JARING polisi sekali ini mendapat mangsa besar. Lewat Operasi Dian, yang secara serentak dilaksanakan di berbagai kota di 15 provmsl pada 27 September lalu, dilakukan razia kaset video. Di luar dugaan, polisi menemukan hampir 40 ribu kaset video berlabel palsu, 37 ribu lebih kaset tanpa label, dan 267 kaset video porno. Ini merupakan razia kaset video besar-besaran yang sukses dan pertama kah dllakukan polisi. Hasil operasi itu diungkapkan langsung oleh Danjen Koserse Mabes Polri, Mayor Jenderal Jansen I Silaen, kepada para wartawan Senin pekan ini di Departemen Penerangan, Jakarta. Didampingi Dirjen Radio Televisi-Film (RTF) Subrata dan ketua Badan Sensor Film (BSF) Thomas Sugito, Silaen menyatakan keprihatinannya karena masih banyak pengusaha penyewaan kaset video yang bergerak secara gelap-gelapan. "Kami mengimbau agar para pengusaha senantiasa mematuhi ketentuan yang berlaku, jangan hanya mencari untung semata-mata," katanya. Silaen juga menyoroti dampak negatif kaset video porno bagi anak-anak dan remaja, yang belakangan ini tampak menggejala. "Masa depan mereka akan rusak, bila anak di bawah umur sudah mendengar atau melihat sesuatu yang belum waktunya," katanya. Peringatan Silaen bukan sekadar basa-basi. Pada bulan Maret dan April lalu, di Banda Aceh terjadi enam kasus perkosaan yang dilakukan pelajar SMP. Korbannya juga anakanak kecil berumur 3-6 tahun. Para pelaku pemerkosaan, umumnya, mengaku tak bisa mengendalikan nafsu setelah melihat film video porno yang mereka tonton di tempat pemutaran gelap. Di Banda Aceh, kini memang diketahui ada beberapa tempat pemutaran video porno yang serin dikunjungi anak dan remaja dibawah umur. Mei lalu, contohnya, polisi menggerebek sebuah tempat pemutaran video cabul di Jalan Sisingamangaraja. Di sana dipergoki 30 remaja, 10 di antaranya pelajar SMP, tengah asyik memelototi adegan bugil. (TEMPO, 26 Mei 1984). Diam-diam, penggemar kaset semacam itu memang cukup banyak. Meski kaset disewakan dengan harga tinggi, sampai Rp 5 ribu, selalu ada saja orang yang berbisik-bisik mencari barang model begitu. Padahal, gambarnya biasanya sudah tak keruan karena hasil rekaman entah yang keberapa dan sudah sering diputar. Tapi karena banyak yang butuh, pengusaha penyediaan kaset video lalu mencari akal dengan terus memperbanyak kaset semacam. itu. Contohnya sewaktu di Surabaya diadakan razia. "Tak dinyana polisi berhasil memergoki perekaman video porno di dalam kamar kecil sebuah perusahaan yang menyewakan video," ujar Kolonel (Pol.) Koesparmono Irsan, Kasi Intelpampol Polda Jawa Timur, kepada TEMPO. Kaset-kaset porno itu sendiri, katanya, biasa diperoleh dari awak kapal yang menjualnya dengan harga sekitar Rp 20 ribu per buah. Yang direkam ternyata tak hanya kaset video bugil. Kaset cerita biasa pun oleh banyak pengusaha direkam dari induknya. "Kalau tidak begitu, bagaimana kami dapat untung? Harga kaset induk (asli) mahal sekali," kata seorang pengusaha di Bandung terus terang. Tak heran bila dalam razia, polisi menemukan begitu banyak kaset video tanpa label, atau berlabel palsu. Itu artinya, barang hiburan tersebut tak pernah tercatat secara resmi sebagai hasil produksi, dan sudah barang tentu diedarkan tanpa membayar pajak sama sekali. Hal semacam itulah yang akan ditertibkan lewat Operasi Dian, yang akan terus diadakan. Sayang, operasi ini tak selalu mendapat dukungan. Juga dari sejumlah instansi pemerintah sendiri. Sebuah sumber di Medan menyatakan, sewaktu akan diadakan razia, pihak Kanwil Departemen Penerangan yang dihubungi enggan memberikan daftar alamat tempat menyewakan video, entah karena apa. Akibatnya, "Kami menyebar ke jalan-jalan raya, mencatat alamat vtdeo rental yang terletak di pusat kota," kata sumber di Polda Sumatera Utara. Ternyata, dari 150 tempat penyewaan, dijumpai ada 17 yang menyimpan video gelap dengan jumlah sampai 900 buah. Kalau saja petugas razia cukup dan operasi dilakukan pada jam yang sama hasilnya pasti akan lebih banyak. Tapi bagaimanapun dari Operasi Dian sudah bisa dilihat bahwa dunia kaset video ternyata sudah menjadi belantara yang cukup sulit dijejaki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini