LERTI Boru Sidauruk, 30, sudah mengatakan bahwa suaminya, Maratuah, merantau ke Kalimantan. Tapi mengapa tiba-tiba seseorang yang mabuk berceloteh: "Preman itu sudah kami bunuh . . . ha . . . ha . . . ha." Mendengar celotehan si mabuk, penduduk curiga. Bukankah tiga orang yang mabuk itu, Hotman Purba, Juli Sidauruk, dan Kaler Sidauruk juga mengatakan bahwa Maratuah pergi ke Kalimantan, seperti yang diucapkan Lerti? Kabar itu akhirnya merembes ke polisi. Maka, terungkaplah kejadian itu. Malam itu, Maratuah pulang setelah seminggu pergi. Pada istrinya, ia minta uang tapi tak diberinya. "Selama setengah jam dia memukuli saya. Hingga pingsan," kata Lerti. Setelah siuman, bulatlah tekadnya membalas dendam. Empat orang, termasuk Jadiman Manik, diupahnya untuk membunuh Maratuah itu. Menyesal? "Tidak. Ia layak mati," kata Lerti tegas. "Sejak menikah, dia tak memberi uang sepeser pun pada saya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini