan perayaan tahun baru Islam pada bulan Muharram, pada bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah.
Perayaan Grebeg Suro dimulai dengan shalat dan doa bersama di masjid atau surau setempat, dihadiri oleh seluruh warga komunitas. Setelah rangkaian ibadah, perayaan dilanjutkan dengan prosesi unik yang menjadi inti dari Grebeg Suro, yaitu pengangkatan "Beksan" atau "Warak Ngendog".
Beksan adalah sosok boneka besar yang diisi dengan jerami dan dipercayai mengandung roh leluhur. Prosesi ini dipandu oleh pemangku adat dan tokoh-tokoh masyarakat yang dipilih secara khusus untuk melaksanakan tugas ini.
Sejarah Grebeg Suro dapat ditelusuri kembali ke abad ke-8 Masehi, ketika Kerajaan Mataram Islam berdiri di tanah Jawa. Perayaan ini awalnya merupakan bagian dari upacara agama Hindu-Buddha yang disesuaikan dengan nilai-nilai Islam setelah agama tersebut masuk ke Nusantara.
Sejak saat itu, Grebeg Suro terus bertransformasi dan mengalami penggabungan dengan elemen-elemen budaya lokal, sehingga mencerminkan semangat toleransi dan harmoni antaragama di Indonesia.
Perayaan Grebeg Suro diwarnai dengan berbagai kegiatan yang melibatkan seluruh warga, tanpa memandang perbedaan latar belakang atau status sosial. Hal ini menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat Indonesia merayakan keragaman dan memelihara persatuan dalam perbedaan. Selain itu, Gerebeg Suro juga menjadi momen penting bagi para generasi muda untuk belajar dan mengenal nilai-nilai budaya serta menjalin ikatan kebersamaan dengan generasi sebelumnya.
Meskipun Grebeg Suro telah ada selama berabad-abad, perayaan ini tetap hidup dan relevan dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti gotong royong, saling menghormati, dan semangat persatuan, adalah aspek penting dalam membangun bangsa yang kuat dan berdaya saing di kancah global.
Namun, meskipun Grebeg Suro telah banyak dipelihara, perayaan ini juga dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama dalam era modern ini. Dalam upaya untuk melestarikan budaya ini, banyak kelompok masyarakat dan lembaga pemerintah berkolaborasi untuk mempromosikan Grebeg Suro sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.
Dalam semangat kebersamaan dan toleransi, perayaan Grebeg Suro telah menjadi simbol penting dalam menyatukan masyarakat Indonesia dari berbagai latar belakang dan keyakinan. Melalui warisan budaya ini, bangsa Indonesia akan terus menghargai sejarahnya dan mengambil inspirasi dalam menghadapi masa depan yang penuh harapan.
Dengan berlangsungnya Grebeg Suro setiap tahun, diharapkan perayaan ini dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi yang akan datang.
Melalui perayaan ini, masyarakat dapat terus menghormati dan mengapresiasi sejarah serta budaya mereka sendiri, sambil mempererat ikatan sosial antara satu sama lain. Grebeg Suro adalah sebuah peristiwa yang terus hidup dan menjadi bukti kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai harganya.