Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah warga Baduy mengikuti tradisi Ritual Seba Baduy di Pendopo Gubernur Banten, di Serang, Sabtu 7 Mei 2022. Ritual itu ditandai penyerahan hasil bumi kepada wakil pemerintah. Tradisi ini kembali dilakukan secara terbuka setelah sempat tertunda selama dua tahun akibat pandemi COVID-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip laman pusmenjar.kemdikbud.go.id, Baduy merupakan suku yang tinggal di Provinsi Banten. Sebutan Baduy awalnya merupakan nama yang diberikan peneliti Belanda. Diduga nama Baduy merupakan pelesetan kata Badawi dalam bahasa Arab, yang artinya berpindah-pindah atau nomaden. Nama Baduy kemudian melekat di kalangan masyarakat. Suku Baduy terbagi menjadi dua, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lalu, Apa beda suku Baduy Dalam dan Baduy Luar?
Mengutip dari dispar.bantenprov.go.id, perbedaan suku Baduy Dalam dan Baduy Luar dapat diketahui dari tradisi dan norma adat yang berlaku di dalamnya. Sesuai namanya, Baduy Luar secara tradisi dan norma telah dipengaruhi oleh budaya modern.
Untuk menopang kehidupan sehari-hari, Ketua Adat atau biasa disebut Jaro memperkenankan warganya menggunakan barang elektronik maupun produk buatan pabrik. Mereka umumnya juga lebih terbuka dan mau menerima tamu dari luar, bahkan mancanegara, untuk menginap di rumah mereka.
Sementara masyarakat Baduy dalam umumnya lebih tertutup dan tidak menerima pengaruh budaya dari luar. Mereka memegang teguh konsep pikukuh. Ini adalah aturan adat yang isi terpentingnya mengenai keapaadaan. Sebuah konsep tentang tidak ada perubahan sesedikit mungkin atau tanpa perubahan apa pun. Aturan ini diterapkan secara mutlak dalam keseharian mereka sehingga banyak pantangan yang masih sangat ketat diberlakukan.
Baduy Dalam memiliki tiga kampung yang bertugas menyediakan kebutuhan dasar semua masyarakat. Tugas ini dipimpin oleh Pu’un selaku ketua adat tertinggi, serta dibantu oleh Jaro sebagai wakilnya. Sebagai tanda kepatuhan sekaligus pengakuan kepada penguasa, masyarakat Baduy secara rutin melaksanakan Seba. Jika tak ada halangan, tradisi ini rutin diadakan setahun sekali. Mereka menyerahkannya hasil bumi kepada penguasa setempat, yaitu Gubernur Banten.
Perbedaan lainnya terlihat dari cara berpakaian. Baju keseharian masyarakat Baduy Dalam umumnya dominan balutan putih. Kadang hanya bagian celananya saja berwarna hitam ataupun biru tua. Warna putih itu melambangkan kesucian dan budaya yang tidak terpengaruh dari luar. Sementara Baduy Luar menggunakan baju serba hitam atau biru tua saat melakukan aktivitas. Hal ini menandakan bahwa masyarakat Baduy Luar telah terkontaminasi dengan budaya modern.
Ditinjau dari jumlah penduduknya, masyarakat Baduy Luar memiliki kelompok besar berjumlah ribuan orang. Mereka menempati puluhan kampung di bagian utara Kanekes seperti daerah kaduketuk, cikaju, gajeboh, kadukolot, Cisagu, dan sebagainya. Sementara di bagian selatan yang terletak di pedalaman hutan ditempati masyarakat Baduy Dalam. Jumlah berpenduduk Baduy Dalam hanya ratusan jiwa serta tersebar di tiga daerah, yaitu kampong Cibeo, Cikeusik, dan Cikartawana.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.