Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Angkringan bermula dari Yogyakarta, dengan menu khas nasi kucing – disebut begitu karena porsinya kecil. Sementara lauk bebas memilih dan biasanya mengambil sendiri. Usai makan, baru bayar. Kini angkringan, kedai makan yang merakyat itu dihadirkan dengan konsep modern oleh Uncle Joe.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Uncle Joe, adalah sebuah outlet waralaba kekinian baru, dengan konsep angkringan layaknya tempat makan tradisional di pinggiran Kota Yogyakarta. Mulai beroperasi sejak Minggu 1 Desember, outlet kuliner yang berada dekat dengan kampus UIN Syarif Hodayatullah, di kawasan Ciputat Timur, Tangerang Selatan, memang tampak bukan angkringan biasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Uncle Joe didirikan oleh dua sahabat Johansyah Jumberan dan Victor G. Pramusinto. Menurut mereka, Uncle Jo adalah proyek percontohan dalam dunia kuliner, yang nantinya diwaralabakan, “Kalau kami lihat angkringan itu kan pasti bukanya malam, di pinggir jalan. Kadang-kadang tidak nyaman untuk segi tempat. Padahal makanan enak, tapi tempatnya enggak. Makanya kami bikin ide naikin angkringan ini ke high level,” ujar Johansyah.
Berkapasitas 70 orang, outlet yang memiliki dua lantai dan dilengkapi dengan area terbuka dan lesehan ini, membidik pasar mahasiswa dan pekerja muda di sekitarnya. Agar pas dengan kebutuhan pelanggan, Uncle Jo menghadirkan suasana tempat makan bersuasana nyaman.
“Makanan Jawa itu kan identiknya bacem, seperti makanannya juga dimasak dengan bumbu bacem. (Disini) disesuaikan selera customer mau dibakar atau digoreng. Kami angkringan ada nasi kucing dan sate, itu signature kami. Overall menu kita mengakomodasi semua, mulai dari roti bakar, Indomie,” terang Victor.
Lebih lanjut, Johansyah dan Victor mengungkapkan, dengan total lebih dari 50 sajian menu yang beragam, kisaran harga makanannya juga sangat terjangkau mulai dari Rp3.000 hingga Rp30.000.
“Modal hampir Rp1 miliar, kami sebenarnya ke arah waralaba berkonsep makanan tradisional. Ciputat ini gerai pertama, mudah-mudahan segera membuka di tempat lain. Di sini kami bawa rasa makanannya universal. Jadi manisnya tidak terlalu manis, malah cenderung agak pedas,” terang Johansyah.
Menu angkringan Uncle Joe terdiri dari hidangan tradisional Jawa yang disesuaikan dengan selera Jakarta. Salah satunya sayur lodeh. Foto: @uncle_joe_id
Baik Johansyah maupun Victor berharap, gerai makanannya bisa menjadi solusi untuk banyak penikmat kuliner. Agar kembali mencintai cita rasa masakan Indonesia, mengingat semakin banyaknya pilihan makanan luar negeri yang masuk ke Indonesia saat ini.
“Lidah kita nggak bisa memang dibohongin. Saya, contohnya, sering ke luar negeri, tapi yang saya cari makanan Indonesia. Cuma sekarang makanan Indonesia semakin terkikis popularitasnya, karena banyaknya outlet makanan luar negeri,” ujarnya.