Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Upaya Melestarikan Sejarah Desa di Malang Lewat Buku

Tak banyak desa di Malang yang memiliki catatan sejarah yang didokumentasikan dalam bentuk buku

7 Juli 2024 | 21.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Malang - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang mendorong usaha melestarikan dan menggali sejarah desa lewat mendongeng dan budaya tutur. Lantaran tak banyak desa yang memiliki catatan sejarah yang didokumentasikan dalam bentuk buku.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Baru empat kecamatan. Kecamatan Singosari, Tumpang, Pakis dan Turen,” Kepala bidang Industri Kreatif, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Anwar Supriyadi pada Ahad, 7 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anwar berharap sejarah setiap desa ditulis dan dibukukan untuk diketahui khalayak. Jika tak didokumentasikan dan ditulis, dikhawatirkan sejarah desa akan hilang. Selain itu tulisan atau buku sejarah desa, katanya, bisa menjadi panduan menyebarkan sejarah kepada anak usia dini.

Apalagi anak-anak kini lebih mengetahui dan mengenal super hero. Namun mereka tidak mengenal local hero atau sejarah daerah setempat. Seperti tokoh Ken Dedes, Ken Arok, dan raja-raja Singasari seperti Anusapati, Wisnuwardana dan Kertanegara.

Detail sejarah seperti local hero itu bisa disampaikan melalui mendongeng. Memang usah menggali sejarah lokal tidak mudah. Sebab membutuhkan riset dan sumber yang otentik. Sejauh ini, Kabupaten Malang belum membukukan sejarah desa di 29 kecamatan lainnya.

Anwar menambahkan sejarah desa tersebut juga bisa dikemas untuk keperluan pariwisata. Apalagi, sejumlah desa telah berkembang menjadi desa wisata. Pemandu desa wisata bisa menceritakan sejarah desanya kepada wisatawan. Terutama untuk wisata minat khusus, seperti wisata sejarah, dan candi.  “Pemandu yang menguasai sejarah, akan menjadi daya tarik wisatawan,” ujarnya.

Wisata Gentong Mas, Malang. Maps.google

Penjelasan Anwar disampaikan dalam pelatihan relawan Sanggar Dongeng Kepompong. Sebanyak 10 relawan yang tersebar di delapan kecamatan mengikuti pelatihan tersebut. Mereka berlatih membuat boneka kaus kaki dan mendongeng. Para peserta praktik mendongeng di hadapan sekitar 50-an siswa Taman Kanak-kanak.

“Ternyata tidak mudah menyampaikan cerita kepada anak-anak TK,” kata Aprilia Nur Azizah. Padahal, Aprilia yang juga Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Malang merupakan seorang pendidik di tingkat SMP. Butuh kepiawaian menarik perhatian anak-anak. Apalagi bercerita dalam tempo lebih dari 15 menit.

Pelatihan diselenggarakan di Wisata Gentong Mas, Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Wisata Gentong Mas menawarkan wisata alam berupa sumber air, disertai kolam renang, outbond, dan area perkemahan, yang dikelola Badan Usaha  Milik Desa atau BUMDes Sukolilo.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus