Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Wisatawan Asing Mengeluhkan Overtourism di Jepang, Tapi Mau Bayar Lebih untuk Keberlanjutan

Menurut survei 30 persen wisatawan Asing di Jepang menghadapi masalah overtourism, 60 persen bersedia bayar lebih dan 97 persen tertarik ke pedesaan

2 Desember 2024 | 19.44 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak lebih dari 30 persen wisatawan mancanegara yang mengunjungi Jepang mengeluhkan overtourism. Terutama masalah seperti kepadatan di tempat-tempat wisata populer. Ini berdasarkan survei yang dilakukan Bank Pembangunan Jepang dan Yayasan Biro Perjalanan Jepang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Survei tersebut dilakukan dengan yang mengumpulkan tanggapan dari hampir 7.800 wisatawan internasional. Survei yang dilakukan secara online pada tanggal 8 hingga 18 Juli terhadap individu berusia 20 hingga 79 tahun di Asia, Inggris, Prancis, Amerika Serikat, dan Australia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hasilnya 32 responden menghadapi masalah kepadatan di tempat-tempat wisata utama, seperti dilansir dari Travel and Tour World. Angka tersebut tak berbeda jauh dari survei serupa di tahun 2019, yang artinya kepadatan terus berlanjut bahkan setelah pandemi. Selain kepadatan, perilaku buruk, seperti membuang sampah sembarangan dan memasuki area terlarang, merusak pengalaman pengunjung, dan mengancam keberlanjutan industri pariwisata Jepang.

Membayar lebih

Survei tersebut juga menunjukkan adanya perubahan dalam sikap wisatawan. Lebih dari 60 persen responden menyatakan kesediaan untuk membayar biaya yang lebih tinggi di tempat-tempat wisata untuk membantu mengurangi kepadatan dan melindungi warisan budaya dan alam Jepang.

Hal ini menunjukkan peningkatan yang signfikan, kalau dibandingkan dengan hasil penelitian di tahun 2019, sebanyak 43 persen. Artinya wisatawan semakin menyadari perlunya praktik pariwisata yang berkelanjutan dan mendukung langkah-langkah pelestarian untuk melindungi aset budaya dan lingkungan di Jepang, meski harus mengeluarkan uang lebih banyak. 

Minat mengunjungi pedesaan

Tak hanya kepadatan dan perubahan sikap terhadap keberlanjutan, survei tersebut juga menunjukkan potensi wisata pedesaan. Hal ini terlihat dari 97 persen responden yang pernah mengunjungi atau berencana ke Jepang,  menyatakan minat untuk mengunjungi daerah-daerah regional Jepang. Namun kurang dari 10 persen di antaranya pernah wisata ke tempate tersebut,  kurang dari 10% yang benar-benar melakukannya.

Pariwisata pedesaan bisa menjadi cara mendistribusikan lalu lintas wisatawan secara lebih merata di seluruh negeri. Tentu diiringi dengan promosi destinasi kurang terkenal dan mempermudah perjalanan ke daerah-daerah tersebut. 

World Expo 2025 jadi daya tarik 

Survei tersebut juga menunjukkan sebanyak 72 persen responden berencana ke Jepang dan tertarik mengunjungi World Expo 2025 di Osaka. Dari mereka yang ingin melihat acara tersebut, 42 persen mengatakan pameran tersebut akan menjadi alasan utama mereka melakukan perjalanan ke Jepang.

World Expo 2025 akan digelar mulai 13 April hingga 13 Oktober 2025, seperti dilansir dari Euronews. Acara global ini diadakan setiap lima tahun sekali sejak tahun 1851. Diperkirakan lebih dari 160 negara akan menampilkan inovasi dan teknologi terbarunya dalam pameran yang bertema "Merancang Masyarakat Masa Depan untuk Kehidupan Kita". Selain itu, pameran itu diharapkan dapat menarik jutaan pengunjung dan dapat bertindak sebagai katalisator kebangkitan pariwisata negara tersebut. 

TRAVEL AND TOUR WORLD | JAPAN TODAY | EURO NEWS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus