Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Selat Sunda, Norgas Cathinka terapung bersama buih. Tanker gas milik perusahaan Norwegia Norgas Carriers Pte Ltd, ini terpaksa buang sauh di selat yang memisahkan Sumatera dan Jawa itu sejak 25 Oktober lalu.
Selat Sunda bukan tujuan akhir kapal sepanjang lapangan bola ini. Sejatinya ia berlayar ke Cina. Tapi, akibat bertabrakan dengan feri KMP Bahuga Jaya pada 26 September lalu, yang menewaskan 8 orang dan mengakibatkan 69 hilang, ia terpaksa parkir di tengah laut sebagai tahanan Pengadilan Negeri Serang.
Cathinka, yang berarti nirmala atau tak bernoda dalam bahasa Swedia, bukan tahanan biasa. Manifes kapal menunjukkan 3.000 metrik ton muatan adalah propilena kelas polimer dalam bentuk cair. Zat ini memiliki derajat kemurnian 99,6 persen.
Di dalam ruangan, bahan ini berbentuk gas yang berbau tapi tak berwarna. Norgas Carriers mengatakan, bila kapal dibiarkan berlabuh terlalu lama, risikonya tinggi. "Muatan Cathinka berpotensi membahayakan," ujar CEO Norgas Carriers Charles Freeman kepada Tempo melalui e-mail.
Propilena termasuk kelompok molekul hidrokarbon yang terdiri atas tiga atom karbon dan enam atom hidrogen. Bahan ini diperoleh melalui proses pemanasan minyak bumi di kilang.
Dari kilang, propilena diantar ke berbagai pabrik di dunia untuk diproses menjadi polipropilena alias bijih plastik. Bermacam produk, mulai kemasan plastik, peralatan rumah tangga, karpet, hingga material pendukung industri otomotif, dibuat dari bahan ini.
Pemindahan bahan biasanya dilakukan dengan dua cara, yaitu penyaluran melalui pipa atau menggunakan tanker. Pemakaian tanker memiliki keunggulan dari segi daya jelajah. Sayangnya, tanker memiliki keterbatasan daya angkut. "Propilena harus diembunkan supaya volume yang diangkut lebih banyak," ujar Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono.
Ada dua cara pengembunan. Pertama dengan mendinginkan gas hingga suhu minus 47 derajat Celsius. Kedua, meningkatkan tekanan di dalam tangki penyimpanan hingga 20 bar atau setara dengan tekanan air di kedalaman 200 meter. Norgas Cathinka menggunakan gabungan dua cara ini, sehingga propana mencair pada suhu minus 45 derajat Celsius dan tekanan 3 bar.
Menurut Tatang Hernas Soerawidjaja, dosen program studi teknik kimia Institut Teknologi Bandung, yang dimintai keterangan oleh Norgas, tanker memiliki sistem pengamanan untuk menjaga tekanan tak melebihi ketentuan.
Pengaman pertama adalah katup yang membuka otomatis ketika tekanan propilena melebihi 3 bar. Pengaman kedua berupa kompresor yang terus-menerus mengembunkan gas propilena. Agar bekerja, kompresor mengkonsumsi bahan bakar yang sama dengan mesin kapal.
Sistem keamanan yang rapi ini bisa rusak jika kapal berhenti dalam waktu lama dan tak mendapat pasokan bahan bakar. Kompresor bisa saja berhenti mencairkan propilena sehingga suhu dan tekanan muatan ini meningkat drastis. Propilena pun terlepas ke udara. "Sedikit saja percikan api bisa menyulut ledakan," kata doktor lulusan Technische Hogeschool Delft itu saat ditemui Tempo, Sabtu dua pekan lalu.
Menurut Tatang, propilena—sekitar 1,5 kali lebih berat daripada udara—akan menyebar ke permukaan laut atau tanah. Penyebaran ini membuat radius ledakan mencapai 4 kilometer. Untuk menghindari ancaman ini, Norgas Cathinka sebaiknya ditarik menjauh dari pinggir pantai dan jalur pelayaran.
Pernyataan Tatang itu dibantah Jayan Sentanuhady, ahli ledakan dari Jurusan Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada. Menurut dia, propilena memang bahan yang mudah terbakar. "Tapi tidak mungkin meledak."
Ledakan atau detonasi hanya terjadi jika api melebihi kecepatan suara. Pada propilena, penjalaran itu tak mungkin terjadi. Hanya bahan tertentu, seperti hidrogen, asetilena, dan metana, yang meledak. "Saya jamin propilena tak akan meledak," ujar sang peneliti, yang tujuh tahun mendalami detonasi di Universitas Saitama, Jepang.
Adapun kebakaran yang mengancam Norgas Cathinka hanya terjadi jika berbagai sistem pengamanan gagal bekerja. Kalaupun terjadi kebocoran, nyala api tak akan langsung terjadi sebelum dipantik panas. Kebakaran juga hanya terjadi pada udara dengan kandungan propilena 2-12 persen. "Udara yang terlalu miskin atau terlalu kaya propilena tak akan terbakar," katanya.
Jayan memperkirakan, jika kebakaran benar-benar terjadi, api tak akan menjalar lebih jauh dari 100 meter dari tanker. Lebih jauh dari radius ini, udara akan terlalu miskin propilena dan api akan padam.
Norgas Cathinka saat ini berada sekitar 8 menit perjalanan dengan speedboat dari Pelabuhan Merak. Ia jauh dari jalur pelayaran dan pantai, mengapung 65 meter di atas dasar laut.
Anton William, Anwar Siswadi (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo