Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

"bisnis" baru premium palsu

Korem 041/Garuda Emas bengkulu membongkar kasus pemalsuan premium. karyawan PT Bumi Malabero, saman & fahmi serta PT Aliran Karya dituduh sebagai pelakunya. kasus ini akan diteruskan ke pengadilan.

29 Juli 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KASUS ini bermula dari keluhan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bengkulu, Zulkifli. Mobilnya sering mogok. Padahal, onderdil seperti busi atau platina masih baru. Ternyata, setelah diselidikinya, kerewelan mobil itu bersumber dari bahan bakar premiumnya, yang bercampur minyak tanah. Zulkifli tentu saja bingung. Sebab, seingat dia, ia selalu membeli bahan bakar di pompa bensin resmi. Tapi tak hanya Zulkifli yang mengalami hal itu. Keluhan serupa tahun-tahun terakhir ini juga datang dari konsumen lainnya. Keluhan yang meresahkan masyarakat itu rupanya sampai ke pihak Korem 041/ Garuda Emas Bengkulu. Mendadak, dua pekan lalu, petugas Korem menuju sasaran di Air Sebakul,15 kilometer dari Bengkulu. Di situ petugas mengintip sebuah mobil tanki milik PT Bumi Malabero - perusahaan itu bersama PT Aliran Karya adalah kontraktor resmi Pertamina untuk mengangkut BBM dari depot Pertamina di Pulau Baai ke semua SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum) di wilayah Bengkulu. Di dekat "menara hantu" - menara kayu setinggi 4 meter yang dipakai menyuplai minyak tanah - mobil tanki itu berhenti. Dengan cepat sopir dan kernet mobil itu membuka keran tangki itu, dan mengocorkan premium ke tiga buah drum kosong di situ. Begitu ketiga drum itu penuh, gantian segel pengisi mobil tangki mereka buka. Lalu minyak tanah dari "menara hantu" itu mereka isikan ke tangki. Ketika itulah petugas menyergap sopir Saman dan kernetnya, Fahmi. Hari itu juga mereka dibawa ke markas Korem Bengkulu. Hanya saja, pada malam harinya, kedua karyawan PT Bumi Malabero itu dilepas oleh petugas. Menurut sumber TEMPO, cerita pemalsuan bahan bakar mobil itu sebenarnya sudah berlangsung lama di Bengkulu. "Sudah jadi wabah", ujar sumber TEMPO. Di Bengkulu menurut sumber itu, terdapat belasan menara kayu untuk mengganti premium dengan minyak tanah tersebut. Misalnya d Jalan Semangka, Jalan Manggis, Jala Hebrida, dan Meranti. Belum lagi yang d luar Kota Bengkulu. Tapi, begitu Koren menggebrak, konon, menara-menara itu mendadak lenyap dibongkar pemiliknya Ada yang menuduh kedua perusahaa tadi berada di balik permainan tersebut Bahkan, menurut sumber TEMPO, pemalsuan itu tak lepas pula dari andil oknun Pertamina. Sebab, segel tangki mobil buatan Pertamina itu gampang dicopot, dan dicantolkan kembali. Dengan begitu, pihak SPBU tak bisa mengontrol keaslian isi tanki mobil tersebut. Tuduhan itu dibantah keras oleh pimpinan kedua perusahaan yang mengontrak pengangkutan bahan bakar dari depot Pertamina ke SPBU. Bahkan Direktur PT Aliran Karya, Zikri Kimin, menyatakan terkejut ketika mendengar pihak Korem menggerebek pemalsuan bahan bakar itu. Pimpinan Cabang PT Bumi Malabero Bengkulu, Mulkan, mengaku sudah mendengar peredaran premium palsu di pompapompa bensin. Bahkan, katanya, setahun lalu ia pernah melaporkan anak buahnya, yang diduganya mencampur premium dengan minyak anah, kepada pihak ber wajib. Tapi, belum sempat diciduk, "Sopir kami itu kabur, dan hingga kini tak pernah muncul," kata Mulkan. Dan dalam kasus terakhir ini, katanya, ia juga telah mengambil tindakan terhadap personelnya yang terlibat. Sopir resmi mobil tanki itu, Leo, dipecat dari tugasnya karena meminjamkan mobil itu kepada kernet Saman dan Fahmi. Sementara itu, Saman dan Fahmi, yang tertangkap basah, anehnya hanya dialihtugaskan ke bagian mekanik. "Mungkin mereka masih bisa dibina," alasan Mulkan. Keputusan Mulkan itu tentu saja membuat Leo berang. "Pemalsuan itu sudah hampir dua tahun dilakukan di banyak tempat," katanya. Hanya saja, sayangnya, ia tak berani menyebutkan siapa saja di belakang pemalsuan itu. Tapi, jika keterangan Leo benar, diperkirakan sudah ratusan juta rupiah komplotan itu mengisap bahan bakar konsumen dalam dua tahun ini. Dengan harga resmi minyak tanah Rp 165 per liter (premium Rp 385 per liter), maka untuk tiga buah drum (@ 200 liter komplotan itu sudah mengeruk keuntungan Rp 132 ribu. Padahal, setiap mobil mampu mengangkut premium dua atau tiga kali sehari. Hanya saja, persoalannya, siapa dalang pemalsuan itu. Masih gelap. Penangkapan pun, konon, sudah sering dilakukan pihak aparat keamanan di sana. Dan seperti yang sudah-sudah, "Biasanya, kasusnya diam begitu saja," kata sebuah sumber. Sementara itu, Kepala Sekuriti Pertamina Depot Pulau Baai, Hamdani, juga khawatir kasus terakhir itu akan dingin kembali. "Buktinya, tersangka kok dilepas, dan perkara tak dilimpahkan ke polisi," kata Hamdani. Adakah kasus ini akan dingin kembali? Pihak Korem tegas menyebutkan, kasus itu akan diteruskan ke pengadilan. "Kasus ini tidak akan dipetieskan," kata sumber TEMPO di Korem 041 Bengkulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus