Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SENYUM mengembang di bibir Tengku Mohammad Fakhry. Kendati biduk rumah tangganya di tubir jurang lantaran sang istri, Manohara, berniat meminta cerai, pria 31 tahun itu tampak seperti tak ada masalah. Rabu malam pekan lalu, ketika ditemui wartawan Tempo di Hotel Shangri-La, Kuala Lumpur, dan ditanyai perihal Manohara yang mengaku disiksanya, ia hanya tersenyum kecil. ”Kok, bisa Manohara jadi begitu?” katanya.
Berkaus polo putih dan bercelana jins biru, pekan lalu itu Fakhry tidak sendirian di hotel. Malam itu, bersama sahabatnya yang selama ini menjadi juru bicaranya, Muhammad Soberi Safii, ia akan bertemu dengan rekan bisnisnya. Saat Tempo bertanya lebih jauh tentang kasus Manohara, Fakhry menggelengkan kepala. ”Saya no comment,” katanya. Menurut Soberi, Fakhry memilih tidak berkomentar karena khawatir komentarnya hanya akan memancing reaksi mertuanya, Daisy Fajarina.
Pertemuan Fakhry dengan Manohara, ujar Soberi, berawal di sebuah pesta yang diadakan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie di rumahnya di Jakarta, Desember 2006. Pesta ini juga dihadiri Wakil Perdana Menteri Malaysia saat itu, Najib Razak.
Esok malamnya, Fakhry dan Manohara bertemu lagi pada acara kebudayaan di Senayan. ”Mereka hanya saling pandang saat itu,” ujar Soberi. Setelah acara itu, malamnya mereka berdua bertemu kembali di sebuah klub malam. Di sini mereka bertegur sapa dan bertukar nomor telepon. ”Mereka lalu saling telepon dan melakukan perjalanan bersama, antara lain ke Bali.”
Soberi membantah semua tuduhan pihak Manohara yang menyebutkan Fakhry telah melakukan penyiksaan. ”Fakhry sayang kepada istrinya, mana mungkin terjadi penyiksaan? Semua ini fitnah,” katanya.
Menurut Soberi, Daisy sengaja membuat cerita sensasi demi kepentingan pribadi. Selama ini, menurut Soberi, Daisy kerap meminta uang kepada Fakhry. Fakhry sendiri tak selalu mengabulkan permintaan itu. Jika Daisy beralasan uang itu untuk membayar utang, sang Pangeran minta surat utang itu ditunjukkan. ”Itulah yang membuat Daisy marah dan ingin memisahkan Manohara dengan Fakhry,” ujarnya.
Fakhry adalah putra ketiga dari empat anak Sultan Kelantan Ismail Petra. Kesultanan Kelantan merupakan satu dari 14 kesultanan yang ada di Malaysia. Jabatan Fakhry di kesultanan itu adalah Temenggong, semacam penasihat sultan di bidang pertahanan. Dalam struktur kesultanan, ia disebut Tengku Temenggong. Karena itulah oleh rekan-rekan dekatnya ia biasa dipanggil ”TT”.
Pria yang punya hobi berburu, menembak, dan bermain jetski ini juga terjun di bidang bisnis. Di Malaysia, ia memiliki perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi bangunan, perdagangan, dan pariwisata. Ia pernah menjadi Ketua Asosiasi Turis Kelantan.
Fakhry, ujar Soberi, kini tak ambil pusing dengan minggatnya Manohara. Pangeran Kelantan itu tak akan membujuk Manohara agar kembali ke Malaysia. ”Jika bercerai, Manohara tidak akan mendapat satu sen pun uang Istana Kelantan,” kata Soberi. Fakhry sendiri tak mengomentari apa pun yang diucapkan Soberi. Sesekali, ia hanya mengangguk-angguk. ”Saya berterima kasih,” katanya sembari menjabat tangan Tempo dan bergegas masuk ke sebuah ruangan.
Kendati putra sultan, bukan berarti Fakhry kebal hukum. Menurut pakar hukum dari Universitas Teknologi Mara Malaysia, Mohamed Azam, tidak ada kekebalan hukum yang diberikan kepada putra Raja Kelantan itu. Jumat dua pekan lalu, Menteri Dalam Negeri Malaysia Seri Hishammuddin Tun Hussein sudah memberikan isyarat. Hishammuddin menyatakan akan mengusut dugaan penganiayaan yang dilakukan Fakhry kepada Manohara.
Ramidi, Safwan Ahmad (Malaysia)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo