Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Brebes - Fosil tulang belulang hewan memenuhi lantai ruangan berukuran 12 x 10 meter persegi. Sebagian benda purba itu mengisi rak bercat hijau. Fosil binatang purba itu di antaranya spesies mamalia bergading besar mirip gajah atau Sinomastodon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada pula Stegodon atau vertebrata berbelalai yang hidup di benua Asia selama era Pliosen (5.000-an hingga 1,8 juta tahun lalu) dan Pleistosen (2 juta-1.500 juta tahun ke belakang).
Fosil kerbau, banteng, rusa, kuda air, badak, dan kura-kura juga menempati ruangan itu. Hampir semua fosil diberi tulisan kecil di kertas sebagai keterangan. Balai Arkeologi Yogyakarta dan Balai Pelestarian Sangiran Situs Manusia Purba Sangiran telah mengidentifikasi sebagiaan fosil yang disimpan di ruangan tersebut.
Rafli Rizal, seorang pelestari fosil purba menamakan ruangan itu sebagai Museum Mini Purbakala Bumiayu - Tonjong atau Buton. Museum mini itu berlokasi di Jalan KH Ahmad Dahlan, Desa Kalierang, Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah. Rafli bersama 15 pelestari menjaga setidaknya 1.000 fosil yang sebagian diperkirakan berumur jutaan tahun. "Peneliti dari Sangiran dan Balai Arkeologi ke sini untuk konservasi," kata Rafli Rizal kepada Tempo, Selasa, 9 Juli 2019.
Fosil hewan purba koleksi Museum Mini Purbakala Bumiayu - Tonjong (Buton) di Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah. TEMPO | Shinta Maharani
Dia menyebutkan pelestari fosil pernah menemukan Sinomastodon, yaitu spesies mamalia bergading besar mirip seperti gajah. Fosil itu diperkirakan sudah ada sejak 1,5 - 2 juta tahun yang lalu. Fosil Sinomastodon di Sungai Glagah, Desa Kutamendala, Kecamatan Tonjong. Tim Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Sragen, Jawa Tengah) mengangkat fosil Sinomastodon yang terdiri dari rahang, gigi, tulang ekor, dan tulang belulang.
Museum mini tersebut berdiri sejak 2017. Rizal sempat menyimpan fosil-fosil itu di toko konveksi miliknya sebelum museum jadi. Jumlah fosil kian bertambah dan menumpuk, kemudian dia menaruhnya di garasi. Museum itu berdiri untuk mengeduskasi masyarakat ihwal dunia paleoantropologi di situs Bumiayu. Siswa siswi sejumlah sekolah di Brebes kerap berkunjung ke museum itu.
Museum tersebut kerap mendapatkan kunjungan arkeolog dari Indonesia dan mancanegara. Mereka yang mampir di antaranya Agustiyanto Indra Jaya dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional atau Arkenas dan peneliti dari Perancis, Veronique Degroot.
Rafli Rizal, pengelola museum mini purbakala Bumiayu-Tonjong (Buton) di Bumyiayu, Brebes, Jawa Tengah. TEMPO | Shinta Maharani
Situs Bumiayu selama ini dikenal sebagai jujugan peneliti dunia sejak 1920. Peneliti menemukan Sinomastodon Bumiayuensis, yakni gajah purba paling tua.
Arkeolog Balai Arkeologi Yogyakarta Harry Widianto mengatakan perlu tempat yang memadai untuk menyimpan fosil-fosil tersebut. Dia menyambut baik rencana Pemerintah Kabupaten Brebes yang berencana membangun museum Purbakala di Kecamatan Bumiayu pada 2020. "Bumiayu sangat penting untuk pusat penelitian fosil manusia dan mamalia," kata Harry.