Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kawasan Pulau Curiak di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan selama ini dikenal sebagai tempat untuk melihat bekantan, hewan endemik Pulau Kalimantan. Namun kini, di sana juga pengunjung bisa melihat ikan glodok atau ikan timpakul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wisata minat khusus ini disediakan oleh Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI). Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus SBI, Ferina mengatakan hewan itu memiliki perilaku unik yang bisa diamati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ikan timpakul sangat unik karena hidup di dua alam, baik di air maupun di darat dengan empat genera, yaitu Boleophthalmus, Periophthalmus, Periophthalmadon dan Scartelaos," kata Ferina, Selasa, 17 Mei 2023.
Keunikan timpakul
Ikan ini memiliki keunikan sehingga sering menarik perhatian para pengunjung di Stasiun Riset Bekantan. Hewan itu seringkali terlihat di kawasan wisata edukasi itu.
Ikan timpakul memiliki sirip di dada yang berfungsi sebagai lengan untuk berjalan, merayap dan melompat. Matanya seperti mata kodok dan bisa bergerak berlawanan arah di dalam waktu bersamaan serta dapat berputar 360 derajat.
Ikan Tempakul atau Tembakul di hutan bakau Tarakan, Kalimanta Utara, 29 Mei 2016. Ikan ini kerap melompat-lompat ke daratan, terutama di daerah berlumpur atau berair dangkal di sekitar hutan bakau ketika air surut. TEMPO/ Gunawan Wicaksono
Menurut Ferina, wisatawan pada umumnya sangat antusias menanyakan ikan unik tersebut. Sebab, perilakunya lucu saat merayap dan memanjat pohon rambai.
"Terkadang jika beruntung kita bisa menyaksikan atraksi timpakul yang seperti menari-nari, walaupun sebenarnya lagi bersaing memperebutkan wilayah," kata Ferina.
Ferina menjelaskan keberadaan ikan timpakul juga menjadi penanda bahwa ekosistem lahan basah tempatnya berada berarti sehat. Sebab, ikan itu juga berperan sebagai salah satu spesies indikator biologi.
“Ini menunjukkan bahwa upaya kami melakukan restorasi ekosistem lahan basah mulai menampakkan hasil yang positif," kata Ferina.
Wisata minat khusus
SBI mengembangkan wisata minat khusus bertajuk "Bekantan Ecotour". Dalam tur itu, peserta diajak menyusuri trek hutan mangrove atau bakau hasil restorasi yang ditanam oleh SBI sejak enam tahun lalu.
Peneliti bekantan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) sekaligus pendiri SBI Amalia Rezeki mengatakan pihaknya optimistis wisata minat khusus itu akan terus berkembang. Sebab, tren wisata saat ini kembali ke alam dan ramah lingkungan..
Wisata minat khusus itu banyak dimanfaatkan sejumlah sekolah dan perguruan tinggi untuk edukasi serta penelitian keragaman hayati khas lahan basah. Setiap bulannya ada saja pelajar dan mahasiswa yang berkunjung ke Stasiun Riset Bekantan, baik lokal maupun mancanegara.
"Rencananya minggu depan kami menerima kedatangan wisatawan dari Jepang dan Hong Kong berjumlah sekitar 20 orang, serta bulan Juli nanti sudah teragendakan 40 mahasiswa dari Australia," kata Amalia.
SBI pun berencana membangun fasilitas penginapan di kawasan Stasiun Riset Bekantan. Sebab, banyak permintaan paket tur untuk bermalam di kawasan hutan mangrove tempat hidup bekantan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.