Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Menyepi di Pura Taman Ayun Bali

Pura Taman Ayun dibangun pada 1634 oleh raja pertama Kerajaan Mengwi di Bali. Dikelilingi kolam yang berfungsi sebagai irigasi.

8 Februari 2025 | 09.00 WIB

Utama Mandala, area suci yang digunakan umat Hindu untuk bersembahyang di Pura Taman Ayun di Kecamatan Mengwi, Badung, Bali, 26 Januari 2025. TEMPO/Mila Novita
Perbesar
Utama Mandala, area suci yang digunakan umat Hindu untuk bersembahyang di Pura Taman Ayun di Kecamatan Mengwi, Badung, Bali, 26 Januari 2025. TEMPO/Mila Novita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Pura Taman Ayun terdaftar sebagai warisan dunia UNESCO sejak 2012.

  • Pura diikelilingi kolam yang airnya mengalir ke sawah dengan sistem irigasi tradisional Bali, subak.

  • Peninggalan Kerajaan Mengwi, kerajaan besar yang pernah menguasai hampir seluruh wilayah Pulau Bali.

PURA Taman Ayun tak sepopuler Pura Uluwatu yang berada di atas tebing atau Pura Ulun Danu yang gambarnya terdapat di pecahan uang Rp 50 ribu. Tapi pura ini punya dua hal menarik yang membuat saya mendatanginya dalam perjalanan ke Bali, akhir Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pertama, pura ini terdaftar sebagai warisan dunia Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Kedua, sejarahnya yang berkaitan dengan salah satu kerajaan besar di Bali pada masa lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pura Taman Ayun, yang berarti pura dengan taman yang indah, merupakan peninggalan Kerajaan Mengwi yang dibangun pada 1634 oleh raja pertamanya, I Gusti Ngurah Made Agung. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Mengwi menguasai hampir seluruh wilayah di Bali, termasuk Gianyar, Buleleng di utara, Jembrana di barat, bahkan Blambangan di ujung timur Pulau Jawa. Kekuasaan Mengwi runtuh setelah diserang kerajaan-kerajaan lain di Bali pada akhir abad ke-19.

Kerajaan itu menyisakan Pura Taman Ayun. Pura ini bukan sekadar tempat ibadah keluarga Kerajaan Mengwi, melainkan juga pusat irigasi dan pemersatu rakyatnya. Di sekeliling pura terdapat kolam yang airnya mengalir ke sawah-sawah secara merata dengan sistem irigasi tradisional Bali, subak.

Subak inilah yang membuat Pura Taman Ayun terdaftar dalam warisan dunia UNESCO sejak 2012. Warisan dunia Bentang Lanskap Budaya Provinsi Bali: Sistem Subak sebagai Manifestasi dari Filosofi Tri Hita Karana meliputi Pura Ulun Danu Batur dan Danau Batur, Lanskap Subak dan Pura pada DAS Pakerisan, Caturangga Batukaru, dan Pura Taman Ayun itu sendiri. 

Kolam yang mengelilingi Pura Taman Ayun di Kecamatan Mengwi, Badung, Bali, 26 Januari 2025. Kolam ini berfungsi sebagai irigasi sawah-sawah di sekitarnya dengan sistem subak. TEMPO/Mila Novita

•••

SAYA punya waktu sekitar lima jam lagi di Bali sebelum ke bandar udara untuk kembali ke Jakarta pada Ahad, 26 Januari 2025. Jam tangan menunjukkan pukul 08.00 saat saya memesan ojek daring dari hotel di kawasan Seminyak. Pura ini berada di Jalan Ayodya, Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Badung, masih di kabupaten yang sama dengan Seminyak. Ongkos yang tertera pada aplikasi itu Rp 49.500, dengan jarak tempuh 25,6 kilometer.

Setelah menempuh perjalanan selama hampir satu jam, saya akhirnya tiba. Lingkungan pura ini sepi, kontras dengan Seminyak yang ingar-bingar. Dari luar belum tampak adanya pura. Saya disambut sebuah gerbang kecil yang terbuat dari batu abu-abu yang berlumut. Di dalamnya terdapat jembatan di atas kolam selebar 10 meter menuju gerbang lain yang lebih besar. Terlihat dua turis asing berjalan di atas jembatan itu, lalu berhenti di loket tiket di balik gerbang kedua.

Utama Mandala, area suci yang digunakan umat Hindu untuk bersembahyang di Pura Taman Ayun di Kecamatan Mengwi, Badung, Bali, 26 Januari 2025. TEMPO/Mila Novita

Untuk masuk ke kompleks pura ini, setiap pengunjung asing harus membeli tiket seharga Rp 30 ribu, sedangkan pengunjung domestik seperti saya hanya Rp 15 ribu. Setelah memegang tiket, saya diarahkan menuju pos selanjutnya untuk pengecekan. Pos ini dijaga seorang laki-laki paruh baya berpakaian adat Bali, kemeja putih dengan bawahan kain serta udeng di kepalanya.

Dua turis asing di depan saya diminta memakai kain. Saya yang berada di belakang dua turis itu refleks ikut mengambil kain. Ada banyak kain yang disediakan di dalam keranjang anyaman. Saya memilih yang berwarna hijau dengan motif tepi berwarna emas yang sudah pudar.

“Mbak tidak perlu pakai kain karena sudah pakai celana panjang,” kata petugas yang mengecek tiket tadi, tersenyum. “Dua turis tadi harus pakai kain karena mereka pakai celana pendek.”

Saya pun mengembalikan kain ke keranjang. Pura memiliki aturan ketat tentang pakaian pengunjung, meski bukan untuk sembahyang. Wisatawan juga harus mengenakan pakaian yang menutup bagian-bagian tubuh tertentu, seperti dada, perut, dan paha.

“Tapi, kalau mau pakai kain juga enggak apa-apa, mungkin mau foto,” ujarnya.

Saya tak jadi mengembalikan kain. Petugas tiket yang bernama Putu Yuliastana itu menawarkan memotret dengan telepon seluler saya. Dia menunjukkan spot yang menurut dia paling bagus, di atas lapangan hijau di depan pos. Pemandangannya indah, seperti nama pura ini. Selain rumput yang hijau, di kejauhan terlihat gerbang pura yang menjulang.

Akomodasi di Sekitar Pura Taman Ayun

Balam Bali Villa

Sekitar 4,3 kilometer dari Pura Taman Ayun. Harga kamar mulai Rp 800-an ribu hingga Rp 1,5 juta.

Alamat: Jalan Teleng No. 100, Banjar Cengkok, Baha, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Telp. 0851 7518 7514.

Wana Shanti Villa

Berjarak sekitar 4 kilometer dari Pura Taman Ayun. Harga kamar sekitar Rp 700 ribu per malam.

Alamat: Jalan Raya Penarungan Gg. Cendana, Banjar Blumbung, Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Telp. 085792300739

Puri Taman Sari Resort

Jarak ke Pura Taman Ayun sekitar 4,4 kilometer. Harga kamar mulai Rp 1 juta.

Alamat:  Dusun Jl. Umabian, Peken, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali. Telp. 0361-8945397, 08199977725 (WA)

Umasari Rice Terrace

Dari Pura Taman Ayun, vila ini berjarak 4,4 kilometer. Harga kamar mulai Rp 350 ribu.

Alamat: Dusun Umabian, Desa Peken, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali. Telp. 0361-8945484.

Villa Taman di Blayu

Jarak ke Pura Taman Ayun sekitar 4,1 kilometer. Harga kamar mulai Rp 1,3 juta.

Alamat: Desa Pekan Belayu, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali. Telp. 0361-490165

Selesai memotret, Putu didekati seorang laki-laki yang datang bersama dua anak kecil. Dari pakaiannya, dia tampak bukan wisatawan. Dia membawa kantong plastik bening yang di dalamnya terdapat beberapa serangga. Ia menanyakan sesuatu kepada Putu dalam bahasa Bali, lalu pergi.

“Itu tadi warga sini, cari belalang,” ucap Putu sambil mengembalikan ponsel saya.

“Untuk mancing, Pak?” saya bertanya.

Saya menduga seperti itu karena pura ini dikelilingi kolam, jadi mungkin dia ingin memancing. Tapi ternyata dugaan saya salah.

“Bukan. Itu untuk upacara. Biasanya, kalau ada peresmian bangunan baru, upacaranya pakai belalang,” kata Putu. “Sebenarnya di sawah juga banyak belalang, tapi banyak yang ngambil di sini karena mengharapkan restu.”

Putu tampaknya senang bercerita. Jadi, sebelum masuk lebih jauh ke dalam pura, saya mengobrol sebentar dengan dia. Sesekali obrolan kami harus terhenti karena ada wisatawan bule yang baru datang.

“Di sini 90 persen wisatawannya bule. Kalau wisatawan lokal, senangnya ke pantai yang ramai, tidak suka ke tempat sepi seperti ini,” tutur Putu.

Sejumlah wisatawan Pura Taman Ayun berfoto di gerbang menuju Utama Mandala, Kecamatan Mengwi, Badung, Bali, 26 Januari 2025. TEMPO/Mila Novita

Selain wisatawan berkulit putih dan berambut pirang, banyak wisatawan berwajah oriental dan India. Kata Putu, beberapa tahun terakhir ini banyak turis India berkunjung. Bahkan ketika wisatawan sepi pun, mereka selalu ada.

“Untung ada turis India. Biarpun ada Covid atau gunung meletus, mereka selalu ada,” ujar Putu lalu tertawa.

Meski turis mulai berdatangan, Putu sedikit mengeluh karena jumlah pengunjung pura ini tak sebanyak sebelum masa pandemi. Dulu, sesepi-sepinya, pengunjung bisa mencapai 700 orang per hari. “Sekarang paling 200.” 

Saya tidak terlalu kaget dengan ucapannya. Pariwisata Bali memang sudah pulih dari pandemi. Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah wisatawan mancanegara sepanjang 2024 mencapai 6.333.360 orang, sudah melampaui angka 2019, sebelum Covid-19, dengan 6.275.210 kunjungan.

Tapi kunjungan itu memang menumpuk di selatan Bali, sampai-sampai Fodor’s, penerbit panduan perjalanan Amerika Serikat, menyebutkan pulau ini sudah mengalami overtourism. Apa benar? Pura Taman Ayun saja yang dulunya ramai, menurut Putu, sekarang tidak lagi. 

•••

PUTU tak mau banyak bicara soal pura. Menurut dia, ada atasannya yang lebih layak bercerita, tapi sayangnya hari itu sedang tidak hadir di lokasi. Dia hanya menjelaskan bahwa pura ini terdiri atas tiga bagian, yakni Nista Mandala atau bagian luar, Madya Mandala bagian dalam, dan Utama Mandala atau bagian utama. Bagian utama inilah yang digunakan untuk sembahyang. Ada banyak bangunan pura di dalamnya yang mewakili pura-pura besar di Bali.

Putu mempersilakan saya masuk untuk melihat-lihat pura. “Di dalam nanti ada satu (pura) yang mewakili keluarga Kerajaan Mengwi, Gedong Paibon,” kata Putu.

Untuk melihat bagian utama pura, saya harus melewati Madya Mandala yang hijau dengan rumput dan pepohonan. Bagian utama ini dikelilingi tembok dengan gerbang tinggi yang tertutup, berwarna abu-abu dan terakota. Di gerbang itu ada papan peringatan bertulisan, "Dilarang masuk, kecuali untuk sembahyang."

Jadi saya memutar mengelilingi pura utama melewati jalan yang lebarnya tak lebih dari 2 meter di luar tembok. Untungnya, tembok yang mengelilingi pura utama itu cukup rendah sehingga saya melihat bangunannya secara utuh dari luar. Di area belakang ada undakan hampir setinggi pagar, sengaja dibuat agar pengunjung bisa melihat lebih jelas. Banyak wisatawan berhenti di situ untuk memotret.

Gerbang Puri Ageng Mengwi, tempat tinggal keluarga Kerajaan Mengwi di Badung, Bali, 26 Januari 2025. TEMPO/Mila Novita

Di dalam tembok, yang luasnya hampir dua kali lapangan bola, terdapat sekitar 20 bangunan pelinggih (tempat pemujaan) yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam. Tapi yang paling menarik perhatian saya ada di bagian belakang. Bangunannya terlihat menjulang dengan atap meru 11 tingkat, mirip Pura Ulun Danu dan Besakih. Beberapa bangunan lain memiliki bentuk mirip, hanya berbeda jumlah tingkat atap menaranya.

Kenapa ada begitu banyak pelinggih di pura ini? Rupanya, pada zaman dulu, orang Mengwi yang ingin sembahyang ke pura-pura besar di Bali harus melalui perjalanan yang sulit karena keterbatasan transportasi. Akhirnya dibuatlah pelinggih-pelinggih yang merepresentasikan pura-pura besar di Bali, seperti Pura Besakih, Pura Uluwatu, Pura Batur, Pura Batukaru, dan Ulundanu. Jadi, jika ada yang ingin sembahyang ke pura-pura itu, cukup datang ke Pura Taman Ayun.

Saya juga mencari-cari Gedong Paibon yang disebutkan Putu tadi. Gedong Paibon berada di antara pura-pura dengan atap bertingkat. Bangunannya tidak menonjol, lebih menyerupai paviliun yang terbuat dari batu bata abu-abu dan terakota. Gedung Paibon, yang juga disebut Gedong Ibu, menjadi tempat pemujaan leluhur raja-raja Mengwi.

•••

DARI area utama pura, saya mengikuti arah jalan keluar, di pinggir kolam yang lebarnya hampir seperti lapangan bola. Banyak orang memancing di sana. Di jalur keluar, ada bangunan yang digunakan untuk pameran karya seni Bali, mini teater yang memutar video dokumenter sejarah Kerajaan Mengwi, juga ruang pamer foto-foto kegiatan raja terdahulu. Salah satu foto memperlihatkan ngaben atau upacara kremasi Raja Mengwi terakhir, Ida Tjokorda Mengwi XII, pada 2001. Sejak saat itu, Mengwi belum punya raja lagi. Tapi, menurut Putu, tak lama lagi Mengwi akan melantik raja baru.

Sebuah wentilan atau paviliun khas Bali menutup kunjungan saya ke kompleks pura ini. Bangunan yang terbuat dari tiang kayu dengan atap jerami ini mirip teater dengan tempat duduk bertingkat seperti tangga. Dulu, bangunan ini digunakan untuk tradisi sabung ayam dan pertunjukan kesenian Bali. Tapi tradisi itu hanya bisa dilihat dari diorama yang dipasang di tengah paviliun.

Gerbang menuju Madya Mandala atau area tengah Pura Taman Ayun, Kecamatan Mengwi, Badung, Bali, 26 Januari 2025. TEMPO/Mila Novita

Hari makin siang. Saya masih punya sedikit waktu untuk melihat-lihat sekitar. Putu, yang kembali saya temui sebelum pulang, menyarankan saya ke Puri Ageng Mengwi yang menjadi tempat tinggal raja-raja Mengwi.

Puri ini berjarak sekitar 400 meter dari Pura Taman Ayun. Tak sulit mencarinya karena puri luas dan berada di sudut jalan utama. Gerbangnya mirip rumah-rumah lain di sekitarnya, tapi ukurannya lebih besar sehingga mudah dikenali. Karena gerbang tidak tertutup, saya masuk ke halamannya. Seorang penjaga datang menghampiri. Sempat terpikir bahwa saya akan diusir, tapi ternyata tidak. Dia hanya menyapa, lalu menjawab beberapa pertanyaan saya. Dia juga mengatakan bahwa pemilik puri ini sedang berada di Denpasar. 

Saya tak berlama-lama di puri itu karena harus segera ke bandara jika tidak ingin ketinggalan pesawat. Setelah pamit, saya pun keluar. Jam tangan sudah menunjukkan pukul setengah satu siang, saatnya meninggalkan Mengwi dengan pura dan purinya yang sepi.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Mila Novita

Mila Novita

Bergabung dengan Tempo sejak 2013 sebagai copywriter dan bergabung dengan redaksi pada 2019 sebagai editor di kanal gaya hidup. Kini menjadi redaktur di desk Jeda yang meliputi gaya hidup, seni, perjalanan, isu internasional, dan olahraga

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus