Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejak Jumat, 6 Mei 2022, masyarakat Suku Baduy menggelar tradisi Seba Baduy. Mereka mulai berjalan kaki menuju kota pada pukul 04.00 untuk bertemu dengan pejabat pemerintah daerah dan menyerahkan hasil bumi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pelaksanaan tradisi ritual Seba dipimpin Jaro Tanggungan 12 Jaro Saidi Yunior, " kata tokoh adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Jaro Saija di Lebak, Sabtu, 7 Mei 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tradisi Seba Baduy adalah tradisi yang merupakan wujud syukur sekaligus menjalin silaturahim dengan pemerintah daerah yang melindungi masyarakat Baduy dalam mengelola usaha pertanian dan keamanan. Dalam hal ini, masyarakat Baduy berjalan untuk bertemu gubernur dan bupati yang disebut sebagai "bapak gede" atau kepala pemerintahan.
Tradisi ini dilaksanakan setelah masyarakat Baduy melaksanakan ritual Kawalu. Pada ritual itu, masyarakat adat berdiam diri di rumah dan beribadah untuk mensyukuri nikmat Tuhan. Permukiman Baduy juga ditutup untuk pendatang selama tiga bulan untuk ritual itu.
Tahun ini, Jaro Saija mengatakan tradisi Seba Baduy diikuti oleh ratusan orang suku Baduy. "Kami tahun ini menggelar Seba Leutik atau Seba kecil dengan jumlah Baduy Luar sebanyak 158 orang dan Baduy Dalam 23 orang," kata dia.
Pada Jumat, rombongan tiba di Lebak dan bertemu dengan Wakil Bupati Lebak Ade Sumardi dan pejabat lainnya. Selanjutnya, pada Sabtu, mereka melanjutkan perjalanan untuk bertemu Gubernur Banten Wahidin Halim.
Warga Badui meninggalkan Kantor Gubernur Banten usai mengikuti upacara Seba, di Pendopo Kantor Gubernur, di Serang, Minggu (3/5) Upacara tersebut merupakan tradisi tahunan warga Baduy sebagai bentuk ketaatan mereka kepada pemerintah. ANTARA/Asep Fath
Seorang warga Baduy Dalam, Asep, 45 tahun mengaku gembira menjalani tradisi itu untuk menjalin silaturahim dan dapat mempererat tali persaudaraan dengan gubernur dan bupati. Ia dan rombongan berjalan kaki hingga 160 kilometer pulang pergi untuk menjalankan tradisi itu.
"Kami ke manapun tetap berjalan kaki dan dilarang adat menggunakan angkutan kendaraan," kata Asep.
Wakil Bupati Lebak Ade Sumardi mengatakan pemerintah daerah hingga kini melestarikan budaya dari leluhur masyarakat Baduy, termasuk acara tradisi Seba. Selain itu, pemerintah daerah melalui kepolisian memberikan jaminan keamanan di lingkungan kawasan masyarakat Baduy.
"Kami minta masyarakat Baduy dan wisatawan dapat menjaga lingkungan dan tidak buang sampah sembarangan, " kata Ade.
Sementara itu, perwakilan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Edi Wardoyo mengapresiasi tradisi Seba Baduy yang dilaksanakan masyarakat Baduy merupakan nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia.
Pemerintah mendorong budaya tradisi itu terus dilestarikan dan dijaga. "Kami berharap ritual Seba Baduy menjadikan momentum untuk kebangkitan masyarakat adat," kata dia.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.