Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RIBUAN orang berkumpul di parkir selatan Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat, Desa Lebo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, pada 1 Februari 2024. Mereka mengikuti acara deklarasi dukungan kepada calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pemilihan Umum 2024. Deklarasi dipimpin langsung pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren itu, Kiai Haji Agoes Ali Masyhuri alias Gus Ali, 65 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pidatonya, Gus Ali menganggap Presiden Joko Widodo berhasil membangun negeri sehingga penting kebijakannya dilanjutkan. Secara terang-terangan, ia mengatakan hanya Prabowo Subianto yang bisa melanjutkan kepemimpinan Jokowi. “Jawabane nderek kiai, milih Pak Prabowo (jawabannya ikut kiai, milih Pak Prabowo),” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain dihadiri masyarakat dan para pengikutnya, acara itu dihadiri pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Kiai Haji Asep Saifuddin Chalim, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani yang juga menantu Gus Ali. Anak keenam dari 12 anak Gus Ali, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali alias Gus Muhdlor, turut hadir di sana. Saat menjadi bupati, Fandi diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Gus Muhdlor disokong Partai Kebangkitan Bangsa.
Baca Juga:
Keputusan Gus Ali dan anaknya, Gus Muhdlor, membuat kaget banyak pihak. Selama ini Gus Ali dan Gus Muhdlor serta Pondok Pesantren Bumi Shalawat diklaim sebagai bagian keluarga besar Nahdlatul Ulama serta berafiliasi dengan PKB. Dalam Pemilu ini, PKB mengusung pasangan Anies Rasyid Baswedan dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Dalam berbagai kesempatan, Gus Ali dan Gus Muhdlor menyatakan dukungan kepada Anies-Muhaimin. Pada kampanye perdana Muhaimin di Sidoarjo pada 28 November 2023, misalnya, Gus Muhdlor turut hadir dan bermain sepak bola bersama mantan pemain Persebaya. Ia juga aktif dalam rapat-rapat pemenangan PKB.
Seorang petinggi PKB menjelaskan, bapak dan anak yang juga pengurus wilayah NU Jawa Timur itu sejak awal mendukung PKB. Anak Gus Ali lain yang kini menjabat anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Syaikhul Islam, bersikap sama. Pada 11 Januari 2024, Syaikhul mengatakan bapaknya masih mendukung Anies-Muhaimin. “Kami tidak mungkin mendukung pasangan lain,” tuturnya.
Masih menurut sumber tersebut, perubahan sikap Gus Ali dan Gus Muhdlor terjadi setelah operasi tangkap tangan yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Sidoarjo pada 25 Januari 2024. Operasi ini mengungkap korupsi pemotongan dan penerimaan uang insentif pegawai di Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Rumah dinas Bupati Sidoarjo turut digeledah KPK sehari sebelum deklarasi Prabowo-Gibran dilakukan.
Sama seperti bapaknya, Gus Muhdlor terang-terangan berbalik arah mendukung Prabowo-Gibran. Pengurus Gerakan Pemuda Ansor itu turut mengajak pendukungnya memenangkan Prabowo-Gibran dalam satu putaran. “Karena santri Sidoarjo nderek (ikut) kiai,” ucapnya dalam acara deklarasi itu.
Baca Juga:
Karier Gus Muhdlor bermula sebagai pengajar di pesantren bapaknya. Dia juga pernah menjabat direktur di yayasan yang mengelola Pondok Pesantren Bumi Shalawat. Berbekal pendidikan sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, dia pernah mendaftar menjadi calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sidoarjo pada Pemilu 2019. “Tapi tidak jadi karena ditarik berkasnya,” tutur mantan komisioner Komisi Pemilihan Umum Sidoarjo, Nanang Haromain.
Barulah setahun kemudian Gus Muhdlor mencalonkan diri menjadi Bupati Sidoarjo bersama Subandi. Pencalonannya nyaris gagal karena pengurus PKB saat itu yang juga Bupati Sidoarjo, Saiful Ilah, hendak memberikan rekomendasi partai untuk calon penggantinya kepada Achmad Amir Aslichin, anaknya. Belakangan, Saiful terciduk KPK dalam kasus suap. Buntut dari kasus itu, rekomendasi PKB turun kepada Gus Muhdlor.
Karier politik Gus Muhdlor tidak lepas dari peran ayahnya, Gus Ali. Menurut Nanang, Gus Ali dikenal sebagai ulama yang terlibat politik hingga level nasional. Pada pemilihan presiden 2014, misalnya, Gus Ali mengaku lebih mengenal Prabowo Subianto dibanding Joko Widodo. “Sebab, Gus Ali ulama besar di Sidoarjo,” ucap Nanang.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Fajar Pebrianto dan Hanaa Septiana dari Surabaya berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Balik Arah Kiai dan Gus "