Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

Ya untuk Laki-laki, Ya untuk Perempuan

Harry Halim mengusung genderless fashion dalam koleksi spring-summer 2024. Laki-laki pun pantas mengenakan crop top dan korset.

21 Oktober 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Emil Mario di acara fashion Show Herry Halim, 17 Oktober 2023. Tempo/Febri Angga Palguna

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Harry Halim mengusung genderless fashion dalam koleksi spring-summer 2024-nya.

  • Belum banyak perancang Indonesia yang berfokus pada busana yang bisa dikenakan laki-laki dan perempuan.

  • Genderless fashion dianggap lebih ramah lingkungan.

Selasar Bengkel Space, Jakarta, tampak gemerlap dan meriah. Satu per satu peragawati muncul membawa kejutan ragam gaya busana haute couture berpalet gelap dengan potongan yang berani, perpaduan ruffles dan cutout, serta terkesan rumit. Diawali parade warna hitam, diikuti nuansa pastel, dan diakhiri dengan plot twist putih yang kontras.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Harry Halim ada di balik setiap busana yang dikenakan para model tersebut. Harry telah membuktikan diri di panggung global berkat bentuk pahatan pakaian fashion yang khas, potongan yang berani, dan gaya romantis menyimpang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Harry, 39 tahun, sengaja membuka peragaan koleksi spring-summer 2024-nya dengan palet hitam. Dia hendak membongkar stereotipe yang menyebut koleksi musim semi hanya bisa diisi dengan warna-warni cerah. “Hitam adalah tribute saya kepada semangat perlawanan anak muda,” kata Harry kepada Tempo di lokasi, Selasa, 17 Oktober 2023.

Perlahan, pekatnya hitam memudar, berganti erupsi warna-warna terang yang dinamis. Bagaikan perayaan pergantian musim.

Dalam peragaan busana tersebut, Harry kembali mengusung tema genderless fashion—kali ini bertajuk "White Lies". Genderless fashion, seperti namanya, adalah konsep busana yang didesain untuk menerobos batasan antara perempuan dan laki-laki.

Herjunot Ali di acara fashion Show Herry Halim, 17 Oktober 2023. Dok. Harry Halim_Hann Prawira

Tren genderless fashion semakin marak. Mulai dari street fashion, pakaian olahraga, hingga adibusana alias haute couture. “Saya ingin menonjolkan kekuatan Harry Halim sebagai pembawa genderless fashion atau uniseks. Jadi, bukan stigma LGBTQ,” kata Harry. Dalam peragaan itu, dia mewujudkan idenya menjadi balutan rok, dress, cape, dan korset yang dibawakan oleh model laki-laki.

Harry yakin korset dan crop top (atasan dengan potongan pendek sehingga memperlihatkan perut pemakainya) bukan semata milik perempuan. "Merujuk pada sejarah, korset muncul sebagai busana pria. Jadi, ketika sekarang dipakai lagi oleh pria, apa yang salah?” kata perancang lulusan La Salle College of The Arts, Singapura, itu.

Pada “White Lies”, Harry menampilkan 31 potong busana. Tatanan set dalam fashion show itu dibuat minimalis sehingga pusat perhatian tertuju semata pada hasil rancangan Harry. “Aku banyak memakai bahan silk, satin, dan leather yang menjelma jadi outer, dress, cape, dan setelan,” kata Harry.

Bukan hanya para model yang memamerkan karya Harry, sejumlah pesohor pun didaulat menjadi muse—tokoh yang jadi inspirasi desainer sehingga diundang untuk membawakan hasil rancangannya di catwalk. Mulai dari aktris Asmara Abigail yang mengenakan atasan bra warna hitam metalik berpadu dengan cutout skirt warna ungu dan jubah bulu merah. Ada juga aktor Herjunot Ali yang tampil beda dalam balutan setelan denim dengan aksentuasi ruffles di bagian belakang jas. Tak ketinggalan, tiktokers Emil Mario yang melenggang di runway bergaya genderless berupa gaun berbahan kulit cokelat berpadu sepatu bot monokrom hitam-putih.

Asmara Abigail di fashion Show Herry Halim di SCBD, Jakarta, 17 Oktober 2023. Tempo/Febri Angga Palguna

Perjalanan Karier Harry Halim

Harry Halim mengawali petualangannya dengan menampilkan koleksi musim semi dan musim panas 2012 di Paris Fashion Week. Dia menjadi desainer Indonesia pertama yang diterima menampilkan koleksinya di satu pekan busana terkemuka dunia tersebut.

Sejak saat itu, koleksinya memikat perhatian penggemar fashion. Sederet penyanyi internasional mengenakan hasil rancangan Harry di atas panggung, dari rapper Korea Selatan, CL atau Lee Chae-rin, hingga Dua Lipa dari Inggris. Sedangkan rapper Amerika Serikat, Cardi B, memakai busana bikinan Harry untuk foto sampul single-nya, Press, pada 2019. “Tentu saja ada perasaan bangga kalau karya kita bisa dipakai oleh banyak selebritas, termasuk dari luar negeri," ujar perancang kelahiran Pontianak ini. Harry bermimpi karyanya dipakai oleh Rihanna. "Next, ya. Semoga terwujud dalam waktu dekat.”

Tren Genderless Fashion di Indonesia

Meski bukan tema yang umum, sederet perancang busana Indonesia juga memiliki koleksi genderless fashion—juga dikenal dengan uniseks. Mereka adalah Wilsen Willim, Novita Yunus, dan Ichwan Thoha.

Novita Yunus menawarkan konsep genderless fashion melalui label NY dengan garis rancang yang lebih fleksibel. Koleksinya pernah dipamerkan dalam Jakarta Fashion Trend pada 2019. Saat itu, dia menampilkan busana oversize dengan siluet simpel dalam bentuk sarung palazzo (melebar dari pinggang hingga lewat mata kaki), kimono, dan jaket.

Desainer Wilsen Willim menyuguhkan konsep yang sama. Salah satunya adalah koleksi Wilsen bersama Batik Parang Kencana bertema "Grunge" yang bergaya Eropa. Wujudnya berupa peragawati mengenakan jas batik laki-laki dan sebaliknya, peragawan memakai jaket batik perempuan. Adapun Ichwan Toha mendesain busana pria, tapi juga bisa dipakai perempuan, seperti dalam label Contradictory yang bergaya lebih urban.

Ali Charisma, Ketua Indonesian Fashion Chamber, menyebut genderless fashion sebagai busana yang tak bisa dibedakan untuk laki-laki dan perempuan. Dia mengatakan, belum banyak desainer Indonesia yang berfokus pada genre busana ini.

Padahal, Ali melanjutkan, genderless fashion sejalan dengan konsep sustainable fashion. Pertama, bisa mengurangi konsumsi atau belanja busana. Kedua, kalau bahannya awet, bisa dipakai lebih lama ketimbang busana khusus laki-laki atau perempuan. Ketiga, desainer lebih mudah dalam merancang dan memproduksinya. "Sekali membuat bisa untuk semua segmen, baik laki-laki maupun perempuan," kata Ali.

ECKA PRAMITHA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ecka Pramita

Ecka Pramita

Penulis gaya hidup di Cantika.com, media online di bawah Tempo Media Group.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus