Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Nagano menjadi salah satu tempat bermain ski favorit di Jepang.
Prefektur Nagano mulai bergeliat dengan wisata ramah muslim.
Nagano berupaya memenuhi kebutuhan muslim, seperti makanan halal dan peralatan ibadah.
MONCONG Shinkansen membelah perut Kota Tokyo menuju Prefektur Nagano, Jumat, 17 Februari lalu. Hari itu, temperatur udara masih melorot hingga 2 derajat Celsius. Di dalam kereta peluru putih pucat ini, para penumpang memakai jaket tebal. Pemanas di dalam sepur berkapasitas seribu orang itu agaknya kurang mampu memberikan kehangatan. Saya pun merapatkan syal wol dan terbenam dalam mantel.
Setelah Tokyo tertinggal di belakang, butiran putih mulai merintik di luar. Lanskap gedung tinggi bersulih dengan rumah kubus dan ladang. Hari mengancik siang dan matahari bertengger di atas kepala. Tapi tumpukan salju di atas atap dan halaman tetap tebal. “Kita mendekati Nagano,” kata Takagi Hitoshi, penerjemah Jepang-Inggris yang mendampingi rombongan 20 jurnalis asal Indonesia.
Nun jauh di balik permukiman, Pegunungan Alpen Utara setinggi lebih dari 2.000 meter yang berselubung salju makin jelas terpandang. Deretan ancala itu mengitari Nagano, provinsi berlencir 800 meter di atas permukaan laut, termasuk tertinggi seantero Jepang. Nagano juga kesohor sebagai pusat ski. “Kalau Jepang adalah rumah, Nagano atapnya,” ucap Hitoshi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo